Foto-foto Sinuhun Totok Santosa, Pemimpin Kerajaan Agung Sejagat di Purworejo
Inilah foto dan sosok Sinuhun Totok Santosa, pria yang mendirikan Kerajaan Agung Sejagat dan gegerkan Purworejo.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Inilah foto dan sosok Sinuhun Totok Santosa, pria yang mendirikan Kerajaan Agung Sejagat dan gegerkan Purworejo.
Warga Purworejo, Jawa Tengah dihebohkan dengan keberadaan Kerajaan Agung Sejagat.
Dikutip dari Tribun Jateng, kerajaan tersebut berada di RT 3 RW 1, Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Purworejo.
Kemunculan Kerajaan Agung Sejagat ini mulai dikenal publik, setelah mereka mengadakan acara Wilujengan dan Kirab Budaya, yang dilaksanakan dari Jumat (10/1/2020) hingga Minggu (12/1/2020).
Kerajaan Agung Sejagat mengklaim memiliki kekuasaan di seluruh dunia.
Bahkan, kerajaan ini memiliki alat-alat kelengkapan yang dibentuk di Eropa.
Misalnya United Nations (UN) dan Pentagon yang diklaim milik Dewan Keamanan Kerajaan Agung Sejagad.
Kerajaan Agung Sejagad dipimpin Totok Santoso Hadiningrat yang dipanggil Sinuhun.
Sementara sang istri, dipanggil Kanjeng Ratu dengan nama Dyah Gitarja.
Lantas, seperti apa dan bagaimana Sinuhun Totok Santosa?
Berikut foto-foto Totok Santosa sebagaimana dikutip Tribunnews.com dari akun Instagram-nya.
1. Totok Santosa memiliki akun media sosial, yaitu Instagram dengan akun @hrhtoto.
Sayangnya, Totok tak cukup aktif di Instagram-nya.
Ia terakhir kali mengunggah postingan pada 19 Februari 2019.
Totok Santosa mengunggah lirik lagu Imagine yang dinyanyikan John Lennon.
2. Tak diketahui secara persis, kapan Totok Santosa bergabung di Instagram.
Namun, postingannya yang paling awal bertanggal 18 Mei 2016.
Dalam unggahannya, Totok menyinggung soal Perang Dunia ke-3 pada 2020.
"Great catastrophe in 2020 (Bencana besar pada 2020)," tulisnya.
3. Di akun Instagram-nya, Totok Santosa lebih kerap mengunggah hasil swafotonya.
Tak sedikit pula, foto bersama.
Namun, foto-foto ini tak berkaitan dengan 'aktivitasnya' sebagai pemimpin kerajaan.
Tidak ada satu pun foto yang diunggah menggambarkan, dia merupakan seorang raja.
4. Jumlah pengikut Totok Santosa di Instagram-nya pun terbilang sedikit.
Dikutip dari Tribun Jateng, follower Totok Santosa berjumlah 455.
Padahal, dia mengklaim raja dari kerajaan yang memiliki kekuasaan di dunia.
Namun, hingga berita ini ditulis, jumlah follower Totok melonjak dratis menjadi 1097.
5. Masih dari Tribun Jateng, mudah mencari profil Totok Santosa.
Totok Santosa merupakan pentolan ormas Jogja Development Committe (Jogja-DEC).
Ia menjabat sebagai Dewan Wali Amanat Panitia Pembangunan Dunia Wilayah Nusantara Jogja DEC.
Ormas ini diklaim hadir di Indonesia lantaran ingin mengubah kondisi bangsa Indonesia serta dunia yang dianggapnya sudah kritis dan berbahaya jika tidak segera ditangani serius.
Dikutip dari Tribun Jogja, Jogja-DEC disebut memungut uang dari publik.
Lantas, anggotanya dijanjikan uang lebih banyak per bulannya yakni 100-200 dolar AS.
6. Menurut penuturan warga, Totok Santosa adalah pria asal Yogyakarta.
Bahkan ia pernah 'berulah' beberapa tahun silam sebelum mendirikan Kerajaan Agung Sejagat.
Tak lain dengan menjanjikan dana untuk anggotanya 100-200 dolar AS.
Dana kemanusiaan itu, lanjut Totok, disalurkan melalui koperasi yang akan dibentuk.
Totok menyebut, dana itu berasal dari lembaga keuangan tunggal dunia yang bernama Esa Monetary Fund.
Lembaga yang disebut Totok punya uang tak terbatas itu berpusat di Swiss.
"Namun semua program tadi akan kami mulai tahun 2017, karena sekarang masih dalam proses perizinan," kata dia kala itu.
Dilanjutkannya, untuk mempermudah penyaluran, DEC menargetkan akan mendirikan koperasi di tiap desa di DIY.
Totok juga mengklaim jika telah lebih dari 10 ribu orang yang mendaftar.
Mereka menargetkan bisa merekrut 500 ribu anggota hingga nanti menjalankan program pada 2017.
7. Namun, apa yang dijanjikan Totok dan DEC tak juga jelas.
Di akhir 2017, mengutip dari pemberitaan pitunews.com, sejumlah anggota Jogja DEC justru mengaku kecewa dan mundur dari kepengurusan organisasi.
Namun demikian, masih ada anggota yang tetap bertahan jadi pengurus organisasi itu.
Alasan banyaknya pengurus yang mundur karena ketidakjelasan mengenai biaya.
Setiap kegiatan, seperti yang dikatakan pengurus yang tak mau namanya disebutkan, ia harus bayar sendiri.
Bukan hanya untuk kegiatan, namun juga ada setoran ini dan itu.
(Tribunnews.com/Sri Juliati) (Tribun Jateng/Permata Putra Sejati/Galih Pujo Asmoro/Mamdukh Adi Priyanto)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.