Pengakuan Anggota Kerajaan Agung Sejagat Purworejo: Semua, Termasuk Biaya Seragam Pakai Uang Sendiri
Seorang anggota Kerajaan Agung Sejagat berbagi kisahnya menjadi bagian dari keraton.
Penulis: Nuryanti
Editor: Pravitri Retno W
"Makanya dipilih di sini karena ada kisah seperti itu. Bahasanya adalah ndililah atau kebetulan dan membuat para pengikut percaya dengan panggilan alam," ungkap Puji.
Biaya Sendiri
Selanjutnya, Puji mengaku selama menjadi punggawa tidak ada iuran atau dana yang keluar selama masuk Kerajaan Agung Sejagat.
Menurutnya, uang yang ia keluarkan hanya uang bensin untuk perjalanan berangkat dan pulangnya.
"Paling kalau keluar uang kalau kita berangkat ke sini naik motor, bensinnya sendiri," jelas Puji.
Ketika ditanya terkait pembiayaan dalam sistem kerajaan, termasuk seragam, menurut Puji, semuanya menggunakan biaya sendiri.
"Tidak ada janji-janji, paling adalah wejangan seperti menceritakan sejarah Jawa, dan misinya adalah menyejahterakan masyarakat dalam hal sandang, pangan, papan," lanjut dia.
Penolakan Warga
Mengutip TribunJateng.com, kehadiran Kerajaan Agung Sejagat ini telah membuat segenap perangkat desa mengambil sikap.
Ketua RT 3 RW 1, Dedi Mulyadi mengatakan, seluruh warga, tokoh, dan perangkat desa telah mengambil sikap menolak segala kegiatan yang mengganggu warga.
Keputusan tersebut diambil dalam pertemuan tokoh masyarakat, dan tokoh agama.
Para tokoh bertemu di Masjid Pandansari, mencari solusi atas ramai keberadaan keraton agung sejahat di lingkungan mereka.
"Awalnya adalah kedatangan batu cukup mengherankan warga. Lalu melakukan kegiatan tidak lazim dan sesaji yang begitu banyak," ujar Dedi kepada Tribunjateng.com, Senin (13/1/2020).
Dedi mengatakan, puncak dari itu semua adalah ketika momen peresmian kerajaan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.