Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Kata Pengamat Politik Soal Keputusan PDIP Menunda Pengumuman Rekomendasi Pilkada Solo 2020

Nama-nama calon kepala daerah peserta Pilkada 2020 dari PDIP rencananya akan diumumkan DPP pada saat Rakernas PDIP akhir pekan kemarin.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Ini Kata Pengamat Politik Soal Keputusan PDIP Menunda Pengumuman Rekomendasi Pilkada Solo 2020
Youtube Kompas TV
Paundra cucu Bung Karno dikabarkan sedang didekati Gerindra untuk mendampingi Gibran maju Pilkada Solo 2020 

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Nama-nama calon kepala daerah peserta Pilkada 2020 dari PDIP rencananya akan diumumkan DPP pada saat Rakernas PDIP akhir pekan kemarin.

Namun, pengumuman rekomendasi tersebut ditunda dengan alasan banyaknya bencana yang terjadi.

Sehingga, dalam Rakernas DPP PDIP fokus pembahasan tentang bencana.

 

Namun, pengamat politik dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Cahyo Seftyono berpandangan lain.

Dia memiliki analisis lain soal mundurnya pemberian rekomendasi pilkada, tidak terkecuali di Jawa Tengah.

"Analisis saya, ada kaitannya dengan dinasti politik. Tidak hanya di Surakarta, tetapi juga di Medan, Sumatera Utara."

"Dimana menantu dan besan Presiden Joko Widodo akan maju. Begitu juga adik ipar Presiden yang siap maju pilkada," kata Cahyo kepada Tribunjateng.com, Rabu (15/1/2020).

Berita Rekomendasi

Keluarga Jokowi itu direncanakan akan mendaftar pilkada melalui PDIP.

Ia menilai kekuatan partai berlambang kepala banteng moncong putih itu sangat luar biasa.

 

Sehingga bisa dipastikan siapa yang dicalonkan PDIP akan menang.

Lalu, dari dinasti politik itu, elite politik partai tersebut sedang berusaha mencari alternatif komposisi lain yakni perpaduan atau kombinasi politik dinasti dan meritokrasi.

Meritokrasi yakni sistem yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi, bukan relasi.

"Sehingga, ke depan diprediksi yang diajukan partai selain figur mempunyai karir politik oke, dia juga punya kedekatan dengan elite partai."

"Saya pikir pertimbangan itu yang mempengaruhi pengumuman rekomendasi mundur," jelasnya.

Waktu pendaftaran pasangan calon untuk pilkada ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih lama.

 

Sehingga PDIP berpikir masih punya banyak waktu untuk menimbang dan menghitung skema kombinasi dinasti dan meritokrasi tersebut.

Ia mengatakan PDIP tidak sedang berspekulasi.

Lantaran spekulasi kesannya tidak menghitung secara cermat.

Namun, dalam hal ini PDIP betul-betul sedang menghitung dan mempertimbangkan secara matang.

Jika satu atau dua bulan mendekati waktu pendaftaran, partai ini akan segera memutuskan kandidat yang akan maju.

Pria yang juga menjabat Direktur Eksekutif Balairung Network+ itu menuturkan, dinasti politik tidak melulu negatif.

Tergantung memandang dari kacamata apa.

 

Dari sisi politik, itu memang jelek karena artinya peran partai mati.

Kaderisasi dan pendidikan politik di partai tidak jalan.

Namun, jika memandang dari sisi lain, bisa jadi partai sedang mempertimbangkan kader partai baru yang memiliki ikatan personal kuat dengan elite partai.

"Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution jelas dekat secara personal dengan Jokowi yang merupakan Presiden sekaligus elite partai PDIP. Apa manfaat bagi partai?"

"Kandidat yang memiliki kedekatan dipertimbangkan lantaran mereka diharapkan dapat langsung menerjemahkan, apa yang menjadi gagasan positif di level nasional bisa diterjemahkan di level lokal," terangnya.

"Kalau atas bilang A di bawah juga bilang A. Pembangunan tingkat lokal bisa terkoneksi dengan mudah di tingkat nasional."

"Secara ideal harapannya ke sana. Ibaratnya send deliver bisa berjalan lancar," lanjut Cahyo.

 

Selain itu, duet kandidat dinasti dan meritrokasi diharapkan menjadi komposisi saling melengkapi dalam menggali ceruk-ceruk suara lain.

Misalnya, Gibran yang diharapkan dapat mendongkrak partisipasi suara dari pemilih pemula atau milenial dan pengusaha muda.

Karena itu, ia mengatakan duet Achmad Purnomo-Gibran Rakabuming bisa saja terjadi di Pilkada Solo.

Keduanya bisa saling melengkapi.

Bahkan disokong dari hasil survei keduanya yang meyakinkan bisa jadi modal untuk menang.

Ia membeberkan, berdasarkan survei, Achmad Purnomo jauh di atas Gibran yakni 40:20 persen.

Jika mereka maju, tentu suara 60 persen bisa didapatkan PDIP.

"Kemungkinan Purnomo-Gibran bisa jadi satu alternatif best case."

 

"Logikanya survei dari keduanya digabungkan mereka sudah unggul."

"Purnomo calon wali kota dan Gibran wakil wali kota, lantaran Purnomo tidak bisa maju lagi jadi wakil wali kota."

"Namun dia punya suara meyakinkan di akar rumput," imbuhnya.

Ia menambahkan, ada contoh dinasti politik yang baik yakni di Singapura.

Mereka melakukan kaderisasi dan persiapan secara sangat matang.

Anak-anak dan keluarga mantan Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew, dididik di kampus top dunia dan memiliki jejaring yang luar biasa juga.

Jadi tidak sekadar kekerabatan yang dimainkan, tapi diperkuat kualitas individunya. (Mamduh Adi)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul PDIP Tunda Umumkan Rekomendasi Pilkada Solo 2020, Begini Hasil Analisis Pengamat Politik, https://jateng.tribunnews.com/2020/01/15/pdip-tunda-umumkan-rekomendasi-pilkada-solo-2020-begini-hasil-analisis-pengamat-politik?page=all.

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas