Tangkal Potensi Radikalisme, Polres Rembang Andalkan Generasi Muda lewat MPR
Dolly menambahkan, milenial akan lebih efektif menjaga wilayah, karena sebagian besar masyarakat Rembang masih muda.
Penulis: Reza Deni
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, REMBANG - Kepolisian Resor Rembang, Jawa Tengah merencanakan pembentukan Milenial Penjaga Rembang (MPR) untuk menangkal adanya potensi paparan radikalisme dan intoleransi.
"Kami luncurkan ini dan dibentuk sampai ke tingkat desa. Sekarang juga banyak kepala desa yang muda-muda. Mereka akan kita rekrut juga masuk ke dalam MPR dengan kategori milenial itu," kata Kapolres Rembang AKBP Dolly Arimaxionari P, di Rembang, Sabtu (14/2/2020).
Dolly menambahkan, milenial akan lebih efektif menjaga wilayah, karena sebagian besar masyarakat Rembang masih muda.
Baca: Hari Ini 285 WNI yang Jalani Observasi di Natuna Dipulangkan, Jokowi Minta Masyarakat Tak Khawatir
Milenial, dikatakan Dolly, juga lebih mudah diterima di kalangan mereka sendiri, sehingga literasi toleransi dan upaya pencegahan radikalisme bisa tersampaikan dengan baik.
"Terkait dengan radikalisasi dan intoleransi yang memang berkembang saat ini, Alhamdulillah bisa saya nyatakan untuk di wilayah Polres Rembang, wilayah hukum ini tidak ada, dan dengan MPR ini kami bisa menjaganya lebih baik," lanjutnya.
Baca: Fakta-fakta Janda Kaya Tewas Dibekap Kasur Lipat
Program lainnya, Dolly menyebut, yakni kegiatan rutin makan bersama dengan para santri dan pelajar untuk mendekatkan Polri dengan generasi muda.
"Yang sudah berjalan kemarin di Pondok Leteh yaitu di tempatnya Gus Mus sudah sering kita lakukan, juga di pondok Al Anwar tempatnya Mbah Maimun juga kita kita lakukan, nanti kali berikutnya kami akan lakukan juga di pondok Kauman, Gus Zaim," katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Kauman, Lasem, Rembang KH Moch Zaim Ahmad Ma'soem mengatakan di Rembang kehidupan warganya sangat heterogen, sehingga menciptakan toleransi yang sangat baik.
"Kami memberikan contoh kecil yang akhirnya membuat generasi muda ikut membiasakan hal-hal baik seperti itu, tidak perlu acara besar seperti seremonial, tapi hal kecil saja, saling peduli, memungut sampah, membiasakan ramah, bahkan hanya menyusun sendal. Santri dengan sendirinya pun mengikuti kebiasaan itu tanpa perlu diperintah-perintah," pungkas Zaim.