Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Likuefaksi di Samping KM 118 Tol Cipularang, Ahli Konstruksi: Harus Ditangani Secara Cepat dan Tepat

Sebenarnya longsor itu bisa terjadi di mana saja, selama ada lereng. Baik itu lereng alamiah ataupun lereng buatan yang ditimbun.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Likuefaksi di Samping KM 118 Tol Cipularang, Ahli Konstruksi: Harus Ditangani Secara Cepat dan Tepat
Tribun Jabar
Likuefaksi atau pencairan tanah seperti yang terjadi di Palu pascagempabumi 2018 diduga menjadi pemicu terjadinya longsor di tepi Jalan Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang) kilometer 118 +600 arah Jakarta. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurahman

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Imam A. Sadisun ahli konstruksi sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan, konstruksi jalan Tol Cipularang Km 118+600 arah Jakarta dan sebaliknya aman dilalui kendaraan, meski sempat terdampak longsoran lereng.

Menurutnya, standar jalan tol sudah didesain sangat kuat dan aman.

Masalahnya, kata Imam, lereng di samping jalan yang harus diperhatikan karena bisa aaja menyeret jalan tol.

"Jadi konstruksi jalan itu sudah kuat sekali, pakai sandbag dengan material yang memang baik untuk pondasi jalan, ada lapisan pasir di bawahnya nanti ada aspal dan betol yang dibuat berlapis-lapis. Lereng-lereng yang di sekitarnya yang perlu diperhatikan," ujar Imam, saat dihubungi, Senin (17/2/2020).

Menurut Imam, sebenarnya longsor itu bisa terjadi di mana saja, selama ada lereng. Baik itu lereng alamiah ataupun lereng buatan yang ditimbun.

"Yang terjadi di KM 118, itu memang ada longsor di salah satu lereng. Saya cermati waktu itu (longsornya) terjadi pada lereng alami yang memang sudah ada sejak dulu," katanya.

Berita Rekomendasi

Asalkan ditangani dengan cepat dan tepat, ujar Imam, longsoran itu tidak akan berkembang sampai meyeret jalan tol dan seterusnya.

"Nah, saya kira lereng longsoran bagian terakhir akan berhenti di sana saja, cuma kalau didiamkan saja nanti akan menyeret (Jalan tol) artinya muncul longsoran susulan yang suatu saat mungkin istilahnya ada mahkota longsoran itu ujung paling atasnya," ucapnya.

Baca: Tol Cipularang Sudah Normal, Jasa Marga Rencanakan Proyek Perbaikan Jangka Panjang

Baca: Pasca-Longsor, Tol Cipularang KM 118 Aman Dilalui Kendaraan

Menurut Imam, Jasa Marga saat ini sedang menangani longsoran lereng tersebut dengan
mendatangkan alat berat seperti buldozer dan alat untuk memperkuat lereng juga sudah disiapkan.

"Nah, itu dalam rangka untuk memperkecil longsoran susulan, potensi untuk longsoran pasti ada, cuma potensi itu bisa juga dianulir, kalau memang Jasa Marga sigap," katanya.

Selama proses perbaikan dilakukan, sambung Imam, sebaiknya kendaraan besar dengan muatan berat tidak diperbolehkan lewat sementara waktu.

"Saya dengar juga Jasa Marga membatasi kendaraan berat tidak boleh lewat dulu, kalau kendaraan besar atau berat lewatkan bisa terasa kuat getarannya, jadi tidak boleh sekarang dalam proses pengerjaan," ucapnya.

Dipicu Likuefaksi

Likuefaksi atau pencairan tanah seperti yang terjadi di Palu pascagempabumi 2018 diduga menjadi pemicu terjadinya longsor di tepi Jalan Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang ( Tol Cipularang ) kilometer 118 +600 arah Jakarta.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, mengatakan pencairan tanah yang membuat tanah kehilangan kekuatannya itu bisa berbahaya jika tak segera ditangani dengan tepat.

Longsor, ujarnya, bisa menarik badan jalan seperti yang dulu pernah terjadi di KM 92.

Likuefaksi di Tol Cipularang , kata Basuki Hadimuljono, terjadi karena ada genangan air di sawah dan irigasi dekat Tol Cipularang arah Bandung.

Genangan inilah yang menyebabkan terjadinya rembesan air ke tebing samping tol arah Jakarta. Rembesan air membuat tanah menjadi jenuh dan mudah longsor.

"Ini penanganannya tidak terlalu rumit, hanya longsor kecil biasa," ucap Basuki Hadimuljono saat meninjau lokasi longsor di tepi Tol Cipularang itu, Senin (17/2/2020) sore.

Untuk menanganinya, kata Basuki, langkah pertama adalah pembenahan irigasinya. "Ini seperti yang terjadi pada irigasi di Gumbasa, Palu. Sama, likuefaksi, ada lumpur. Harus dikeringkan dulu," ujar Basuki.

Hal lain yang juga harus dilakukan adalah penguatan tebing.

"Penguatan tebing bisa dilakukan dengan terasering, kemudian diperkuat dengan beronjong. Itu sebagai penahan tebing di sini. Kalau untuk di atas, saya minta sketsa desain untuk memperbaiki drainasenya dulu," katanya.

Meski jarak titik longsor dan badan jalan tol hanya beberapa meter, Basuki Hadimuljono memastikan Tol Cipularang KM 118 masih aman untuk dilalui.

"Ini tidak berpengaruh pada safety factor jalan. Yang di sana (arah Bandung) masih jauh dan yang di sini (arah Jakarta) memang sudah mepet tapi masih bisa ditangani," ujarnya.

Jalur A jalan tol dari Jakarta menuju Bandung berfungsi seperti biasanya, dua lajur. Sebaliknya, jalur B, dari Bandung menuju Jakarta, dipersempit menjadi satu lajur.

Basuki mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Korlantas Polri terutama dalam mengatur lalu lintas dan pembatasan kendaraan berat. "Mudah-mudahan besok bisa ditetapkan. Lebih cepat lebih baik," katanya.

Longsor di KM 118 Tol Cipularang, Desa Sukatani, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, terjadi Selasa (11/2/2020) malam sekitar pukul 21.00.

Longsor membuat seorang warga luka ringan. Selain itu, enam rumah warga rusak berat, satu di antaranya rata dengan tanah. Longsor juga mengancam badan jalan tol. Jarak titik longsor ke badan jalan hanya sekitar tujuh meter.

Untuk mengantisipasi longsor susulan, areal longsoran ditutupi plastik sehingga terhindar dari penyerapan air hujan secara langsung.

PT Jasa Marga juga menangani genangan air dengan menggunakan lima buah pompa berkapasitas total 450 liter per detik.

Pada saat yang sama, pembersihan material lumpur juga terus dikerjakan untuk normalisasi saluran air dengan mengoperasikan tiga unit ekskavator.

Untuk perbaikan jangka panjang, seperti yang diminta Basuki Hadimuljono, Jasa Marga akan menata kembali saluran drainase.

Rekomendasi PVMBG

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, Kasbani, mengatakan, gerakan tanah yang terjadi di tepi Tol Cipularang KM 118 masih berpotensi terjadi, terlebih karena curah hujan masih sangat tinggi.

PVMBG, ujarnya, memberikan 10 rekomendasi. Sebagian dari rekomendasi itu sudah mulai dijalankan Jasa Marga, termasuk mengeringkan genangan air di utara dan selatan jalan tol serta membersihkan dan memperbaiki saluran drainase yang tersumbat.

Rekomendasi lainnya, kata Kasbani, adalah pembatasan beban kendaraan. "Juga sosialisasi terhadap masyarakat dan pengguna jalan dalam rangka peningkatan kewaspadaan," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, kemarin.

Mulai Normal

Sempat padat selama beberapa hari pascalongsor, arus lalu lintas di KM 118 Tol Cipularang sudah mulai kembali terlihat normal sepanjang hari kemarin. Arus lalu lintas lancar dari kedua arah. Tak ada penumpukan seperti terjadi sebelumnya.

Dirlantas Polda Jabar, Kombes Pol Eddy Djuanedi, mengatakan kepadatan arus sempat terjadi karena adanya penyempitan jalan.

"Selain itu, banyak pengguna jalan yang berhenti karena ingin melihat TKP. Banyak juga yang mengambil foto. Itu memakan waktu sehingga terjadi perlambatan," ujarnya di Tol Cipularang, kemarin.

Mengenai pembatasan kendaraan, kata Eddy, pihaknya bisa saja memberlakukannya setelah berkoordinasi dengan semua pihak, baik Jasa Marga maupun Kementerian PUPR.

"Untuk personel di lapangan, kami menyesuaikan. Kami akan support, terutama dalam progres perbaikan longsor ini. Berapa pun personel yang dibutuhkan, kami akan kerahkan untuk memperlancar arus lalu lintas," ujar Eddy.

Kapolres Cimahi, AKBP M Yoris Maulana Yusuf Marzuki, terus mengerahkan patroli Patwal R4 di KM 118 untuk memantau situasi. Selain itu, pihaknya juga menyiapkan personel Satlantas untuk memperkuat jalur Padalarang dan Cikalong Wetan apabila ada pengalihan keluar Tol Padalarang Timur.

"Kami langsung berkoordinasi dengan Ditlantas Polda Jabar, Satlantas Polres Purwakarta, dan Satlantas Polres Cianjur apabila terjadi pengalihan arus," katanya.

Kasatlantas Polres Cimahi, AKP Susanti Samaniah, mengatakan, hingga Senin (17/2) sore, arus di KM 118 Cipularang masih lancar.

"Kecepatan kendaraan rata-rata 60 hingga 80 kilometer per jam. Tidak terdapat antrean," ujarnya. (hilman kamaludin/mega nugraha/nazmi abdurrahman)

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Likuefaksi Penyebab Longsor di KM 118, Jalan Tol Cipularang Dipastikan Tetap Aman,

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas