Petani Karet Nyaris Tewas Diterkam Beruang di Muara Enim, BKSDA Ungkap Soal Ibu Kota Beruang
Seorang petani karet di Desa Lubuk Mumpo, Kecamatan Gunung Megang, Muara Enim, Sumatera Selatan selamat dari terkaman beruang.
Editor: Adi Suhendi
Untuk itu tambahnya pihaknya berharap pihak terkait untuk segera menindak lanjutinya.
"Jangan sampai seperti kejadian Harimau di Semendo, sampai ada korban lanjutan," katanya.
Baca: Warga Cibaduyut Bandung Dihebohkan Dengan Kemunculan Ular Sanca Sepanjang 2 Meter di Atap Rumah
Kapolres Muara Enim, AKBP Donni Eka Syaputra melalui Kapolsek Gunung Megang saat dikonfirmasi membenarkan adanya peristiwa tersebut.
"Saat ini korban sudah dibawah ke RS HM Rabain Muara Enim dan rencananya akan dirujuk ke RSMH Palembang," katanya.
Terkait peristiwa tersebut pihaknya akan berkoordinasi dengan unsur Tripika untuk kemudian berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Palembang untuk mencarikan solusi terkait langka-langka yang akan diambil lebih lanjut terkait adanya ancaman beruang tersebut.
"Kita akan koordinasikan dulu,apakah harus ditangkap dan diamankan atau bagaimana,sehingga masyarakat tidak resah dengan adanya kejadian ini,karena baru inilah ada beruang yang menyerang manusia di wilayah hukum Polsek Gunung Megang," katanya.
BKSDA cek lokasi penyerangan
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lahat mendatangi lokasi kejadian melakukan olah TKP bersama pemerintah desa maupun Polres Muaraenim.
"Kondisi tempatnya perkebunan namun ditumbuhi banyak belukar dan kami menduga disana ada dua aktivitas bersamaan, di mana petaninya sedang menyadap karet dan beruangnya lewat sehingga sama-sama terkejut sehingga menyebabkan beruang reaktif."
"Beruang kan kalau terkejut akan menjadi reaktif, sehingga terjadinya peristiwa tersebut," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, Martialis Puspito saat dikonfirmasi Tribunsumsel.com.
Baca: Kulit Wajah Berjerawat Padahal Selalu Berada di Rumah, Ini Kata Dokter Spesialis Kulit
Ia juga mengatakan kedatangan pihaknya ke lokasi untuk memastikan apakah beruang tersebut masih ada disekitar lokasi atau sudah menjauh.
"Kalau biasanya ada konflik, kalau memang aktivitas beruang masih ada dalam tempo 2-3 hari, maka eskalasinya harus naik, harus ada upaya lanjut, apakah harus dievakuasi atau bagaimana," katanya.
Namun berdasarkan hasil pengecekan di lokasi, beruangnya sudah tidak ada.
Meskipun begitu, pihaknya sudah memberikan kontak kepada warga setempat, jika terlihat tanda-tanda adanya aktivitas dari beruang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.