Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dokter di Jatim Berguguran, Kemarin Dalam Sehari 2 Dokter Meninggal

Keluarga dr Gatot Prasmono sendiri, menurut informasi yang diterima Sutrisno dalam keadaan yang sehat

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Dokter di Jatim Berguguran, Kemarin Dalam Sehari 2 Dokter Meninggal
Tangkap layar
Kabar duka, sehari dua dokter di Jawa Timur meninggal dunia karena COVID-19. Salah satunya bertugas di IGD RSUD Rumah Sakit Sidoarjo. 

Salah Satunya Kakak dr Deny Yang Telah Gugur Oleh Covid-19

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA -- Jawa Timur kembali kehilangan putra terbaiknya di tengah perjuangan melawan Covid-19, salah satu dokternya gugur karena virus Corona.

Dr Gatot Prasmono yang bertugas di RSUD Sidoarjo bagian Instalasi Gawat Darurat (IGD) meninggal pada Jumat (19/6/2020) dengan status positif Covid-19.

"Beliau itu kerjanya di RSUD Sidoarjo bagian IGD.

Dari informasi nya tanggal 15 masih jaga bertugas, hari berikutnya (tanggal 16 Juni) baru ada keluhan yang mengarah ke Covid," kata Ketua Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Jatim, Sutrisno, Sabtu (20/6/2020).

Setelah ada keluhan tersebut, dilakukan lah pemeriksaan terhadap Gatot Prasmono dan dari hasil Tes Cepat Molekuler (TCM), almarhum positif Covid-19.

"Iya hasil tes TCMnya sudah keluar, Confirm (Covid-19)," lanjutnya.

Berita Rekomendasi

Sutrisno menjelaskan, selain Covid-19, Gatot juga mempunyai riwayat medis lain yaitu menderita diabetes yang semakin memperparah infeksi virus Sars Cov-2 di tubuh pasien.

Baca: Dipecat Saat Wabah Covid-19, Paramedis Honorer Ini Curhat

Baca: Ikatan Dokter Indonesia: 38 Dokter Meninggal Dunia Terkait Covid-19

Baca: Dokter Reisa Ingatkan Dexamethasone Bukan Vaksin, Khasiatnya Tidak sebagai Penangkal Covid-19

Lebih lanjut untuk keluarga dr Gatot Prasmono sendiri, menurut informasi yang diterima Sutrisno dalam keadaan yang sehat.

Sutrisno juga menyampaikan duka citanya karena rekannya yang lain yaitu dokter Anang Eka Kurniawan asal Bangkalan juga meninggal dunia pada Jumat (19/6/2020).

"Tapi untuk riwayat medisnya belum jelas karena data-data yang menunjukkan beliau itu konfirm Covid belum ada, belum keluar test nya," kata Sutrisno.

Namun begitu Sutrisno menjelaskan Anang adalah kakak dari dokter Denny Dwi Yuniarto yang meninggal 15 Juni lalu dan terkonfirmasi positif Covid-19.

Pesan dokter Madura sebelum meninggal kena COVID-19

Sebelumnya, terungkap fakta-fakta tentang dokter Deny Dwi Yuniarto asal Madura, Jawa Timur (Jatim) yang gugur karena Virus Corona atau COVID-19 ada di artikel ini.

Termasuk pesan mengarukan dokter Deny Dwi Yuniarto sebelum meninggal dunia yang menyentuh hati, sehingga layak ia dijuluki 'pahlawan kesehatan'.

Sejumlah dokter dan perawat di Jawa Timur menjadi korban Virus Corona (COVID-19), memunculkan keprihatinan bagi kalangan tenaga medis.

Pesan menyentuh Dokter Deny Dwi Yuniarto itu dibagikan kepada rekan sejawatnya saat sudah dirujuk ke Surabaya.

Di antaranya kepada Agus Suryantono, Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Sampang.

Catatan itu kemudian menjadi pesan berantai.

"Ini adalah realitas yang kita hadapi. Kita tidak meminta dipuja, Kita tidak meminta disanjung Kalau memang anda harus keluar rumah karena pekerjaan dan perputaran ekonomi, insya Allah kita akan memahami tapi jangan curigai kami mengada-ada dengan penyakit ini Karena kita tidak akan tau penyakit ini mengenai siapa dan dimana".

Ucapan duka keluarga besar IDI Jatim untuk dua dokter di Madura yang gugur terpapar covid-19. Dokter Deny meninggalkan pesan menyentuh saat dirujuk ke Surabaya.
Ucapan duka keluarga besar IDI Jatim untuk dua dokter di Madura yang gugur terpapar covid-19. Dokter Deny meninggalkan pesan menyentuh saat dirujuk ke Surabaya. (istimewa)

Menurut Agus, pesan itu menjadi peringatan bahwa tenaga medis dalam menangani Covid-19 tidak membutuhkan pujian dan sanjungan.

Tenaga medis rela mengorbankan hidupnya demi menangani corona.

Selain itu, pesan dokter Deny mengingatkan bahwa corona nyata adanya, bukan mengada-ada karena korbannya keluarga dokter sendiri.

"Pesan lainnya dari dr D bahwa corona bukan rekayasa. Jadi, kita semua diajak agar selalu waspada.

Seperti diketahui dokter yang sehari-hari bertugas di salah satu puskesmas di Kabupaten Sampang ini meninggal di Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya, pada Senin (15/6/2020) pukul 03.00 WIB.

Orangtuanya juga meninggal karena Covid-19

Meninggalnya dokter Deny menambah duka bagi keluarganya.

Sebab, sebelumnya orangtua dokter Deny juga meninggal karena terpapar covid-19.

Tiga hari sebelum dokter Deny, ibu kandungnya juga meninggal dunia karena diserang Covid-19.

Sebelum kematian ibu kandungnya, ayah kandung dokter Deny yang merupakan perawat senior di RSUD Sampang, juga meninggal dunia, Minggu (7/6/2020).

Saat ini, istri almarhum dokter Deny bersama dengan anak semata wayangnya yang masih berusia 1 tahun, tengah menjalani isolasi di RSUD Sampang, setelah terkonfirmasi positif Covid-19.

"Kami betul-betul berduka, karena keluarga besar dr D merupakan tenaga medis di Kabupaten Sampang yang sama-sama berjuang untuk melawan Covid-19, namun harus gugur karena terserang Covid-19," ujar Juru Bicara Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Kabupaten Sampang, Juwardi, saat dihubungi Kompas.com, Senin.

Ketua IDI Jatim Ungkap Penyebabnya

Selain Dokter Deny, ada dokter lain dari Madura yang meninggal dalam status PDP Covido-19, yakni dr H Dibyo Hardianto.

Terkait hal itu, Sutrisno Ketua IDI Jawa Timur (Jatim) mengatakan, jika dr Deny dinyatakan meninggal karena terkonfirmasi virus corona.

Dokter Hardianto, tutup usia dengan memiliki gejala klinis yang mengarah pada positif virus corona.

"Jadi memang satu sdh terkonfrim yang satu swabnya belum keluar tapi gejala klinis mengarah ke Covid-19," kata Sutrisno saat dihubungi, Senin (15/6/2020).

Lebih lanjut, kata Sutrisno, tiga hari lalu, kedua dokter sempat menjalani perawatan intensif.

Ia pun menduga dua dokter tersebut bisa terpapar karena keduanya setiap hari berhubungan dengan pasien penderita Covid-19.

"Kan setiap hari dua dokter itu memberi pelayanan pasien Covid-19. Otomatis selama memberi pelayanan itu mereka tertular," ucapnya.

Belakangan, dokter dikabarkan banyak yang tertular Covid-19 setelah menangani pasien positif. Saat ini di Jatim sudah ada 57 orang. Bahkan yang meninggal sudah 8 jiwa.

Saat disinggung apa penyebabnya, Sutrisno mengatakan bahwa, transmisi penularan di Jatim masih dinilai masih terlampau tinggi.

"Memang tingkat kematian di Jatim tinggi sekitar 8,3 persen. Artinya transmisi lokal di level masyarakat itu masih banyak.

Kita tidak lihat kan ada orang tanpa gejala atau gejala ringan, sedang masih banyak dan itu mereka beredar sehingga menularkan kemana-mana juga.

Jadi kalau masyarakat tidak protokol kesehatan penularan tambah tinggi jadi makin banyak mengalir ke rumah sakit dan itu yang bikin tenaga kesehatan makin kewalahan," jelasnya.

Dalam mengurangi tingkat risiko penularan, Sutrisno berharap di masa transisi new normal, ia berharap semua pihak di lapisan masyarakat menjadi pioner untuk mengajarkan gaya hidup bersih.

"Artinya apapun konsepnya selama orang masih tidak patuh protokol ya tetap virus akan tetap berpindah.

Jadi sekarang protokol itu sudah saatnya bergeser misalnya di tingkat RT/RW, Kecamatan, pemilik pabrik, mal, sekolah, pesantren harus jadi pioner untuk mengawasi agar setiap anggotanya disiplin menjalankan protokol yang ditetapkan," tutupnya.

Dokter Dibyo Dimakamkan dengan Protokol Covid-19

Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bangkalan Dr Dibyo Hariyanto (53) menghembuskan nafas terakhir pada Minggu (14/6/2020) sore.

Tata cara pemakaman dilakukan melalui protokol Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Keputih Surabaya.

Ketua Satgas Covid-19 RSUD Syamrabu Bangkalan dr Catur Budi mengungkapkan, dr Dibyo merupakan pasien jantung yang masuk IGD RSUD Syamrabu pada Sabtu (13/6/2020) pagi

"Sabtu sore saya periksa, gambarannya kok pneumonia di (paru) kanan-kirinya. Kami langsung swab," ungkap dokter spesialis paru ini kepada Surya, Senin (15/6/2020).

Ia menjelaskan, keesokan harinya, Minggu (14/6/2020) almarhum tengah dipersiapkan untuk diberangkatkan ke Surabaya.

"Sudah mau diberangkatkan untuk dirujuk karena butuh ventilator. Tapi oksigen nya tambah menurun," jelas dr Catur.

Ia menerangkan, almarhum dr Dibyo Hariyanto merupakan dokter umum yang selama ini membuka praktek pribadi di Kecamatan Blega.

"Agak rawan memang, kadang pasien kita tidak terus terang. Atau APD dokternya tidak lengkap. Sehingga bisa saja tertular pasien," pungkasnya.

Ketua IDI Bangkalan dr Farhat Suryaningrat mengungkapkan, tindakan rapid tes terhadap almarhum menunjukkan hasil non reaktif.

"Perkembangan pneumonia Covid pada paru-paru beliau sangat cepat, mengarah ke Covid. Non reaktif karena karena ada kencing manis," ungkapnya.

Dokter spesialis kulit dan kelamin itu menyatakan, meninggalnya dr Dibyo merupakan realitas yang dihadapi para petugas medis di tengah wabah Covid-19.

Apalagi, lanjutnya, dengan berkembangnya tuduhan konspirasi terhadap para petugas medis.

"Kami juga korban atas wabah ini. Tidak ada yang diuntungkan dengan kejadian ini. Kami tidak minta dipuja, tidak pula disanjung. Tapi jangan menuduh kami dengan konspirasi," tegasnya.

dr Farhat mengimbau masyarakat tetap mematuhi disiplin protokol kesehatan guna menekan angka penyebaran Covid-19 di Kabupaten Bangkalan.

"Silahkan jika masyarakat ingin beraktifitas untuk alasan perekonomian, tapi pakailah masker dan sering cuci tangan," pungkasnya.

175 Nakes Jatim Terpapar Covid-19

Di bagian lain, tenaga kesehatan di Jawa Timur yang gugur akibat covid-19 terus bertambah. Hingga saat sudah ada sebanyak 175 tenaga kesehatan Jatim yang terpapar covid-19 dan tiga persennya meninggal dunia.

Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim Kohar Hari Santoso, dalam jumpa pers di Gedung Negara Grahadi, Senin (15/6/2020), malam.

“Total nakes yang terpapar covid-19 sudah 175 orang per hari ini. Yang meninggal dunia ada tiga persen. Dari jumlah tersebut yang paling banyak terpapar virus adalah dokter dan perawat namun paling banyak masih perawat,” kata Kohar.

Jika dirinci detailnya dari 175 tenaga kesehatan yang terpapar covid-19 ada sebanyak 50 orang yang sedang menjalani perawatan, yang sudah sembuh 119, dan yang meninggal dunia 6 orang.

Tenaga kesehatan yang paling banyak terpapar covid-19 adalah Kota Surabaya dengan jumlah 45 orang. Kemudian disusul Kabupaten Lamongan ada sebanyak 19 orang, Kabupaten Pasuruan sebanyak 12 orang dan Kabupaten Sidoarjo sebanyak 12 orang serta Kabupaten Tulungagung sebanyak 8 orang.

Lebih lanjut Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim Joni Wahyuhadi mengatakan bahwa terbaru ada tenaga kesehatan yang meninggal dunia adalah dari dokter dari Kabupaten Bangkalan dr Hibyo Hardjanto dan juga dari Kabupaten Sampang adalah dr Deny Dwi Yuniarto.

“Kawan kami yang meninggal dunia dari Sampang orang tuanya menelfon ke kami menyebutkan bahwa dia meninggal karena covid-19, istrinya beliau saat ini juga sedang sakit dan mertuanya meninggal belum lama ini juga karena positif covid-19,” kata Joni.

Ia mengimbau masyarakat untuk tidak menyepelekan covid-19. Terlebih sampai saat ini masih banyak yang tidak percaya dengan covid-19 dan menyebut bahwa covid-19 hanya akal-akalan belaka.

“Covid-19 ini tidak terlihat tapi dampaknya sangat bisa kita rasakan. Penyakit ini sangat menular sehingga vaksin terbaik adalah melakukan pencegahan penularan lewat penerapan protokol kesehatan,” pungkas Joni.

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Sehari Dua Dokter di Jatim Meninggal Dunia Karena COVID-19, Bertugas di RSUD Sidoarjo & Bangkalan

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas