Perawat Meninggal 4 Hari Usai Melahirkan Karena Covid-19, Kondisi Bayinya Memprihatinkan
Sebelumnya, Ari Puspitasari, perawat RS Royal Surabaya lebih dulu meninggal dunia positif virus corona covid-19.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Perjuangan Vivitra Wallada TS AMd Kep berakhir sudah, perawat yang baru empat hari melahirkan itu akhirnya gugur setelah terinfeksi Covid-19.
Kabar meninggalnya perawat Vivitra Wallada TS Amd Kep ini disampaikan lewat flyer bela sungkawa yang dibuat PPNI jatim khusus untuk para perawat yang gugur karena Covid-19.
Ketua DPW PPNI Jatim Prof Nursalam MNurs membenarkan kabar meninggalnya Vivitra Wallada TS Amd Kep yang terpapar Covid-19 dalam kondisi hamil.
"Beliau meninggal pada Rabu (24/6/2020) pukul 03.53,"ungkapnya.
Guru besar fakultas Keperawatan Universitas Airlangga ini menjelaskan bayi yang dikandung Vivitra dilahirkan melalui operasi seksio pada tanggal 20 Juni 2020.
Baca: Dokter Covid yang Gugur Dapat Santunan Rp 250 Juta, Perawat: Rp150 Juta, Sopir Ambulans: Rp 100 Juta
Baca: Ada Dokter Beserta Orangtua dan Mertuanya Gugur karena Corona, Junior Liem Kagum dan Tulis Hal ini
Baca: KPU: Petahana Menyalahgunakan Wewenang terkait Covid-19 Bisa Gugur di Pilkada
"Bayi masih hidup dirawat di NICU RSAL. Bayi juga positif Covid-19,"paparnya.
Kematian Vivitra yang selama ini bertugas di RS Gotong Royong Surabaya menjadikan jumlah korban Covid-19 di kalangan PPNI sebanyak delapan orang.
"Total jatim per hari ini 124 perawat yang terpapar Covid. Yang sedang dirawat sekitar 30 persen,"pungkasnya.
Perawat RS Royal Meninggal bersama bayinya
Sebelumnya, Ari Puspitasari, perawat RS Royal Surabaya lebih dulu meninggal dunia positif virus corona covid-19.
Ari Puspitasari meninggal dalam kondisi hamil.
Berbeda dengan bayi Vivitra yang sudah dilahirkan, janin Ari tidak bisa diselamatkan.
Ari Puspitasari sudah pernah di rapid test dua kali, tetapi hasilnya negatif.
Namun, hasil tes swab terbaru justru perawat RS Royal Surabaya ini positif covid-19.
Kepastian mengenai hasik tes swab Ari Puspitasari diungkapkan Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim Joni Wahyuhadi seusai bertemu dengan direktur RS Royal Surabaya.
Joni menjelaskan, sebenarnya hasil dua kali rapid testnya non reaktif, namun karena mengalami gejala klinis Covid-19 akhirnya dilakukan PCR.
Joni menjelaskan, gejala klinis tersebut muncul usai tiga hari cuti bekerja.
“Sebetulnya tetap disarankan cuti. Tapi, dia pengen masuk. Kemudian, kebijakannya tidak ditempatkan dalam perawatan COVID-19. Jadi rumah sakit dipisah antara yang merawat COVID-19 dan tidak,” kata Joni, Selasa (19/5/2020).
“Habis dinas dia dicutikan. Hari ketiga atau keempat pasca libur baru merasakan gejala-gejalanya,” lanjutnya.
Dirut RSUD dr Soetomo ini melanjutkan, kasus yang menimpa Ari memang tergolong berbahaya karena sedang hamil sehingga menjadi lebih rentan.
Pun saat dilakukan rapid test, antibodinya tidak muncul terhadap antigen virus corona. Sehingga hasilnya rapid test nya non reaktif.
Jika antibodi tersebut tidak muncul, padahal pasien tersebut positif Covid-19 otomatis pasien tersebut tidak punya ketahanan tubuh terhadap virus yang masuk.
“Ini menunjukkan bahwa orang punya resiko seperti hamil, hipertensi, diabet, itu rapid testnya sering negatif karena tidak ada immunoglobulin. Ini yang paling berbahaya,” ucapnya.
Humas RSAL dr Ramelan Surabaya, drg Aldiah Humas RSAL menerangkan hasil tes Swab PCR yang dilakukan RS Royal menunjukkan bahwa Ari positif terinfeksi virus corona.
"Pas tanggal 15 masuk RSAL. Hasil swab diambil di RS Royal kan jadi sudah bisa diketahui hasilnya positif," ucap dia.
Namun Aldiah mengaku tidak mengetahui pasti kapan hasil tersebut keluar. Aldiah memdiprediksi, tes Swab PCR biasanya 4-5 hari setelah pengecekan.
"Aku nggak tahu kapan keluarnya (hasil swab) tapi dirawat di RS Royal sejak 8 Mei. Kalau Swab itu kan pemeriksaan keluar 4-6 hari berarti kan bisa jadi sebelum masuk RSAL sudah keluar hasil positif itu," terang dia.
Di kesempatan itu, Aldiah menceritakan kondisi Ari saat pertama kali datang ke RSAL.
Menurut pengamatannya, Ari datang sudah dalam keadaan kritis.
"Sudah pakai inkubasi saat datang. Masuk RSAL sudah masuk ruangan khusus ICU Covid-19. Jadi di RSAL itu nggak masuk ruang biasa tapi sudah masuk ruang ICU Covid," ungkap dia.
Pihak RS Royal Surabaya menjelaskan lebih detail profile tenaga medis yang telah meninggal dunia di RSAL pada Senin (18/5/2020).
Informasinya, Ari Puspita Sari merupakan warga Surabaya dan menghebuskan nafas terakhir saat menginjak usia 26 tahun.
Juru bicara penanganan Covid-19 RS Royal dr Dewa Nyoman Sutanaya mengatakan, Ari sudah dua tahun tergabung menjadi tenaga medis.
"Perawat baru, kurang lebih dua tahun. Yang jelas dia tenaga baru," kata dia saat ditemui di RS Royal, Senin (18/5/2020).
Dokter dan Perawat RSUD Sidoarjo Gugur
Sebelumnya, dua tenaga medis di Sidoarjo meninggal dunia akibat covid-19. Mereka adalah dokter Gatot Pramono, dan Sri Agustin yang sehari-hari menjadi perawat di RSUD Sidoarjo.
Gatot Pramono merupakan dokter IGD yang selama ini juga menjadi dokter dalam penanganan pasien covid-19 di rumah sakit milik Pemkab Sidoarjo tersebut.
Sementara Sri Agustin merupakan perawat yang bertugas di poliklinik eksekutif RSUD Sidoarjo. Juga tim medis dalam penanganan pasien coronavirus di Sidoarjo.
Dokter Gatot Pramono meninggal dunia pada Jumat (19/6/2020) sore. Warga Sedati itu menghembuskan nafas terakhirnya tetelah menjalani perawatan intensif di ruang isolasi.
"Almarhum sudah menjalani perawatan sekitar tiga hari. Sebelumnya, dia mengeluh badan panas dan muntah," kata Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo, Syaf Satriawarman.
Tanggal 18 Juni kemarin almarhum menjalani swab test, dan hasilnya dinyatakan positif covid-19. Juga ada penyakit penyerta lain, yakni Jantung dan Diabetes.
Beberapa jam setelah meninggal dunia, jenazah dokter Gatot Pramono langsung dimakamkan. "Proses pemakaman dengan protokol covid-19," kata Kapolresta Sidoarjo, Kombes Pol Sumardji.
Polisi juga melakukan pengawalan sejak jenazah keluar dari rumah sakit hingga proses pemakaman selesai pada Jumat malam.
"Mewakili Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sidoarjo, kami menyampaikan belasungkawa yang mendalam. Polresta Sidoarjo juga turut berduka atas wafatnya almarhum," ujar Sumardji.
Belum reda kesedihan itu, kabar duka kembali datang dari RSUD Sidoarjo. Seorang perawat di sana juga meninggal dunia, Sabtu (20/6/2020).
Sri Agustin, perawat perawat Poliklinik Eksekutif RSUD Sidoarjo juga meninggal dunia karena covid-19. Dia sempat menjalani perawatan di ruang isolasi akibat penyakit yang dideritanya.
Sri Agustin menghembuskan nafas terakhirnya sekira pukul 02.00 WIB. Dia sudah selama 17 hari menjalani perawatan di ruang isolasi. Bahkan, 15 hari terakhir juga sudah memakai ventilator.
ASN yang sudah mengabdi sekitar 18 tahun di rumah sakit milik Pemkab Sidoarjo itu juga punya penyakit penyerta. Yakni penyakit jantung.
Pihak rumah sakit, Pemkab Sidoarjo, dan berbagai kalangan menyampaikan duka cita yang mendalam atas kematian dua tenaga medis di Sidoarjo ini.
"Virus ini masih ada. Meski kita sudah masuk masa transisi new normal, kami terus mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan. Jangan menyepelekan, karena jumlah pasien dan yang meninggal dunia juga terus bertambah," kata kapolres. (Sulvi Sofiana)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul KABAR DUKA Perawat Surabaya Gugur Terpapar Covid-19 seusai 4 Hari Melahirkan, Kondisi Bayi Memilukan