Viral Pengalaman 'Nyontek Massal' Saat UN untuk Jaga Nama Baik Sekolah, Pengamat: Ini Pembangkangan
Viral cuitan seorang warganet setelah mengungkap pengalaman saat dirinya mengikuti Ujian Nasional (UN). Dimanfaatkan jadi sumber contekan oleh guru.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
Pasalnya, Isa menyampaikan, fungsi dari pendidikan di sekolah ini tidak hanya meningkatkan nilai akademik saja.
Tetapi penting juga merubah perilaku dari yang baik menjadi tidak baik, yang dikenal sebagai pendidikan karakter.
"Kalau melihat apa yang terjadi di Nganjuk ini sebetulnya sekolah butuh mengaktualisasi diri untuk dianggap sekolah baik."
"Tetapi cara yang dilakukan salah," ujar mantan Ketua Dewan Pendidikan Surabaya ini kepada Tribunnews, Jumat (26/6/2020).
Baca: Kisah Haru Wisudawan Terbaik soal Pendidikan di Tanah Papua, Hanya Miliki Satu Guru & Buku Terbatas
Isa menuturkan, cara 'memanfaatkan' siswa pintar untuk menjadi sumber contekan bagi siswa lainnya, menunjukkan sebuah kegagalan sekolah.
Terutama, gagal dalam meningkatkan proses pendidikan karakter.
"Ini yang harusnya menjadi perhatian bagi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur."
"Ternyata gagasan Dinas Pendidikan untuk menguatkan pendidikan karakter tidak berjalan baik di lapangan."
"Terlebih sekolah negeri yang melakukannya," kata Isa kepada Tribunnews melalui sambungan telepon.
Baca: VIRAL Curhat Wali Murid Soal Pemberian Hadiah pada Wali Kelasnya, Wajarkah di Dunia Pendidikan?
Lebih lanjut, Isa juga menjelaskan, praktik nyontek massal ini bisa dikatakan sebagai pembangkangan terhadap kebijakan pendidikan.
Pasalnya, pendidikan karakter yang membuat adanya kejujuran dan tanggung jawab tidak diajarkan secara nyata.
"Hanya untuk menjaga nama baik sekolah, mereka melanggar etika atau maksud baik dari pendidikan karakter."
"Ini bisa dikatakan pembangkangan terhadap pemerintah, dalam hal ini terhadap kebijakan pendidikan," ungkap pria yang menjadi anggota Dewan Pendidikan di Jawa Timur ini.
Baca: Viral Wisuda Putra Papua Tak Dihadiri Orang Tua karena Biaya, Sosoknya Berprestasi Keliling Dunia
Menurutnya, bila praktik ini terus dilakukan, maka akan lebih banyak nilai-nilai penting yang terbuang.
Seperti, guru akan lebih mengagungkan murid yang pintar dibanding murid yang jujur.
"Kalau semua guru hanya mengagungkan kecerdasan tapi kecerdasan karakternya ditinggalkan, mau jadi apa negeri ini?"
"Menurut saya pendidikan menjadi ujung tombak, permasalahan bangsa ini bukan kurangnya orang pinter, tetapi kurangnya orang jujur," pungkas Isa.
(Tribunnews.com/Maliana)