Relawan AGL Sebut Pendaki Andi Sulistyawan Diduga Alami Halusinasi: Jurang Dianggap Tempat Aman
Benang merah tewasnya pendaki bernama Andi Sulistyawan (18) diungkapkan oleh seorang relawan Anak Gunung Lawu (AGL).
Editor: Miftah
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ilham Oktafian
TRIBUNNEWS.COM - Viral video detik-detik sebelum pendaki Andi Sulistyawan tewas beredar di media sosial.
Relawan Anak Gunung Lawu (AGL) menganalisis, jurang di video dan tempat ditemukannya Andi memang terkait.
Korban kemudian bertindak di luar nalar dan melompat ke jurang.
Benang merah tewasnya pendaki bernama Andi Sulistyawan (18) diungkapkan oleh seorang relawan Anak Gunung Lawu (AGL).
Pasca viralnya video detik-detik sebelum Andi ditemukan tewas, seorang relawan AGL, Budi Santoso mengungkapkan analisisnya.
Disampaikan oleh Budi, jika jurang tempat Andi ditemukan terkait dengan video yang beredar.
"Memang terkait, saat dia bertindak diluar nalar, tak berselang lama kemungkinan dia melompat ke jurang," kata Budi kepada TribunSolo.com, Jumat (24/7/2020).
"Jurang tersebut di halusinasikan saudara Andi sebagai tempat bersembunyi yang nyaman," imbuhnya.
Baca: Pendaki Gunung Lawu Sebelum Ditemukan Tewas, Lepas Pakaian dan Selimuti Kayu Bakar
Baca: Kisah Alvi Kurniawan, Pendaki Hilang di Gunung Lawu Sejak Januari 2019, Belum Ditemukan hingga Kini
Baca: Mobil Avanza Terjun ke Jurang 100 Meter di Samosir saat Hendak Putar Balik, Sopir Tewas
Jenazah Andi memang ditemukan di jurang Gunung Lawu, saat ditemukan ia bertelanjang dada dan mengenakan celana hitam, sama persis seperti video yang beredar luas tersebut.
Lantaran hal tersebut, Budi selalu mewanti wanti untuk pendaki mempersiapkan secara matang, baik mental maupun pengetahuan.
Hal yang menimpa Andi adalah kecelakaan yang dapat dihindari, jika yang bersangkutan maupun yang merekam video tersebut paham tentang hipotermia yang kerap membunuh para pendaki.
"Sebelum mendaki harus dipersiapkan betul," katanya.
"Selain menyelamatkan nyawa sendiri juga bisa menyelamatkan orang lain," imbuhnya.
Lanjut Budi, jika yang menimpa Andi adalah fase terberat dari hipotermia.
"Dia mencapai fase paradoxical undressing," katanya.
Saat melewati fase tersebut, pendaki biasanya berhalusinasi dengan situasi yang berkebalikan dari suhu dingin.
"Selain berhalusinasi, biasanya melepas pakaiannya," paparnya.
"Mereka berhalusinasi kepanasan, atau situasinya berbalik dari suhu yang ada," imbuhnya.
Kasus yang menimpa Andi rupanya tak hanya sekali terjadi, Budi pernah mendapati di situasi dengan ruang dan waktu yang berbeda.
"Dulu pernah di Merapi juga seperti itu, ada pendaki yang melepas pakaiannnya sampai telanjang," paparnya.
"Namun beruntung dia masih pasif, tidak aktif seperti yang terjadi pada saudara Andi," jelasnya.
Saat mendapati hal demikian, biasanya para relawan melakukan terapi tertentu pada penderita hipotermia fase berat.
"Kalau masih pasif biasanya kita bungkus dengan plastik termal atau kita buatkan perapian," tuturnya.
"Kalau sudah aktif satu satunya jalan biasanya dilukai anggota tubuhnya agar tersadar," imbuhnya.
"Yang aktif pembukuh darahnya sudah mengecil," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul "Terungkap Pendaki Gunung Lawu Andi Tewas : Halusinasi Melompat ke Jurang Dianggap Persembunyian Aman"