Aktivis di Kaltim Dijemput Petugas Tanpa APD Lengkap dan Bukti Tes Swab, Diminta Isolasi di RS
Ketiga aktivis ini menduga ada kepentingan lain menggunakan isu Covid-19 untuk membungkam perjuangan demokrasi dan HAM
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Sedangkan orang lain yang ikut di-swab tenggorokannya, dinyatakan negatif.
Padahal setiap harinya ada anggota Walhi dan Pokja 30 Kaltim yang juga sama-sama berinteraksi dan kontak erat dengan ketiga orang yang disebut positif tersebut.
“Kami tanya, mana hasil tes swab kami. Mereka tidak tunjukan, tapi malah memaksa kami harus ke rumah sakit dengan marah-marah,” jelas Tiko.
Sore itu, kata Tiko, berkumpul sebagian warga yang di depan kantornya.
Dia tak tahu persis warga tersebut merupakan warga sekitar atau bukan.
Khawatir Muncul Gejolak Ketiganya kemudian mengikuti keinginan para petugas tersebut ke RSUD IA Moeis dengan syarat setelah sampai di sana diberi hasil tes swab.
“Begitu sampai di RSUD IA Moeis mereka tetap tidak menunjukkan hasil tes itu. Bahkan, satu persatu dari mereka justru menghilang usai kami di-drop. Kami justru ditelantarkan di depan RSUD,” terang Tiko.
Hingga malam hari ketiga aktivis ini kemudian dijemput oleh rekan mereka dan kini sedang berada di salah satu safe house (rumah aman) di Samarinda.
Fathul menambahkan, sejak awal dilakukan tes swab dan penjemputan ada banyak keanehan.
Para petugas juga tak menggunakan alat pelindung diri lengkap, terkesan tidak sesuai standar.
Karena sebagian dari mereka hanya menggunakan masker dan pelindung muka (face shield).
Bahkan, permintaan menunjukkan identitas pun tak dilakukan.
“Beberapa dari mereka saya pegang juga enggak ada masalah, kan katanya saya positif Covid-19,” tutur Fathul.
“Jadi memang banyak keanehan. Mereka semprot Kantor Walhi tapi sambil marah-marah. Kami dibentak-bentak. Dia bilang jangan sembunyikan orang. Kami binggung siapa yang kami sembunyikan,” sambung dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.