Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tersentuh Kisah Ngatimin, Pejuang yang Kini Jualan Mainan, 'Superman' Borong Dagangannya

Pria berkostum Superman, Danar, bersama alumni FEB UNS berdonasi untuk memborong dagangan Ngatimin, pejuang yang kini berjualan mainan.

Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Tersentuh Kisah Ngatimin, Pejuang yang Kini Jualan Mainan, 'Superman' Borong Dagangannya
Dokumen Pribadi
Pria berkostum Superman, Danar, bersama alumni FEB UNS berdonasi untuk memborong dagangan Ngatimin, pejuang yang kini berjualan mainan. 

Sementara itu, Danar menceritakan, sebelum memborong mainan dagangan Ngatimin, ia juga sempat mengajak Ngatimin untuk mengikuti Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi.

Bahkan, ia meminta Ngatimin untuk memimpin upacara tersebut.

Sadar sedang dalam situasi pandemi virus corona (Covid-19), Danar mengatakan, upacara kecil tersebut dilakukan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

Menurut Danar, Ngatimin terlihat begitu senang dalam acara tersebut.

"Tadi upacara, dia (Ngatimin) memimpin upacaranya."

"Upacara kecil-kecilan di tengah pandemi, memakai masker, terus dia udah senang banget. Semua pedagang di situ kita wajibkan ikut," ungkap Danar.

Kisah Ngatimin

Berita Rekomendasi

Diberitakan TribunSolo.com sebelumnya, Ngatimin merupakan seorang pejuang yang pernah bertugas menjadi mata-mata bagi tentara Indonesia.

Dalam menjalankan tugas tersebut, ia juga harus mampu memerankan sosok yang ditugaskan sang komandan waktu itu.

"Komandan berkata ke saya, kamu saya kasih tugas pengawas musuh karena kamu masih di bawah umur tidak dicurigai musuh dan antek Belanda," kata Ngatimin.

"Kemudian, kamu harus pura-pura jadi anak tidak normal saat ketemu dengan tentara Belanda," imbuhnya.

Peran itupun dijalankan Ngatimin muda dengan baik, tentara Belanda tidak menyangka bila dirinya adalah seorang mata-mata.

"Ada Belanda lewat saya layaknya anak tidak normal ngiler-ngiler gitu. Akhirnya, saya dibiarkan saja," tutur dia.

Mata-mata tentara Indonesia, Ngatimin Citro Wiyono (87) saat bercerita tentang kisahnya di kediamannya, Kaplingan RT.
Mata-mata tentara Indonesia, Ngatimin Citro Wiyono (87) saat bercerita tentang kisahnya di kediamannya, Kaplingan RT. (TribunSolo.com/Adi Surya)

Ngatimin muda pun harus terus memberikan informasi kepada komandannya soal keberadaan tentara Belanda.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas