Sukarela Antar Jenazah ke Pemakaman Covid-19, Aiptu Broto Dijuluki Bhabin Covid
Pernah beberapa kali mengantarkan jenazah ke TPU Jatisari. Itu kan memang pemakaman Covid-19. Jenazah waktu itu memang kebanyakan PDP.
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - "Bhabin Covid" sudah melekat pada sosok Aiptu Broto.
Bhabinkamtibmas Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang ini dikenal berhati mulia.
Pria berusia 45 tahun itu senantiasa bermurah hati memberikan pertolongan bagi warga sekitar yang sedang mengalami kesulitan.
Terlebih, saat ayah tiga anak ini memutuskan untuk bekerja sosial merangkap sebagai sopir ambulans.
Baca: Cerita Polisi di Lamongan Sempat Dilarang Istri Masuk Rumah Karena Ikut Pemulasaran Jenazah Covid-19
Pak Broto sapaan akrabnya berbagi cerita mengapa dia kerap disapa "Bhabin Covid" oleh warga.
Hal itu bermula sejak warga sekitar kerapkali meminta bantuannya untuk mengantar orang sakit ataupun jenazah.
"Di sini kan memang letaknya jauh dari rumah sakit dan tempat pemakaman. Banyak warga yang minta tolong diantar. Kebetulan saya aktif di masjid, kemudian ada mobil layanan Lazizmas Masjid BSB Jatisari Mijen bisa dipinjamkan. Lalu muncul keinginan untuk membantu jadi sopir," jelasnya kepada Kompas.com.
Pak Broto mengaku sejak pandemi Covid-19 merebak, beberapa kali ia mengantarkan jenazah Covid-19 ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jatisari.
"Pernah beberapa kali mengantarkan jenazah ke TPU Jatisari. Itu kan memang pemakaman Covid-19. Jenazah waktu itu memang kebanyakan PDP jadi proses pemakamannya prosedur Covid-19. Saya sendiri waktu itu juga harus pakai APD lengkap," katanya.
"Memang terkenalnya dari warga gitu ya (Bhabin Covid). Padahal mengantar jenazahnya itu PDP. Prosedurnya kan Covid-19. Kalau yang positif memang belum," sambungnya.
Pria kelahiran Ngawi Jawa Timur ini mengaku pekerjaan mengantarkan orang sakit dan jenazah menggunakan mobil ambulans memiliki tantangan tersendiri.
Dia mengingat saat dirinya harus menolong tiga pasien yang buta.
Bahkan dia pernah mengantarkan pasien rumah sakit jiwa.
Tak jarang, dia harus rela mengantar jenazah hingga luar kota.
Namun, Broto tak pernah mengeluh.
"Sekitar 70 orang pernah saya layani. Yang paling berat waktu mengantar pasien buta ke Yogya. Kalau paling jauh itu di Madura. Waktu itu warga keberatan karena biaya sewa ambulans rumah sakit mahal. Lalu saya antar sendiri," ungkapnya.
Dia mengungkapkan pekerjaan itu dilakukan secara suka rela dan ikhlas membantu warga.
"Karena saya melakukan dengan senang hati. Cari celah untuk ladang beramal," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Aiptu Broto Sukarela Antar Jenazah ke Pemakaman Covid-19, Dijuluki Bhabin Covid",