Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Petani Garam di Lamongan Menjerit, Harga Garam Hancur Berkisar Rp 200-300 per Kilogram

Arifin mengatakan, harga jual garam dari para petani hanya berkisaran Rp 200 perkilogram hingga Rp 300 per kilogram.

Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Petani Garam di Lamongan Menjerit, Harga Garam Hancur Berkisar Rp 200-300 per Kilogram
SURYA/WILLY ABRAHAM
Sarmin, petani garam 

TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - Kondisi memprihatinkan dirasakan petani garam di Kabupaten Lamongan Jawa Timur.

Jika biasanya musim kemarau menjadi harapan petani garam untuk meraup untung dengan produksi garamnya.

Kini mereka mengeluhkan rendahnya harga garam yang jauh dari ideal biaya produksi.

Artinya harga garam di Lamongan terjun bebas.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menghadiri pemusnahan garam Himalaya dan  minuman beralkohol di Balai Pengawasan Tertib Niaga, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (22/7/2020). 
Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga memusnahkan 2,5 ton garam Himalaya yang melanggar ketentuan izin Standar Nasional Indonesia (SNI) dan 3.000 botol minuman beralkohol yang melanggar ketentuan distribusi. TRIBUNNEWS/HO/KEMENDAG
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menghadiri pemusnahan garam Himalaya dan minuman beralkohol di Balai Pengawasan Tertib Niaga, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (22/7/2020). Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga memusnahkan 2,5 ton garam Himalaya yang melanggar ketentuan izin Standar Nasional Indonesia (SNI) dan 3.000 botol minuman beralkohol yang melanggar ketentuan distribusi. TRIBUNNEWS/HO/KEMENDAG (TRIBUN/HO/KEMENDAG)

Seorang petani garam di Lamongan, Arifin mengatakan, harga jual garam dari para petani hanya berkisaran Rp 200 perkilogram hingga Rp 300 per kilogram.

Harga yang tidak memihak petani ini menurut Arifin sudah dirasakan selama kurang lebih satu tahun terakhir.

"Sudah hampir setahun harga garam tidak naik-naik. Harga Rp 300, bahkan Rp 200 juga ada," kata Arifin kepada TribunJatim.com, Kamis (3/9/2020).

Berita Rekomendasi

Lebih parahnya pembelinya juga sangat minim.

Tidak ada transaksi pembelian dalam jumlah besar.

Arifin menilai, bahwa harga Rp 200 sampai Rp 300 tidak sebanding dengan pekerjaan dan termasuk biaya produksi garam.

Produksi garam tidak dikerjakan sendiri oleh petani, tapi melibatkan pekerja lain.

Menurut Arifin, jika laku Rp 500 rupiah akan sedikit impas dengan biaya pengelolaan.

Namun baru ideal jika laku Rp 750 hingga Rp 800.

Arifin memperkirakan anjloknya harga garam produksi rakyat dalam negeri ini dimungkinkan akibat adanya kebijakan impor garam oleh pemerintah, keputusannya diambil saat tidak tepat.

Halaman
12
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas