Dulunya Pelaku Klitih Hanya Serang Sekolah, Kini Dipakai untuk Tindak Kriminal
Sekitar 2010 sampai 2012, klitih lebih ke perselisihan antarsekolah. Untuk nyari musuh, kami datang ke sekolah musuh, datang ke tempat biasa nongkrong
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Kekerasan jalan (klitih) yang saat ini terjadi berbeda dengan klitih zaman dulu.
Hal itu diungkapkan oleh YB (25), eks pelaku klitih.
Menurut dia, klitih lebih dekat dengan perselisihan antarsekolah yang menyebabkan tawuran antarsekolah.
Dengan begitu, pelaku klitih hanya menyerang sekolah-sekolah tertentu saja.
Tentu saja sekolah yang dianggap sebagai musuhnya.
"Kalau dulu tu, sekitar 2010 sampai 2012, klitih lebih ke perselisihan antarsekolah. Untuk nyari musuh, kami datang ke sekolah musuh, datang ke tempat biasanya pada nongkrong. Misalnya ketemu sasaran di jalan, ya ditanyai dulu sekolah mana."
"Kalau bukan dari sekolah musuh ya sudah,"katanya pada Tribun Jogja, Selasa (06/10/2020).
Itulah mengapa seragam sekolah saat ini tidak ada tulisan nama sekolah.
Baca: Seorang Pria jadi Korban Klitih, Berulang Kali Kena Sabetan Sajam, Dikejar saat Melarikan Diri
Seragam identitas sekolah pun saat ini tidak dipakai.
Namun seiring berjalannya waktu, klitih berubah menjadi tindak kriminal.
Pelaku klitih tidak lagi menyerang sekolah, namun masyarakat secara umum.
Tidak ada motif khusus, pelaku hanya melukai korban menggunakan senjata tajam kemudian meninggalkan korban.
Tak sedikit korban klitih yang mengalami luka-luka, bahkan ada pula korban klitih yang meninggal dunia.
"Kalau dulu saya memakai tangan kosong, mentok pakai batu. Yang jadi sasaran ya sekolah musuh. Zaman saya sekolah setiap angkatan ninggali satu musuh, nanti diteruskan angkatan berikutnya. Tetapi kalau sekarang sudah bukan sekolah lagi, tidak jelas apa,"terangnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.