Drama Si Kembar Bertemu Setelah 20 Tahun Terpisah, Berikut Cerita Trena dan Treni
Lalu kakak saya bilang nama orangtua (asuh) saya siapa, dan saya syok kok bisa tahu
Editor: Hendra Gunawan
"Saya merawat Treni sejak bayi, kira-kira usia dua minggu atau dua bulan. Tahunnya, antara 1995 atau 1996," kata orang tua asuh Treni, Rini (61), di rumahnya, Dusun Ringinanom, Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Selasa (20/10/2020).
Rini mengatakan ketika itu masih bersama suami, Misranto dan keluarga tinggal di Ambon, Maluku.
Rini mendengar kabar dari tetangga ada orang melahirkan anak kembar dan bayinya ditawarkan untuk dirawat orang lain.
"Di sana (Ambon), saya jualan. Tetangga memberitahu ada orang melahirkan dan anaknya ditawarkan dirawat orang lain. Saya tanya, anaknya laki-laki apa perempuan? Dia bilang perempuan. Saya langsung ke rumah orang tuanya untuk mengambil anaknya. Angan-angan saya dulu siapa tahu anak ini kalau besar bisa merawat saya," ujar Rini.
Rini sebenarnya sudah punya dua anak. Tapi, kedua anaknya laki-laki.
Maka itu, dia tertarik untuk merawat anak perempuan itu.
"Awalnya, saya ingin membawa Trena (saudara kembar Treni). Tapi, ternyata Trena mau dirawat saudara orang tuanya. Akhirnya saya membawa Treni," katanya.
Rini sempat merawat Treni selama satu tahun di Ambon.
Ketika masih di Ambon, Rini masih komunikasi dengan orang tua Treni, Aceng.
2. Dibawa ke Blitar usia 1,5 tahun
Setelah Treni berusia sekitar 1-1, 5 tahun, Rini mengajaknya pulang ke Blitar.
"Saya pulang ke Blitar hanya dengan Treni. Suami dan dua anak saya masih di Ambon. Awalnya, Treni saya bawa pulang ke rumah asal saya di Kesamben, Blitar. Sekarang tinggal di Kademangan. Sejak itu, saya tidak komunikasi dengan keluarga Pak Aceng. Karena ketika itu masih jarang HP," ujarnya.
Meski tidak lahir dari rahimnya, Rini merawat Treni dengan baik.
Dia membesarkan Treni dengan penuh kasih sayang.