Cerita Pengorbanan Guru di Sumenep, Manfaatkan Boneka Ventriloquis Ajari Anak di Tengah Pandemi
Pandemi Covid-19 memaksa pembelajaran dijalankan secara jarak jauh. Sementara akses internet untuk belajar daring tidak tersedia di daerahnya.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Minimnya akses internet serta fasilitas ponsel pintar membuat Avan Fathurrahman, guru SD di Sumenep, Madura, memutar otak untuk memberikan pembelajaran kepada anak didiknya.
Pandemi Covid-19 memaksa pembelajaran dijalankan secara jarak jauh. Sementara akses internet untuk belajar daring tidak tersedia di daerahnya.
Avan akhirnya harus mengajar dengan sistem jemput bola, yakni dengan menyambangi rumah siswanya satu per satu. Namun, para siswanya lambat laun merasa jenuh dengan pembelajaran di rumah.
"Saya harus keliling untuk menemani siswa saya satu per satu belajar di rumah masing-masing. Nah ini memang di awal-awal, anak-anak merasa bosan sebenarnya di rumah. Selain memang dia ingin cepat-cepat kembali ke sekolah. Terus belajar di rumah tanpa kemana-kemana membuat bosan," ujar Avan yang disiarkan channel Youtube BNPB, Rabu (25/11/2020).
Avan akhirnya mendapatkan ide untuk memberikan pembelajaran dengan menggunakan boneka ventriloquis. Terobosan ini dilakukan agar anak-anak mendapatkan variasi dalam pembelajaran.
Baca juga: Guru Garda Terdepan Lindungi Anak Didik Menggunakan Cara yang Tepat, Benar dan Bijak
Anak-anak menjadi bersemangat karena merasa dapat bermain sambil belajar dengan medium boneka tersebut.
"Ini menambah semangat anak-anak, karena ketika belajar seolah-olah bukan hanya dengan saya yang belajar, tapi dengan boneka itu juga yang belajar," ungkap Avan.
Tidak sedikit muridnya yang berinteraksi dengan boneka yang dibawa Avan. Para siswa tidak merasa bosan lagi menjalani pembelajaran di rumah.
Meski begitu, Avan tidak setiap hari membawa boneka ventriloquis. Hal ini membuat anak-anak menanyakan.
Akhirnya, Avan membuat inovasi lain dengan membuat permainan ular tangga raksasa. Sehingga anak-anak dapat tetap terhibur selama pembelajaran.
"Saya juga kadang mengkombinasikan dengan permainan misalnya saya buat ular tangga raksasa yang cetak di banner. Sehingga seolah-olah anak-anak itu bermain tapi sebenarnya sambil lalu belajar," ucap Avan.
Dalam menghadirkan inovasi pembelajaran, Avan membiayai dari kocek pribadinya. Dirinya tidak menggunakan dana dari pihak lain.
Avan memiliki 19 anak didik, namun dirinya menyadari tidak seluruh anak didiknya dapat ditemui dalam sehari.
Kondisi medan dan cuaca adalah kendala yang membuatnya tidak dapat mengajar seluruh siswa.
"Akses jalan menuju ke rumah siswa saya sulit. Aksesnya jalan setapak licin kalau hujan," ungkap Avan.
Bahkan kadang dirinya harus berjalan kaki untuk mencapai rumah murid-muridnya karena kendala medan yang sulit.