Amankah Liburan Akhir Tahun di Ambon? Satgas Covid-19 Sebut Tingkat Kepatuhan Prokes Rendah
Ambon terpaksa menjadi daerah yang perlu dihindari sebagai destinasi wisata lantaran perilaku ketidakpatuhan terhadap protokol kesehatan cukup tinggi.
Penulis: Fitriana Andriyani
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
TRIBUNAMBON.COM - Momen pergantian tahun kerap kali menjadi waktu yang tepat untuk dirayakan dengan berlibur.
Namun, di tengah kondisi pandemi Covid-19 seperti ini, liburan menjadi momen yang rentan terhadap pelanggaran protokol kesehatan, terlebih untuk kegiatan wisata ke luar kota.
Ambon sebagai kota dengan potensi wisata yang besar terpaksa menjadi daerah yang perlu dihindari sebagai destinasi wisata lantaran perilaku ketidakpatuhan terhadap protokol kesehatan cukup tinggi.
Hal itu disampaikan Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B. Harmadi, pada acara peluncuran (launching) TribunAmbon.com diikuti Webinar Nasional dengan Tema "Libur Akhir Tahun Aman dan Nyaman di Tengah Pandemi Covid-19, Jumat (18/12/2020).
Baca juga: Ke Maluku di Kala Pandemi, Ini Syarat dari Pemprov bagi Wisatawan
Sonny mengatakan, tingkat penularan Covid-19 di Ambon mengalami peningkatan yang signifikan dan cukup tinggi.
"Tadinya, kami tidak menempatkan ini (red: Ambon) sebagai salah satu yang utama karena dulu kasusnya kecil," ujarnya.
"Tetapi, berkembangnya waktu itu menunjukkan bahwa Ambon semakin banyak (kasus) dan penularannya cukup tinggi," lanjutnya.
Selain jumlah penambahan kasus yang tergolong tinggi, perilaku ketidakpatuhan terhadap protokol kesehatan pun cukup tinggi.
Hal itu membuat wilayah Kota Ambon kurang direkomendasikan sebagai destinasi wisata pada liburan Tahun Baru 2021.
Berdasarkan hasil pantauan Satgas Covid-19, dalam tujuh hari terakhir perilaku memakai masker di Provinsi Maluku termasuk paling rendah di indonesia, yakni 62%.
Sementara itu, perilaku menjaga jarak dalam tujuh hari terakhir hanya 57,98%.
Meski demikian, perilaku memakai masker untuk kota Ambon sedikit lebih tinggi yakni 83,93%, tetapi perilaku menjaga jarak hanya 62,67%.
"Jadi kelihatannya pantangan besar bagi Ambon dan Maluku secara keseluruhan untuk mendukung atau meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan," kata Sonny.
Ia menambahkan, daerah-daerah dengan tingkat kepatuhan protokol kesehatan yang rendah cenderung memiliki tingkat penambahan kasus yang tinggi.