Cerita Pria dari Jalur Gaza Berjuang Hidup di Indonesia, Rela Jualan Nasi Kebuli dari Kota ke Kota
Seorang pria berasal dari Jalur Gaza Palestina bernama Jehad Mohammed membagikan cerita perjuangannya bertahan hidup di Indonesia.
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria berasal dari Jalur Gaza Palestina bernama Jehad Mohammed membagikan cerita perjuangannya bertahan hidup di Indonesia.
Pria berumur 31 tahun ini rela berjualan nasi kebuli dengan cara naik motor dan berkeliling dari kota ke kota.
Jehad mengaku sudah 3,5 tahun tinggal di Indonesia.
Sedangkan kegiatan menjual nasi kebuli sudah dilakukan sejak 1 tahun yang lalu.
Jehad mencoba berjualan keliling Indonesia dengan menggunakan motor Mega Pro bertuliskan 'Gaza Food & Drink, nasi ayam biryani 20K (Ribu)'.
Nasi ayam biryani atau biasanya orang mengenalnya nasi kebuli merupakan makanan berupa nasi yang dimasak dengan paduan berbagai rempah khas Timur Tengah, kemudian ditambah ayam dan sayuran.
Bahkan foto dirinya tidak lupa dipasang bersama dengan nama lengkapnya.
Baca juga: Viral Video Bule Jualan Mi Ayam di Jogja, Berawal Cari Bisnis Sampingan saat Pandemi Covid-19
Penampakan nasi ayam biryani atau Kebuli yang dijual Jehad ditemui indekosnya di Keprabon Lor, Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Sabtu (23/1/2021).
Kini, dia mendarat di Kota Solo dan baru memilih indekos di Keprabon Lor, Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari.
Lantas bagaimana lika-liku kehidupannya berjualan kuliner khas Timur Tengah itu?
Selama beberapa tahun menetap di Indonesia, Jehad menekuni dunia kuliner dengan menawarkan makanan khas yang dia buat yakni nasi ayam biryani .
Dia menceritakan, selama 1 tahun ia tinggal di Bali, kemudian 1 tahun di Bogor, dan 1,5 tahun di Purwokerto.
"Saya berasal di jalur Gaza, Gaza, Palestina, saya sudah tinggal di Indonesia sejak 2017," dia ditemui TribunSolo.com, saat akan berkeliling menjajakan masakannya, Sabtu (23/1/2021).
Baca juga: Sempat Viral, Imigrasi Telah Deportasi Kristen Gray dan Kekasihnya ke AS
Dia bahkan sudah lihai berbicara Bahasa Indonesia meski tak begitu lancar.
Jehad mengaku memulai bisnis kuliner khas Palestina itu sejak 1 tahun 3 bulan di Purwokerto.
Saat itu berawal dirinya bekerja di salah satu rumah makan hanya beberapa bulan.
Namun dia tak betah dan mengundurkan diri dari pekerjaan karena ingin berwirausaha sendiri.
Ia membuka produk makanannya di Purwokerto, mulai dari berkeliling.
"Saya mulai berjualan sendiri dari rumah, menaiki motor selama 2 bulan dan mulai terpikirkan untuk membuka outlet di sana," aku Jehad.
Hidupnya pun mulai berubah dan berbenah.
Masak dengan Alat Sederhana
Ia lantas memasak hidangannya di dapur kontrakannya dengan alat-alat sederhana seperti penanak nasi, kompor hingga panci.
Namun saat membuka outlet di sana, peralatan memasaknya terbatas.
"Step by step saya melengkapi itu semua hingga peralatan di outlet lengkap," ucap dia.
Ia sempat mempunyai 2 outlet di sana, namun karena pandemi corona ia harus menutup outlet keduanya di sana.
Meskipun begitu, 3 Desember 2020, ia berencana untuk berkeliling ke Indonesia dengan motor.
"Saya coba berkeliling keluar Purwokerto untuk mencari peluang bisnis kota-kota lain," ujar dia.
Jehad mulai berkeliling ke Tegal, Pemalang, Pekalongan, Semarang, Klaten, hingga Kota Solo.
Selama 3 hingga 4 hari, ia berkeliling untuk menawarkan dagangannya.
"Di setiap kota saya mulai memasak, dan mulai berkeliling dengan motor," tutur Jehad.
Saat dia bertemu teman-temannya di Klaten, serta meminta saran dan akhirnya ia memutuskan untuk mencoba mengawali usahanya di Solo.
Meski kini harus menyewa indekos bulanan.
Baca juga: Sergei Kosenko Dideportasi karena Buat Party Tanpa Prokes, Bukan Ceburkan Diri ke Laut Bersama Motor
"Saya berpikir untuk center, buka bisnis di Solo karena kuliner di Solo lebih bagus di Purwokerto," jelasnya meyakininya.
Awalnya ia menyewa indekos di Serengan, namun ia mengurungkan niatnya karena tidak ada yang pembayarannya per bulan.
Hingga pada akhirnya ia memutuskan menyewa di indekos di Kampung Keprabon Lor.
"Saya sempat mencari kos-kosan yang bulanan untuk sebagai saya bisa memasak pesanan," ujarnya.
Ia menuturkan dalam sehari, ada sekitar 15 hingga 20 porsi nasi ayam biryani dari pembeli.
Di antaranya bisa diantar ke rumah-rumah pembeli.
Meskipun begitu, ia merasa penghasilannya lebih dari cukup, hingga ia mendapatkan lokasi untuk membuat outlet di Solo.
"InsyAllah, sebulan lagi, saya bisa membuka outlet di sini," kata
Saat ini, dia masih menyediakan satu menu saja yaitu nasi ayam biryani yang dibanderol Rp 20 ribu per porsi dengan tampilan cukup menarik.
Namun ke depannya, ia berencana menyajikan makanan khas timur tengah lainnya seperti Kebab, Salamy hingga Samosa.
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Kisah Pria Palestina Keliling Indonesia Jual Nasi Biryani & Kebuli Pakai Motor, Kini Singgah di Solo
(Tribunsolo.com/Mardon Widiyanto)