Ratusan Warga di Majene Terisolir, Stok Makanan Terbatas Usai Gempa, Tersenyum Saat Bantuan Datang
Dua desa berpenduduk 610 kepala keluarga di dua desa di Majene terisolir. Warga bertahan hidup dengan makanan yang ada.
Editor: Anita K Wardhani
Mereka meminta jasa dr Feddy untuk melakukan pengobatan di dusun mereka.
Melihat cuaca belum juga bersahabat, Letkol Laode akhirnya memutuskan untuk mendatangi rumah warga itu.
Letkol Laode, dr Feddy dan pilot Baron pun menyambangi rumah warga yang berjarak dua kilometer dari lokasi landas heli.
Tiba di dusun Lemo-lemo, rupanya kehadiran dr Feddi telah ditunggu puluhan warga yang juga antri memeriksakan kesehatannya.
Dua jam pengobatan berlangsung, antrean warga tidak kunjung habis.
Di saat yang sama, cuaca sore di langi Popenga sudah mendukung untuk dilakukan penerbangan.
Saat pilot lain mengisyaratkan cuaca sudah kondusif untuk dilakukan penerbangan, Letkol Laode memilih untuk tidak meninggalkan lokasi penangobatan warga.
Pasalnya, masih tersisa belasan warga yang belum diperiksa oleh dr Feddy.
Penerbangan pun kembali tertunda hingga pukul 17.30 Wita.
Jelang adzan magrib berkumandan, Letkol Laode, dr Feddy dan pilot Baron tiba kembali ke tempat Landa heli.
Rencana penerbangan kembali diurungkan lantaran cuaca yang kembali tidak bersahabat..
Ditambah lagi dengan langit yang mulai gelap.
Akhirnya, orang nomor satu di jajaran Lanal Mamuju itu berkordinasi dengan pihak KRI dr Soeharso untuk tidak melakukan penerbangan di malam hari.
Sang Letkol memutuskan untuk menginap di lapangan perbatasan desa Popenga dan Desa Ulumanda.
Sebelum membangun tenda, Letkol Laode mengajak para pilot dan beberapa wartawan yang hendak ikut dalam penerbangan itu, untuk salat magrib berjamaah.
Suasana desa begitu kentel. Letkol Laode dan lainnya mengambil air wudhu di aliran sungai yang jaraknya tidak jauh dari lapangan.
Seusai bersuci, salat jamaah pun dimulai. Akmil TNI AL lulusan tahun 2000 itu memimpin dengan menjadi imam.
Dengan menjamak Isya-Magrib, delapan menit menghadap Tuhan pun usai.
Warga sekitar yang mengetahui keputusan menginap di lapangan itu, berbondong-bondong datang.
Mereka membawa terpal untuk dijadikan tenda. Tidak hanya itu, juga disediakan alas berupa karpet dan selimut.
Saat tenda sementara dibangun, kaum perempuan sibuk memasak untuk santap malam.
Tenda terbangun, menu santap malam pun tiba.
"Mirip suasana saat pendidikan ya, lama juga saya baru dapat suasana seperti ini," ucap Laode Jimmy yang kini berpangkat dua bunga melati.
Seusai santap malam, Laode Jimmy pun mengajak semua pilot heli dan dokter Feddy serta lima jurnalis yang meliput untuk beristirahat.
Namun, sebelum merebahkan badan, Letkol Laode mengintruksikan agar yang melakukan penjagaan di luar warga yang juga bergaya di sekitar tenda.
"Tetap harus ada yang jaga ya, nanti giliran saya bangunkan jam 2 malam untuk gantian," kata Letkol Laode disahuti kata siap oleh pilot.
Pukul 06.00 Wita, sang komandan Lanal pun terbangun, diikuti pilot dan dokter Feddy serta lima jurnalis yang meliput.
Ia tidak dibangunkan oleh pilot yang berjaga lantaran tertidur pulas.
"Kenapa kamu tidak bangunkan saya, padahal kan say sudah bilang jam dua giliran saya," ucap Laode ke pilot yan berjaga di heli dan memantau sekitar tenda di malam hari.
"Siap ndan, tidak apa-apa, terlalu pulas saya lihat tidurnya ndan, tidak enak,' ucap sang pilot sembari melempar senyum.
Belum lama terbangun dengan udara sejuk perbukitan desa Popenga, kaum ibu-ibu di kampung setempat berdatangan.
Ada yang membawa kopi, teh, air hangat, gorengan dan biskuit untuk sarapan pagi.
"Wah... Bu, kami tidak enak ini. Repotin ibu semua, padahal kami kesini mau membantu," kata Letkol Laode menyambut kedatangan kaum ibu-ibu desa.
Sarapan usai, penumpang heli pun bersiap beranjak menuju KRI dr Soeharso di Lanal Mamuju.
Sebelum berangkat, warga setempat menyempatkan berswa foto di dekat heli.
Begitu juga dengan kehadiran Letkol Laode dan pilot Heli.
Mereka antri berswa foto bersama Letkol Marinir Laode dan para pilot.
Pukul 08.40 Wita, pilot Baron pun mengarahkan para penumpang untuk bersiap.
Letkol Laode Jimmy pun menghampiri warga yang hadir sembari berucap terima kasih.
"Makasih ya.. semua bapak ibu. Keberadaan kami di Popenga ini tidak akan pernah saya lupa. Saya sudah bagian dari warga sini, sekali lagi terima kasih," ujarnya.
Tata tertib penerbangan disampaikan sebelum menaiki heli jenis Anti Kapal Selam (AKS) AS 565 MBe Panther tersebut.
"Berdoa dimulai," ucap pilot Baron sebelum menaiki heli.
Saat heli mulai lepas landas dari lapangan desa Popenga, warga setempat yang berjejer di sekitar lapangan melambaikan tangan perpisahan yang disambut lambaian tangan dari Letkol Marinir Laode Jimmy.
Lebih kurang 25-30 menit mengudara di atas perbukitan Majene dan laut Mamuju, heli tiba dengan selamat di landasan KRI dr Soeharsono.(Tribun-Timur/Muslimin Emba).
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Suka Duka Penyaluran Bantuan ke dua Desa Terisolir Majene, Batal Terbang Balik karena Cuaca Buruk,
Penulis: Muslimin Emba