Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Fenomena Tanah Bergerak di Aceh Besar Belum Berakhir, Muncul Air Bercampur Lumpur dari Longsoran

Warga semakin cemas karena belum berakhirnya fenomena geologis tanah bergerak yang telah membentuk rekahan dan retakan tersebut.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Fenomena Tanah Bergerak di Aceh Besar Belum Berakhir, Muncul Air Bercampur Lumpur dari Longsoran
Tangkap Layar video ESDM Aceh
Muncul alur sungai saru di lokasi tanah bergerak, Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar, Rabu (20/1/2021). 

Laporan Wartawan Serambi, Yarmen Dinamika

TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Fenomena tanah bergerak di Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, hingga kini masih terjadi. Kedalaman tanah yang longsor (amblas) bahkan sudah hampir 5 meter.

Selain itu, muncul pula fenomena baru di lokasi, yakni ke luar air dan lumpur dari bagian paling bawah blok longsoran itu, hal yang sebelumnya tidak pernah terjadi sejak 10 hingga 23 Januari lalu.

Munculnya air dan lumpur itu terdeteksi Minggu (24/1/2021) siang saat Dr Nazli Ismail bersama puluhan mahasiswa Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala (MIK USK) berkunjung ke Gampong Lamkleng.

"Saya baru pulang dari lokasi membawa mahasiswa MIK untuk belajar dan kasih sumbangan. Sempat turun juga ke bawah. Selain longsorannya semakin dalam, juga terbentuk rekahan baru di bawah. Keluar air dan lumpur di bagian paling bawah," kata Nazli menjawab Serambinews.com di Banda Aceh, Senin (25/1/2021) pagi.

Puluhan mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala menyerahkan bantuan dan melakukan observasi di lokasi tanah bergerak di Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, Minggu (25/1/2021) siang. Sesampainya di lokasi, mereka dijamu dengan makan bubur oleh ibu-ibu pengungsi.
Puluhan mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala menyerahkan bantuan dan melakukan observasi di lokasi tanah bergerak di Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, Minggu (25/1/2021) siang. Sesampainya di lokasi, mereka dijamu dengan makan bubur oleh ibu-ibu pengungsi. (For Serambinews.com)

Menurut Ketua Prodi MIK USK itu, air campur lumpur yang ke luar tersebut menunjukkan bahwa akumulasi air yang sudah jenuh di dalam tanah pada blok longsoran.

Selain itu, kata Nazli, semua pohon dan rumpun bambu yang sebelumnya hanya miring saja kini sudah bertumbangan.

Berita Rekomendasi

"Beberapa pohon yang berada di kaki lereng juga tumbang, karena tanah berlumpur tidak mampu lagi menyangga akar dan batangnya," kata Dosen Prodi Fisika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USK ini.

Lereng tebing yang mengarah ke sungai relatif masih utuh, mungkin karena tersangga oleh vegetasi.

"Tapi bagian atasnya amblas, membentuk alur dan terisi air hujan," ujar Nazli Ismail.

Baca juga: Penyebab Fenomena Tanah Bergerak di Aceh Masih Misteri, Ini Dugaan Ahli dari Universitas Syiah Kuala

Berdasarkan pemantauannya Ahad kemarin, karena cuaca cerah dan tidak hujan di Kecamatan Kuta Cot Glie, kondisi di area longsoran relatif stabil.

Namun, bagian pojok rumah yang paling dekat dengan blok longsoran itu sudah agak menggantung.

"Beberapa kuburan di lokasi itu juga terpotong oleh garis longsor," ungkap Nazli.

Meski kondisi di lokasi secara kasatmata makin mengkhawatirkan, namun pengungsi di desa itu belum bertambah.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas