POPULER Fakta Meteorit Jatuh di Lampung Tengah | Tangisan Ayah Korban Sriwijaya Air SJ 182 di Sragen
Berikut berita populer di daerah mulai meteorit jatuh di Lampung Tengah hingga tangisan ayah kakak beradik korban Sriwijaya Air SJ 182 di Sragen
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Simak berita populer dari kanal regional Tribunnews, selama 24 jam terakhir.
Warga di Desa Muyodadi, Punggur, Lampung Tengah dikejutkan dengan jatuhnya meteorit.
Benda dari luar angkasa itu jatuh di rumah seorang warga desa yang bernama Munjilah (60).
Sedangkan waktu jatuhnya meteorit pada Kamis (28/1/2021) malam.
Berikut berita populer regional selengkapnya:
Baca juga: Warga Tanggamus Lampung Dikejutkan Suara Dentuman Misterius Tadi Malam
Baca juga: Gempa Terkini: Pesisir Barat Lampung Diguncang Gempa 5,4 SR, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
1. Fakta Meteorit Jatuh di Lampung Tengah
Munjilah mengatakan, mulanya ia dan suami mendengar suara benda berat jatuh disertai dentuman keras.
"Saya sama suami langsung ke dapur. Di dinding bagian bawah ada batu," ujar dia, Jumat (29/1/2021).
Munjilah melihat di tanah tempat batu itu terjatuh terdapat cerukan berdiameter 20 sentimeter dan berkedalaman 6 sentimeter bekas dihantam benda keras.
Tetangga Munjilah, Dalijo menyebut, dirinya dan beberapa warga mendengar suara ledakan dari rumah Munjilah sekitar pukul 22.00 WIB.
"Lagi kumpul, kami dengar suara keras seperti ledakan," tutur dia.
Munjilah mengatakan, mulanya ia dan suami mendengar suara benda berat jatuh disertai dentuman keras.
"Saya sama suami langsung ke dapur. Di dinding bagian bawah ada batu," ujar dia, Jumat (29/1/2021).
Munjilah melihat di tanah tempat batu itu terjatuh terdapat cerukan berdiameter 20 sentimeter dan berkedalaman 6 sentimeter bekas dihantam benda keras.
Tetangga Munjilah, Dalijo menyebut, dirinya dan beberapa warga mendengar suara ledakan dari rumah Munjilah sekitar pukul 22.00 WIB.
"Lagi kumpul, kami dengar suara keras seperti ledakan," tutur dia.
2. Remaja 14 Tahun Pengemudi Mobil yang Tabrak Motor di Bantul Jadi Tersangka
Baca juga: Kecelakaan Mobil yang Sebabkan 7 Rumah Terbakar & 2 Orang Tewas, Berawal Sopir Hindari Kucing Hitam
Baca juga: Kasat Pol PP Abdya Meninggal Setelah Dirujuk ke RSUTP Usai Terlibat Kecelakaan
EHS, remaja 14 tahun yang mengendarai mobil dan menabrak sejumlah motor di Bantul hingga membuat 1 orang meninggal dunia, kini telah ditetapkan sebagai tersangka.
Kanit Laka Lantas Satlantas Polres Bantul, Iptu Maryana, mengatakan penetapan EHS sebagai tersangka setelah polisi melakukan gelar perkara.
Dari gelar perkara itu, terbukti ada unsur kelalaian hingga akhirnya terjadi kecelakaan.
"Untuk anak tersebut sudah kita tetapkan sebagai tersangka. Tapi karena masih di bawah umur sering kita sebut anak yang berhadapan dengan hukum (ABH)," katanya, Minggu (31/1/2021), seperti dikutip dari Kompas.com.
Akibat perbuatannya, EHS dijerat Pasal 310 ayat 4 dan 2 Undang-undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Ancaman hukumannya maksimal lima tahun penjara dan denda Rp 10 juta.
3. Tangisan Ayah Korban Sriwijaya Air SJ 182 di Sragen
Baca juga: Keikhlasan Wagiyo, Ayah dari Kakak Beradik Korban Sriwijaya Air: yang Penting Jasadnya Ditemukan
Baca juga: Kehilangan Captain Afwan, Pihak Sriwijaya Air: Kami Sayang Sekali, Kepribadiannya Ramah
Wagiyo (66), ayah dari kakak beradik Suyanto (40) dan Riyanto (32), terpukul dengan kepergian dua anaknya.
Hal itu terlihat saat jenazah korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 tiba di rumah duka di Dukuh Tengaran, Desa Katelan, Kecamatan Tangen, Kabupaten Sragen.
Sedangkan jenazah keduanya tiba pada Minggu (31/1/2021) siang hari sekitar pukul 11.50 WIB.
Saat itu Wagiyo tak kuasa menahan air matanya ketika melihat kedua putranya telah tiada.
Ia terlihat mendekati kedua peti jenazah anaknya sembari dipapah oleh anggota keluarganya ketika peti dibawa masuk ke rumah duka.
Di depan peti, Wagiyo berkata, "Koe pamit mangkat nyambut gawe kondisine rapi, mulih-mulih kok dadi koyo ngene."
Wagiyo menangis sambil meletakkan kepalanya di atas peti, Minggu (31/1/2021).
Arti kalimat di atas yaitu anaknya pamit berangkat kerja dalam keadaan rapi tapi pulangnya malah dalam keadaan seperti ini.
(Tribunnews.com)