Kisah Mantan Sopir Angkot Gagal Jadi Wali Kota, Sekarang Malah Sudah Jadi Anggota DPRD Sumsel
Seorang mantan sopir angkot asal Desa Lubuk Ngin Kecamatan Selangit Kabupaten Musirawas membagikan perjalanan hidupnya.
Editor: Endra Kurniawan
Di pesantren, dia mulai belajar mengenal arti kehidupan. Karena, segala sesuatu dilakukannya sendiri, tak lagi tergantung dengan orang tuanya.
Namun hari-harinya selama menimba ilmu agama di Ponpes Thawalib dijalaninya tanpa mengeluh.
Apalagi di pesantren ini, dia mulai mengenal berbagai adat budaya dan karakter orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia.
Karena, saat itu santri di Ponpes Thawalib Padang Panjang jumlahnya ribuan, berasal dari seantero nusantara.
"Pesantren membentuk watak saya. Saya mengenal dan bergaul dengan banyak teman dari berbagai latar belakang adat, suku, budaya dengan karakter masing-masing.
Baca juga: Kunjungi Sumsel, Presiden Jokowi akan Resmikan Jalan Tol Kayu Agung-Palembang
Jadi kita harus pandai-pandai membawa diri, tak bisa membawa ego kesukuan kita ditempat orang. Alhamdulillah, selama mondok saya mendapatkan bekal ilmu yang luar biasa, pergaulan yang luar biasa" ujarnya.
Ayah dari empat anak ini menuturkan, menimba ilmu di Ponpes Thawalib Padang Panjang dijalaninya selama enam tahun, sampai selesai.
Selepas mondok, dia melanjutkan pendidikan di IAIN (sekarang UIN) Imam Bonjol Padang Sumbar pada tahun 1994.
Selama kuliah, dia aktif dibeberapa organisasi kampus, seperti di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Masa kuliah ini dijalaninya selama kurang lebih enam tahun.
Pada tahun 2000 dia selesai kuliah dengan menyadang gelar Sarjana Agama (SAg). Dan selepas kuliah dia pun pulang kampung.
Disinilah kehidupannya kembali ditempa. Selepas menempuh pendidikan, dia harus masuk ke dunia yang berbeda.
Tuntutan untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan, apalagi dengan labelnya sebagai Sarjana Agama (SAg) harus dia jalani.
Sebab, bagi "orang kampung" seorang sarjana harus serba bisa. Namun, dari pengalamannya selama merantau, membuatnya tak mudah putus asa dan terus aktif.
Dia tak mau berpangku tangan. Berbagai kegiatan dilakukannya untuk mengisi hari-harinya. Mulai dari kerja serabutan, aktif di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan berkumpul dengan orang-orang gerakan serupa.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.