Korban Banjir Kampung Benteng Karawang Mengemis di Jalanan, Mengaku Hasilnya untuk Beli Makanan
Pengungsi mengaku terpaksa "ngencleng', istilah mereka untuk kegiatan mengemis ini, karena bantuan yang mereka terima dari pemerintah tak mencukupi
Editor: Eko Sutriyanto
"Kalau bisa kami juga minta bantuan berupa uang," ujarnya.
Hal senada dikatakan Aminah (47), pengungsi lainnya. Mengemis atau ngencleng, ujarnya, semata ia lakukan untuk bertahan hidup. ia mengatakan, hampir semua pengungsi di sana melakukannya.
Baca juga: ANRI Buka Layanan Gratis Restorasi Dokumen Bagi Warga Jakarta Terdampak Banjir, Simak Ketentuannya
"Banyak juga, masing-masing warga. Yang ngungsi aja di sekitar (kampung) Benteng ini ada sekitar 150 orangan," kata Aminah.
Dari hasil ngencleng, Aminah mengaku bisa mendapatkan rata-rata Rp 50 ribu sehari. Uang itu ia gunakan membeli nasi bungkus. Untuk dia dan dua anaknya.
Ia mengatakan, rumah yang mereka tinggali masih terendam sekitar sentimeter. Rumahnya memang berbatasan langsung dengan Sungai Citarum. "Bantuan sempat ada, tetapi memang enggak cukup," katanya.
Pengungsi di Kampung Benteng, Kelurahan Tanjungmekar, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang. (Tribun Jabar)
Sudah Dibantu
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Dani Ramdan, mengatakan sekelompok warga korban bencana banjir yang terpaksa mengemis di Jalan Ranggagede, sudah mendapat bantuan logistik kembali, Selasa (23/2).
"Sudah saya konfirmasi ke Kepala Pelaksana BPBD Karawang, bahkan kepala desanya yang datang.
Itu sudah diberikan distribusi logistik.
Kemarin sebenarnya sudah diberi logistik, cuma karena mungkin kurang, dengan kondisi pengungsian yang di pinggir jalan raya, jadi ya dimanfaatkan untuk meminta kepada yang lewat. Tapi tadi sudah ditambah logistik lagi ke sana sampai cukup," kata Dani kepada Tribun saat dihubungi melalui telepon, kemarin.
Dani mengatakan kekurangan logistik memang sempat terjadi di sejumlah titik lainnya seperti di Kabupaten Subang, di mana di sama sejumlah pengungsi pun terpaksa mengemis.
Ini karena banyaknya jumlah pengungsi akibat banjir dan lokasi pengungsian mereka yang terpencar, sehingga ada saja yang belum terberi bantuan.
"Banjir besar seperti ini kan terakhir 2014. Kalau Karawang, bahkan catatannya seperti tahun 2010, artinya ini siklus 10 tahun.
Kemudian karena jumlah pengungsi banyak dan menyebar, artinya ada saja peluang distribusi barang-barang itu ada yang terlewat, termasuk ke kelompok masyarakat ini. Tapi sudah ada penanganan ketika ada laporan," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.