Pimpinan Aliran Sesat Hakekok Ditangkap, Minta Dibina dan Ingin Tobat
Pimpinan Hakekok berinisial A (52) dan 15 pengikutnya telah diamankan polisi karena melakukan ritual aliran sesat.
Penulis: Ranum KumalaDewi
Editor: Pravitri Retno W
Dikutip dari Tribun Banten, seorang tetangga pimpinan Hakekok, Imah (40), mengaku terkejut dengan penangkapan A dan belasan pengikutnya pada Kamis (11/3/2021).
Menurutnya, kejadian tersebut dilakukan pada siang hari menjelang sore.
"Kaget, karena saya juga tidak tahu ada apa sebenarnya. Posisinya disitu lagi ngejemur pakaian, tiba-tiba polisi datang dan menangkap," ujar Imah.
Menurutnya, A terbilang sosok yang tertutup.
A terbilang sangat jarang keluar rumah dan tidak pernah mengikuti acara pengajian rutin yang dilakukan oleh warga sekitar.
Selain itu berdasarkan pengungkapan Imah, A juga hampir tidak pernah bertegur sapa dengan warga.
"Sangat tertutup dan jarang bicara dengan kita. Untuk acara keagamaan saja bahkan tidak pernah," ucap Imah.
Baca juga: Jual Gadis di Bawah Umur untuk Threesome, Pria asal Pasuruan Diamankan Polisi
Baca juga: Bupati Lebak Tetap Setia pada AHY, Tolak KLB Ilegal: Santet Banten akan Dikirim untuk Moeldoko
Baca juga: Dua Kali Gempa di Pesisir Barat Lampung, Getarannya Terasa Hingga ke Panimbang Banten
Lokasi kelompok Hakekok berada di wilayah sepi penduduk
Diketahui, butuh waktu sekitar empat jam menggunakan sepeda motor untuk mencapai lokasi kampung tempat kelompok Hakekok tinggal.
Karena akses jalan yang terjal dan sempit, lokasi desa tempat aliran Hakekok tersebut hanya dapat dilalui sepeda motor atau berjalan kaki selama empat jam.
Sepanjang jalan menuju lokasi, hanya tampak perkebunan dan semak belukar.
Setiba di lokasi, terdapat sebuah perkampungan warga di Desa Karangbolong.
Perkampungan tersebut terbilang sepi. Jarak antar rumah sekitar 300 meter.
Warga kampung tersebut menyatakan masih sangat takut untuk keluar lantaran pengamanan yang dilakukan oleh pihak kepolisian pada Kamis sore.
(Tribunnews.com/Ranum Kumala Dewi) (Tribunbanten.com/Marteen Ronaldo Pakpahan) (Kompas.com/Acep Nazmudin)