Jadi Korban KDRT di Malaysia, Ibu Bersama Anak Berusia 3 Tahun Pulang ke Indonesia Lewat Jalur Tikus
Dorotia sempat bekerja bersama sang suami di PT Krisjati Ladang Intan, sebuah perusahaan sawit yang ada di Serawak selama 3 tahun
Editor: Eko Sutriyanto
Setelah kawin dan baru hamil Melisa (anaknya) 1 bulan, saya sudah dipukul suami.
Baca juga: Kasus KDRT di Jepang Masih Tinggi, Korban Paling Banyak Wanita
Gaji suami saya bagus saja, tapi mana tahan dipukul terus," ucapnya.
Dorotia sempat bekerja bersama sang suami di PT Krisjati Ladang Intan, sebuah perusahaan sawit yang ada di Serawak selama 3 tahun.
Namun, akibat gaji yang terbilang kecil, akhirnya pasangan suami istri itu memilih pindah kerja di Serikat Sundar, Serawak.
"Dulu kami kerja di company (perusahaan) besar.
Di situ tidak bagus gajinya. Gaji saya RM1.002. Kalau gaji suami RM1.003.
Tapi tidak cukup untuk makan. Makanya kami pindah dan suami saya bekerja di Serikat Sundar, Serawak. Tapi saya sudah tidak kerja lagi, karena harus urus anak," ujarnya.
Dorotia akui tak ada persiapan apapun untuk kabur dari sang suami.
Bahkan, ia kabur dari rumah yang mereka tinggali, saat dini hari.
"Tidak ada persiapan pulang ke Indonesia sama sekali. Kebetulan saya punya bapak angkat orang Cina. Beliau yang kasi saya uang RM3 ribu. Semua pakaian, barang saya dan anak saya tinggalkan. Bapak angkat saya dan teman saya yang belikan pakaian saya dan anak," tuturnya.
Dorotia menuturkan, dirinya bersama anaknya akan jalani karantina selama 5 hari di BP2MI Nunukan.
Setelah itu, keduanya akan dipulangkan oleh BP2MI ke kampung halamannya di Manggarai, NTT.
"Saya tidak mau kembali ke sana. Sudah cukuplah saya dibuat begini. Saya mau kerja di kampung dan sekolahkan anak saja," ungkapnya.
Saat kabur dari Serawak, Dorotia katakan, ia menempuh perjalanan darat sampai di Krayan selama 7 jam.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.