Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wali Kota Madiun Jebloskan Warga yang Reaktif Covid ke Tahanan Militer (1)

Warga yang masuk ke Kota Madiun dan reaktif covid dijebloskan ke tahanan militer yang suasananya serem. Simak wawancara khusus dengan Walikota Madiun

Editor: cecep burdansyah
zoom-in Wali Kota Madiun Jebloskan Warga yang Reaktif Covid ke Tahanan Militer (1)
Telkom
Walikota Madiun Drs. H. Maidi, SH, MM, MPd (kedua dari kiri) bersama Direktur Network & IT Solution Telkom, Herlan Wijanarko (kedua dari kanan), Direktur Consumer Service Telkom, FM Venusiana R (paling kiri) dan Executive Vice President Telkom Regional V Area Jawa Timur, Bali, & Nusa Tenggara Pontjo Suharwono (paling kanan) usai penandatanganan prasasti yang menandai peresmian Madiun Modern City di Balai Kota Madiun, Rabu (2/9/2020). 

Wawancara Eksklusif Febby Mahendra Putra dengan Walikota Madiun

Selama dua tahun lebih, Kota Madiun dipimpin oleh Wali Kota Maidi. Ada banyak terobosan dan gagasan yang lahir dari pemikiran Maidi, yang telah banyak mengubah wajah Kota Madiun.

Satu di antaranya, Jalan Pahlawan atau Pahlawan Street Center. Maidi mengganti saluran air di sepanjang Jalan Pahawalan dengan box culvert.

Tidak hanya berfungsi sebagai pencegah banjir, namun juga digunakan sebagai pedestrian. Tidak sekadar membangun trotoar yang ramah bagi pejalan kaki, Maidi juga mempercantik tampilannya dengan menambahkan kursi, payung, dan tanaman bunga.

Selama dua tahun dipimpin Maidi, Pemerintah Kota Madiun telah mendapatkan 67 penghargaan. Bahkan, Kota Madiun juga mendapat pujian dari Presiden RI Joko Widodo, karena dianggap berhasil dalam mengatasi Pandemi Covid-19, dengan cara intervensi berbasis lokal.

Maidi kerap membuat gagasan atau program yang kerap menjadi viral. Yang terbaru, Maidi menyiapkan tempat isolasi bagi warga yang nekat mudik di bangunan bekas Rumah Tahanan Militer yang dikenal angker.

Siapakah Maidi, dan apa saja gagasan serta ide yang telah mengubah Kota Madiun yang dahulu dikenal sebagai kota pensiun menjadi kota paling maju di Jawa Timur wilayah barat. Simak wawancara eksklusif Direktur Pemberitaan Tribun Network/Pemimpin Redaksi Harian Surya Febby Mahendra Putra dengan Wali Kota Maidi.

BERITA REKOMENDASI

Pak, saya kebetulan orang asli Madiun, tapi sudah satu setengah tahun saya tidak pernah pulang ke Madiun karena takut corona. Tapi begitu saya datang ke Kota Madiun, saya terkejut melihat perkembangan dari kota ini, luar biasa, mirip Kota Jogja. Bapak bisa ceritakan siapa yang punya ide bikin Kota Madiun jadi indah ini?

Jadi begini, Kota Madiun ini sering dikatakan sebagai kota pensiunan, kota Madiun sering banjir, dari awal itulah bahwa saya harus bisa mengatasi banjir di Kota Madiun.

Alhamdulillah sekarang tidak banjir. Saya membuat yang sekarang dikatakan trotoar ini, saya beri box culvert dalamnya dua meter, lebarnya tiga meter.

Artinya ini tempat untuk penampungan air pada waktu hujan sebelum dibuang ke Sungai Bengawan.
Setelah ini jadi, satu sisi untuk penampungan air, satu sisi untuk Dak T, karena akan mengacu kota metropolis, tidak ada kabel macam-macam, nanti dimasukan di dalam.

Setelah itu, ini untuk jalan, disable, anak muda, lansia, keluarga, semuanya aman, lebar jalan.
Saya tahu orang lansia kalau jalan itu capek, saya kasih kursi. Kita ada dua musim, hujan dan kemarau, saya kasih payung.


Setelah saya kasih payung, kalau ada orang jalan capek, duduk, perlu oksigen, saya kasih pohon ada oksigen, pohonnya berbunga, orang capek melihat bunga, dia senang.

Hasil akhir yang keenam, karena Kota Madiun itu sempit, saya harus bisa conecting antara infrastruktur antara ekonomi kesehatan, maka pada saat ini, alhamdulillah karena menjadi kota sejuta bunga, maka banyak warga punya ternak lebah.

Lebah tidak membawa kotoran. Lebah bisa cari makan sendiri. Tiga bulan sudah panen madu. Inilah Kota Madiun yang saat ini sedang berjalan.

Pak Maidi, siapa yang bikin konsep ini? Nggak nyewa orang untuk mendesain atau bapak desain sendiri?

Itu konsep saya sendiri. Saya desain sendiri. Maketnya saya desain sendiri. Saya awasi sendiri. Saya cek sendiri kualitas bangunannya. Itu semuanya saya sendiri. Tidak ada konsultan.

Semuanya saya, termasuk ngetes. Karena saya banyak pengalaman dari kota ke kota, jadi kota ini akan indah manakala semuanya indah.

Hasil pembangunannya harus juga bagus. Lampunya dilihat orang bagus. Trotoarnya dilihat orang bagus, ini tempat indah, maka saya cek sendiri. Saya desain sendiri. Dan, Alhamdulillah banyak orang yang datang ke sini senang.

Pak Maidi, di samping kantor wali kota ini ada patung singa, mirip dengan patung singa yang ada di Singapura, yang munculin air. Kenapa bapak memilih singa?

Jadi begini, di timurnya itu nanti ada galeri (ikon) enam negara. Salah satunya Singapura. Karena apa, kita melihat bahwa singa, segalak-galaknya singa tidak ada memakan anaknya, ya to.
Segalak-galaknya singa dia akan taat, jadi di sini itu walaupun ada keindahan, kasih sayang dan cinta itu selalu ada.

Dengan melihat kondisi itu, maka di Sumber Umis itu nanti menjadi tempat kuliner enam negara. Tetapi kita tidak melupakan kuliner lokal.

Enam negara itu seperti Singapura, Prancis, Mekkah dan Madinah (Arab Saudi), Inggris. Nanti ada menara Eifel, Ka'bah, jam seperti yang di London. Itu lengkap.

Sebelah balai kota, itu nanti kalau sudah tidak ada Covid-19, ada terminal bus wisata. Busnya sudah ada semua, sekarang ada di garasi.

Nanti akan ada di situ, semua yang datang di Madiun, posnya di sini. Dan di sinilah nanti ada terminal bus pariwisata kita, nanti tinggal memilih rute.

Rutenya akan ke mana sudah kami tentukan. Rute wisata buatan di Madiun, 27 kelurahan mandiri, sudah kami siapkan semuanya.

Dengan kondisi-kondisi ini, di sini menjadi magnetnya. Dan orang kalau ke Kota Madiun, sama sudah ke enam negara.

Pak Maidi, kami tadi sebelum ke kantor bapak, sempat mampir ke RTM (Rumah Tahanan Militer) di Jalan Ahmad Yani, ditulisi tempat sebagai penampungan isolasi orang yang mudik. Itu benar Pak, sangar kayak gitu. Jadi bagaimana ceritanya bapak bisa memilih tempat yang sangar seperti itu?

Ceritanya begini, tempat itu di tengah kota, tetapi serem. Serem, karena banyak orang yang tidak mau datang.

Dan dulu menjadi tempat penyiksaan, kadang-kadang kalau malam terdengar seperti orang jerit-jerit seperti disiksa.

Orang nangis, karena dulu tempat militer tahun 1818. Nah, sekarang sudah saya bersihkan semuanya, bagus, bersih, rapi.

Kalau orang ke Kota Madiun, belum divaksin dua kali, dia tidak membawa surat sehat, mohon maaf harus saya cek dulu.

Jadi ini cuma untuk nakut-nakuti?

Lho bukan untuk nakut-nakuti, ini benar. Kalau nanti satu mobil saya cek reaktif, silakan satu mobil tidur di situ. Saya siapkan di situ.

Kenapa saya buat program itu, saya hari ini sedang ngegas ekonomi ngerem Covid-19. Hari raya masyarakat harus bahagia semuanya.

Sebelum sepuluh hari, hari raya ini kalau bisa ruang isolasi pasien Covid-19 sudah bersih semuanya. Kalau sudah bersih, dia bisa merayakan hari raya bersama keluarga.

Tapi kalau masuk sebelum sepuluh hari, dia tidak bisa merayakan hari raya, karena isolasi minimal 10 hari.

Program-program inilah yang mendorong saya untuk memperketat masyarakat Kota Madiun harus sehat semua. Nah, kalau dari luar, reaktif, ndak usah, masuk aja di situ lima hari, nanti segalanya saya cukupi nggak apa-apa. (radian bagus priambodo/tribunnetwork/cep)

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas