Walikota Madiun Mainkan Lampu Kota untuk Kendalikan Virus Covid-19 (2)
Walikota Madiun memainkan lampu kota untuk mengendalikan virus covid-19 dan pertumbuhan eknomi. Hasilnya? Simak wawancara eksklusif
Editor: cecep burdansyah
Ada bakul pecel, kelompok taninya yang menanam. Uang itu nggak akan pergi ke mana. Itu akan muter di situ.
Kalau kita mengenal kota mandiri, ini saya buat kelurahan mandiri. Dia akan memposisikan bahwa pakai produk mandiri dulu, sehingga tidak ada PHK.
Pola-pola ini yang kita lakukan, sehingga saya membuka jalur wisata, 10 kilometer, 15 kilometer, 25 kilometer, untuk ke UMKM, jalur itu. Dan posnya macem-macem. Ada yang soto Rp 2.000, memang saya latih.
Setelah Covid-19 ekonomi tidak bisa kita gas dengan cepat, kita hemat. Mantu nggak boleh prasmanan, pakai dus. Kalau pakai dus, ini ada Covid-19, dibawa pulang, dimakan orang serumah. Kalau prasmanan, makan dicoba semua, tidak dihabiskan.
Jadi pola-pola seperti ini, ada Covid-19 ini betul-betul saya akan memberikan pembelajaran kepada masyarakat.
Nah, model kayak begini ini Pak Maidi mencontoh siapa?
Pemikiran saya sendiri, tanya teman-teman itu, jadi murni inisiatif pemikiran saya sendiri. Misal, teman-teman OPD, peraturan wali kota begini.
Dia tanya, apa tujuannya pak wali. Begini, orang mantu tidak boleh prasmanan, tidak boleh kerumunan, makanan dibawa pulang. Nggak ada sisa. Akhirnya makanan dimakan sekeluarga. Akhirnya semakin hemat.
Kondisi-kondisi ini, dengan kita gas itu kita mengurangi PHK yang ada. Memang PHK yang sifatnya kuliner kecil-kecilnya, dampaknya tidak terlalu serius. Tetapi pemerintah harus hadir me-manage itu.
Pak Maidi, di kota ini, sebelum Pak Maidi menjabat menjadi wali kota, ada dua pejabat yang harus nginep di gedung merah putih sana, di KPK, di Jakarta sana. Nah, bagaimana bapak melakukan upaya agar ini tidak terulang kembali?
Jadi visi misi saya, kita itu Lima Pancasila Lima Panca Karya. Lima Panca Karya itu, Madiun pintar. Anak Madiun itu harus cerdas, saya datang saya lihat, saya harus menang.
IT harus dikuasi. Anak-anak pada hari ini, anak sekolak sebelum Covid-19, karena program saya itu, pengadaan laptop gratis untuk anak sekolah, saya pasang 1.700 WiFi, per RT, per tempat ramai ada.
Terus maksudnya apa?
Maksudnya, kalau dia nanti daring, dia punya laptop, ya sudah dia lancar. Laptop ini kan seperti genggaman dunia, membuka apa saja dia bisa.
Terus hubungannya dengan pemberantasan korupsi apa?
Ini, nanti dulu, yang kedua kita Melayani. Kita harus melayani dengan baik. Seorang pejabat melayani bukan dilayani. Setiap saya pergi ke kelurahan ke mana-mana saya pejabat belanja masalah.
Semakin banyak belanjanya masalah, teman-teman OPD kita panggil, ini bagaimana ada masalah, tugas Anda, ayo segera diselesaikan.
Yang ketiga, kita Membangun, apa yang kita bangun ini harus cepat tepat dan bermanfaat, itu untuk menghindari itu.
Artinya, bahwa semua pembangunan ini harus betul-betul bermanfaat, tidak mubazir. Ini yang diinginkan.
Tadi satu pembangunan tujuh fungsi, conecting, akhirnya hari ini banjir tidak ada, ada pohon orang sehat oksigen, ada bunga ekonomi bisa jalan, ada keramaian, satu pembangunan tujuh fungsi.
Yang keempat, kita Peduli. Peduli dengan orang-orang tidak mampu. Saya dengan OPD setiap bulan sebelum Covid-19, saya tidur di rumah orang-orang tidak mampu.
Berapa lama, dua jam?
Lho, satu malam. Satu hari satu malam. Dan saya yang terenyuh itu begini, orang itu menginginkan berumur panjang, sehat, duitnya banyak.
Setiap saya di situ, pasti narasumber saya itu orang yang usianya paling tua. Ada yang sudah 100 tahun masih hidup, saya minta sampaikan kepada warga, biar umurnya panjang bagaimana, pola hidupnya bagaimana.
Dan yang membuat terenyuh, kenapa saya ajak pejabat. Biar tidak melakukan penyelewengan.
Dia tahu orang sekecil itu, dia tidur seperti itu, susah seperti itu. Akhirnya pejabat tidak akan macem-macem.
Hikmahnya itu. Akhirnya ada sebagian rezekinya, ada pejabat yang menjadi bapak asuh lansia, bapak asuh anak sekolah, itu yang membuat saya terenyuh.
Yang kelima, terbuka. Kita terbuka, semua warga bisa mengadu ke saya. Kita bapaknya, kita harus bisa melayani. Kita terbuka, kita melayani. Jadi kalau ada apa-apa kita cepat tahu.
Inilah yang kita lakukan, mendidik seorang pejabat ini tidak usah dimarahi. Tunjukan realita yang ada.
Jadi saya beritahu gini, Dunia ini tempat meninggal, bukan tempat tinggal. Tempat tinggal itu di surganya Allah sana. Siapa yang tinggal di sana? Orang-orang yang tidak pernah pelit berbuat baik dengan orang lain.
Alhamdulillah semua pejabat bagus. Jadi saya merencanakan anggaran pendapatan dia, biar dia tidak terjadi sesuatu yang tidak kita diinginkan, kita remon (remunerasi).
Dapatnya sekian-sekian. Anda sudah cukup, untuk hidup di rumah cukup, untuk mengkuliahkan anak cukup. (radian bagus priambodo)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.