Palembang Krisis Ruang NICU, Bayi-Bayi Antre 24 Jam
Palembang krisis ruang perawatan darurat untuk bayi (NICU), sehingga para orangtua yang bayinya lahir prematur harus berjuang keliling rumahsakit.
Editor: cecep burdansyah
Menurut H, alangkah baiknya di kota Palembang ini fasilitas NICU ini tersedia, karena kenyataannya yang permatur cukup banyak. Coba kalau lagi penuh, dan itu sangat dibutuhkan, gimana?.
Hal senada diungkapkan oleh Eko. Bahkan Eko harus menunggu 24 jam untuk mendapatkan kepastian bahwa di rumah sakit yang dirujuk tersedia ruang NICU yang kosong dan bisa digunakan untuk anaknya.
"Inilah yang jadi permasalahannya, bukan hanya saya saja yang merasakan tapi banyak warga lainnya seperti tetang, dan teman saya juga pernah mengalami hal yang sama," kata Eko.
Menurut Eko, memang nyatanya tidak mudah untuk bisa mendapatkan fasilitas perawatan NICU di beberapa rumah sakit di Palembang.
"Kalau orang bilang mencari fasilitas ruang NICU itu susa, benar adanya karena saya sudah pernah mengalaminya," kata Eko.
Eko menceritakan, bahwa waktu itu istrinya melahirkan anak ketiga di RS swasta. Ketika itu begitu lahir, kebetulan anaknya tidak nangis. Jadi kata dokter itu jantungnya lemah, sehingga harus mendapatkan perawatan intensif.
"Berbagai upaya telah dilakukan, akhirnya harus masuk ke NICU. Namun karena saya masuknya menggunakan asuransi InHealth dan kelas dua, jadi tidak dicover biayanya. Maka pihak rumah sakit menyarankan agar bisa dirujuk di rumah sakit lain," katanya.
Sebab kalau tetap di RS tersebut harus bayar secara mandiri Rp 2 juta sampai Rp 5 juta untuk satu malam.
"Tentu itu saya kira biaya yang cukup besar, sehingga saya mengikuti saran dari pihak rumah sakit agar pindah ke rumah sakit lainnya," ungkapnya.
Menurut Eko, waktu itu informasinya baru ada di RSMH Palembang yang peralatannya cukup lengkap, sehingga harus pindah dan dirawat di sana dan bisa dengan menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan.
"Jadi saya urus untuk mintak rujukan. Namun ternyata tidak mudah untuk mendapatkan fasilitas itu. Pihak RS berkoordinasi dan mengecek apakah ada kamar atau tempat untuk anak saya dirawat ternyata tidak bisa, karena antrennya sudah banyak dan penuh," ceritanya.
Namun, Eko tidak tinggal diam. Ia mencoba berkoordinasi dengan teman-teman dan relasi yang ada di RSMH Palembang, tapi ternyata memang katanya penuh. Maka dengan terpaksa ia harus menunggu.
"Sekitar 24 jam menunggu, akhirnya ada peluang untuk masuk ke NICU. Pergilah saya dan anak saya ke RSMH Palembang diantara dengan ambulans. Namun ternyata setelah sampai di RSMH juga tidak langsung ke NICU, melainkan ditampung dulu disemacam ruangan observasi," ungkapnya.
Eko melihat di sana bukan anaknya saja, melainkan banyak bayi-bayi yang mengalami berbagai macam jenis penyakit lainnya yang antre untuk masuk ke ruang NICU. Lalu ia tanya ke perawatnya, seperti apa nanti prosesnya. Namun karena memang sudah banyak orang yang antre, ia juga harus menunggu.
"Cukup lama juga hampir 24 jam nunggu, cuma bisa menyaksikan perawat, dokter yang memeriksa dan memberikan sedikit gambaran bagaimana kondisi anak saya pada waktu itu sambil menunggu untuk bisa masuk ke ruang NICU nya," katanya.