Palembang Krisis Ruang NICU, Bayi-Bayi Antre 24 Jam
Palembang krisis ruang perawatan darurat untuk bayi (NICU), sehingga para orangtua yang bayinya lahir prematur harus berjuang keliling rumahsakit.
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNSWS.COM, PALEMBANG, TRIBUN - Setiap orangtua tentu ingin segera membawa pulang bayi yang baru saja dilahirkan dalam keadaan sehat.
Namun, ada kondisi kesehatan yang memaksa bayi untuk dirawat secara intensif terlebih dahulu di ruangan neonatal intensive care unit (NICU) rumah sakit.
Masalahnya, ruangan NICU di Palembang masih sedikit, sehingga sehingga ketika dibutuhkan harus antre. Hal ini seperti yang pernah dirasakan oleh Eko dan H, warga Palembang.
H menceritakan, bahwa baru-baru ini ia mendapat cucu dari anaknya. Namun cucunya lahir secara prematur. Putri H sedang hamil tujuh bulan mengalami pendarahan, lalu dibawa ke rumah sakit swasta.Sabtu masuk rumah sakit dan Minggu kondisinya membaik.
"Namun di hari Senin pendarahan besar lagi, sehingga butuh tindakan. Dokternya bilang, karena usia kehamilannya baru 7 bulan kemungkinan anaknya prematur dan tentu dibutuhkan ruang NICU," kata H.
Masalahnya, di rumah sakit itu tidak ada fasilitas NICU. Sehingga diberi rujukan untuk mencari rumah sakit yang tersedia ruang NICU.
"Memang ada sistem rujukan terintegrasi, tapi prosesnya lama dan kami jadi khawatir. Saya putuskan untuk cari juga secara langsung mendatangi rumah sakit, tapi anak saya tetap di RS itu dulu sampai dapat ruang NICU. Beberapa rumah sakit sudah saya coba seperti RS Charitas, RS Siloam Sriwijaya dan itu penuh," katanya.
Sampai akhirnya H, meminta tolong ke beberapa teman-temannya untuk mencari rumah sakit yang tersedia ruang NICU. Namun ternyata juga pada penuh semua seperti RS Siti Fatimah, RSMH Palembang, RS Siti Khodijah dan lain-lain juga penuh.
Lalu ke RS Hermina yang ada di Basuki Rahmat, masih menunggu dikonfirmasi. Tapi karena sudah panik ya tetap kliling cari rumah sakit yang tersedia ruang NICU nya. Sampai waktu di RS Hermina Jakabaring dikabari kalau Hermina Basuki Rahmat ada yang kosong.
"Untuk mendapatkan ruang NICU ini memang tidaklah mudah. Saya keliling cari rumah sakit yang ada tersedia ruang NICU itu sekitar tiga jam. Pada akhirnya anak saya dibawa ke RS Hermina. Di RS Hermina dari siang sampai malam diobservasi dan paginya baru dioperasi," katanya.
H bertanya-tanya, apakah benar prosedurnya hanya menunggu dari sistem rujukan itu. Karena menunggu berjam-jam, belum ada jawaban. Sehingga pihak keluarga tentu cemas menunggu lama. Walupun memang pada akhirnya melalui sistem rujukan secara online itulah dapatnya.
"Menurut saya respon dari sistem terpadu secara online ini agak lambat. Jadi memang mereka sudah berusaha cari tapi lambat dijawabnya. Jadi ketika butuh tindakan segera orang awam ini kan bingung, karena tidak direspon," ungkapnya.
Padahal, menurut H, ia tidak menggunakan asuransi kesehatan. Melainkan biaya sendiri secara mandiri, untuk bayar secara mandiri saja sulit untuk mendapatkan ruangan NICU. Lalu pertanyaanya bagaimana kalau yang menggunakan asuransi kesehatan? Apakah bakal lama juga?
"Saya sempat juga berpikir, bayar saja susah apalagi kalau pakai asuransi kesehatan? Apalagi untuk NICU ini terbilang mahal. Ia mau apalagi kami tidak ada pilihan. Untuk suntikan pertama buat paru-paru Rp 5 juta satu ampul, belum biaya yang lainnya. Bagaimanapun dananya harus disiapkan, karena ini nyawa," kata H