Kisah Ketua DPRD Kota Depok, Dua Kali Gagal Tes Akabri
Nasib seseorang kadang lurus sesuai keinginan, tapi sering berbelok. Ketua DPRD Depok, Teuku Muhammad Yusufsyah Putra, tak bermimpi jadi politikus.
Editor: cecep burdansyah
Apa yang dipesankan orangtua saat itu?
Bapak saya awalnya wartawan, nama majalahnya Sonata di Jakarta. Kemudian beliau tes di bank swasta sampai 1987.
Ya yang teringat saya ya mereka berpesan tetap dalam pergaulan harus mengedepankan bagaimana menjaga diri dari sisi agama, salat, kalau mengaji itu keharusan karena di rumah juga kan mengundang guru mengaji.
Saya begitu kagum dengan keberanian bapak saya. Dia kan seorang yang merantau. Dari kedisiplinannya karena bapak saya orangnya keras, jadi membentuk kami terbiasa disiplin, menghargai waktu dan pergaulan yang diutamakan karena memang 1000 teman sedikit, satu musuh sangat banyak.
Ya, Alhamdulillah saya tetap menjaga itu. Makanya moto di DPRD (Kota Depok) ini "Kebersamaan Dalam Keberagaman" karena bermacam-macam warna kan. Boleh berbeda tapi tetap satu tujuan yaitu demi kesejahteraan masyarakat.
Boleh diceritakan bagaimana Anda kemudian memutuskan untuk membentuk keluarga sendiri?
Ya, saya ketemu istri (melalui proses) taaruf, dia di IAIN (UIN) kuliahnya, ketemuannya di rumah temannya.
Saya lihat wah nih bisa jadi jodoh saya. Waktu itu dikenalin dari guru mengaji. Saya kan berprinsip ketika kuliah target selesai lanjut setahun kerja lalu menikah.
Pokoknya umur 25 tahun itu sudah menikah. Lalu saya bilang ke guru mengaji kalau saya telah siap nikah. Saya kasih foto dan data saya, ya dikasih pilihan tapi kalau saya enggak banyak pilihan cukup satu istri, itu aja pas liat dah merasa cocok.
Waktu itu saya kasih foto yang terbaik tapi ternyata engga dikasih lihat (fotonya ke calon wanita yang ingin bertaaruf) sama guru mengaji, cuma data saya saja.
Jadi beruntung lah itu istri saya bisa dapatin saya walaupun belum tahu, ha-ha-ha. Ini takdir Allah, istikharah karena foto enggak lihat dan data cuma secarik kertas aja ketika itu yang dia punya kan yang dikasihkan dari guru mengaji.
Lalu bagaimana cara Anda merawat keharmonisan dengan pasangan, mengingat enggak melewati proses pacaran?
Enggak sepemahaman itu bagian dari bumbu-bumbu, menikah kan bukan mencari seseorang yang sempurna tapi bagaimana saling mengisi.
Saya menikah tahun 1995, tanggal 8 Oktober. Dua hari setelah menikah orangtua saya berulang tahun. Tanggal lahir dan tahun kelahiran bapak ibu saya sama.