Angka Okupansi RSD Wisma Atlet Capai 75 Persen, Anies Baswedan: Tidak Semuanya Warga Jakarta
Hal ini disampaikan Anies seiring tingginya angka okupansi di RSDC Wisma Atlet, yang kini mencapai 75 persen.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, tidak semua pasien Covid-19 yang dirawat di RSDC Wisma Atlet Kemayoran adalah warga DKI Jakarta.
Hal ini disampaikan Anies seiring tingginya angka okupansi di RSDC Wisma Atlet, yang kini mencapai 75 persen.
"Bahwa rumah sakit di Jakarta itu kapasitasnya atau BOR-nya, tingkat keterisian yang untuk Covid-19 itu 75 persen. Dari angka itu, 27 persennya adalah pasien dari luar Jakarta," kata Anies di PMI DKI Jakarta, Senin (14/6/2021).
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, PPKM Mikro Diperpanjang hingga 28 Juni 2021, Ini Aturan untuk Zona Merah
"Jadi setiap ada 4 pasien maka 1 pasien itu dari luar Jakarta. Tapi saya ingin garisbawahi, bahwa yang dikelola di rumah sakit di Jakarta bukan hanya warga Jakarta, tetapi juga warga luar jakarta," sambung Anies.
Kendati demikian, Anies memastikan bahwa perawatan bagi pasien Covid-19 tidak tebang pilih.
Semua pasien Covid-19 yang dirawat di RSDC Wisma Atlet Kemayoran dipastikan mendapatkan fasilitas yang sama.
Baca juga: Demi Hadiah Utama Rumah dan Tanah, Warga Akhirnya Bersedia Divaksin Covid-19
"Kami tidak membedakan, kami memberikan pelayanan yang sama untuk semuanya," tutur Anies.
Anies sekaligus mengungkapkan bahwa 72 persen warga lanjut usia (lansia) yang ada di DKI Jakarta telah menerima vaksin Covid-19.
Hal itu, lanjut Anies, membuat kasus kematian akibat Covid-19 menjadi rendah, meski lonjakan kasus sedang terjadi di Jakarta.
"Lansia di Jakarta sudah 72 persen sudah mendapatkan vaksin. Karena itulah mengapa kita, meskipun ada gelombang yang tinggi, tapi tingkat kematian rendah," ujar Anies.
"Karena banyak orang tua yang resiko terpapar tinggi sudah mendapatkan vaksin. Sehingga tidak mengalami gejala yang berat," sambung dia.
Baca juga: Metode Pembelajaran Jarak Jauh di Indonesia Belum Maksimal