Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pasutri Bandung Barat Jual Perabotan untuk Sambung Hidup, Tak Pernah Dapat Bantuan karena Domisili

Pasutri itu jual rice cooker Rp 5 ribu ke tukang rongsok dan speaker Rp 50 ribu, uangnya buat beli beras dan jajan anak-anak

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Pasutri Bandung Barat Jual Perabotan untuk Sambung Hidup, Tak Pernah Dapat Bantuan karena Domisili
Tribun Jabar
Pasangan suami istri Ruslan Permana (31) dan Novi Sovianti (33) yang menjual peralatan rumah tangga demi bertahan hidup 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRBUNNEWS.COM,  BANDUNG - Kisah pilu harus dialami sepasang suami istri di tengah Pandemi Covid-19 dan penerapan PPKM Level 4 di Bandung.

Ruslan Permana (31) dan Novi Sovianti (33) wargaKampung Panagelan, RT 02/04, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.

Perekonomian mereka carut-marut setelah adanya penerapan PPKM karena usahanya menjadi buntu.

Berikut fakta-fakta berdasarkan pengakuan pasutri yang tinggal di rumah sederhana milik orangtuanya itu :

1. Jual parabot rumah tangga

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, terpaksa harus menjual berbagai macam alat rumah tangga dengan harga yang murah.

Berita Rekomendasi

Ini dilakukan demi membeli beras untuk makan sehari-hari.

Baca juga: Kasus Harian Corona Indonesia Nomor 1 di Dunia 29 Juli 2021, Tambah 43.479 Positif

Novi mengatakan, dampak tersebut bermula saat suaminya yang baru bekerja sebulan di Bali dengan iming-iming upah Rp 300 ribu per minggu akhirnya harus diberhentikan pada Maret 2020 yang lalu.

"Sejak saat itu, suami saya selama delapan bulan di Bali tanpa ada kejelasan dan tanpa penghasilan.

Hanya untuk biaya makan sehari-harinya juga cukup sulit," ujar Novi saat ditemui di rumahnya, Jumat (23/7/2021) akhir pekan lalu.

2. Usaha yang Dirintis Terkena Kebijakan PPKM

Setelah delapan bulan di Bali, kata Novi, suaminya pulang dan sempat merintis usaha penjualan stroberi dengan pemasaran ke konsumen yang ada di wilayah Jabodetabek.

Usaha itu bisa memenuhi kebutuhan keluarganya yang berjumlah delapan orang, termasuk dua anaknya yang tinggal di satu atap rumah yang berada di gang sempit itu.

"Tapi terdampak lagi kebijakan PPKM Darurat. Sejak saat itu tidak bisa kirim barang ke konsumen seperti ke Jakarta karena usaha di sana juga banyak yang tutup," katanya.

3. Sang ayah menderita stroke sejak 2 bulan lalu

Kesusahan Novi, semakin bertambah ketika ayahnya terkena stroke sejak dua bulan lalu, sehingga tidak bisa beraktivitas seperti biasanya karena harus menjaga ayahnya yang kini terbaring lemas di rumah yang rencana akan dijualnya.

Kondisi itu membuat Novi dan suaminya pun kian sulit.

Apalagi di keluarganya tidak ada satupun yang memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap, sedangkan suaminya hanya buruh serabutan.

"Sekarang suami juga bisa kerja kalau ada yang nyuruh saja, karena dia bisa nyetir, jadi bisa menjadi sopir," ucap Novi.

4. Jual Speaker di Facebook

Akibat kesulitan perekonomian itu, Novi harus menjual peralatan rumah tangga hingga pakaian, seperti panci, helm, rice cooker hingga yang teranyar menjual speaker yang dipajang di media sosial Facebook.

Usia anak-anak adalah masa senang bermain. Dalam bermain hendaknya orang tua ikut mendampingi dan mengajarkan sang anak mempelajari banyak hal, salah satunya belajar saling berbagi. Ini merupakan keterampilan yang harus dikuasai si kecil agar dapat membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Berikut beberapa cara sederhana namun efektif untuk mengenalkan anak tentang berbagi seperti berbagi benda milik yaitu meminjamkan barang seperti mainan, mengajarkan saling tolong menolong dan lain sebagainya. (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)
Usia anak-anak adalah masa senang bermain. Dalam bermain hendaknya orang tua ikut mendampingi dan mengajarkan sang anak mempelajari banyak hal, salah satunya belajar saling berbagi. Ini merupakan keterampilan yang harus dikuasai si kecil agar dapat membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Berikut beberapa cara sederhana namun efektif untuk mengenalkan anak tentang berbagi seperti berbagi benda milik yaitu meminjamkan barang seperti mainan, mengajarkan saling tolong menolong dan lain sebagainya. (Tribun Jateng/Hermawan Handaka) (TRIBUN JATENG/TRIBUN JATENG/HERMAWAN HANDAKA)

"Jual rice cooker Rp 5 ribu ke tukang rongsok, kalau speaker Rp 50 ribu, uangnya buat beli beras dan jajan anak-anak.

Makannya saya netes air mata kalau anak minta jajan juga. Saya juga malu karena sering dikirim beras sama saudara," ujarnya.

5. Tak Pernah dapat bantuan apapun dari pemerintah

Meski perekonomiannya sudah berada diujung tanduk, ironisnya lagi, keluarga ini belum pernah mendapatkan uluran bantuan apapun dari pemerintah karena salah satu masalahnya adalah masalah domisili.

Sebab meskipun ia dan keluarganya sudah dua tahun tinggal di Cisarua, Bandung Barat, tapi Kartu Keluarganya (KK) masih berdomisili di Kota Cimahi.

"Bantuan enggak ada selama pandemi Covid-19, katanya harus bikin surat pindah," kata Novi.

6. Akan Jual Rumah dan Tinggal di Cimahi 

Rencananya untuk ke depan, ia bakal menjual rumah yang saat ini ditinggalinya selama dua tahun terakhir.

Novi dan keluarganya akan tinggali kembali di Kota Cimahi untuk mencari peluang mendapatkan pundi-pundi rupiah.

"Mau pindah lagi ke Cimahi karena kalau di sana bisa jualan atau apa yang penting bisa melanjutkan hidup," ujarnya.

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas