Munculnya Kerajaan Angling Dharma, Sosiolog: Ada Peran Negara yang Tak Dirasakan Masyarakat
Tanggapan sosiolog soal munculnya kerajaan Angling Dharma di Pandeglang, Banten: Ada Peran Negara yang Tak Dirasakan Masyarakat.
Penulis: Shella Latifa A
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Sehingga, beberapa warga yakin telah menemukan sosok pemimpin sebagai tempat berkeluh kesah.
"Jadi, pemimpinnya mungkin pintar berbicara, punya kemampuan berbicara untuk meyakinkan orang-orang bahwa dia ini sosok yang dipercaya ."
"Kemudian, masyarakat dapat menjelaskan soal kesulitan kehidupannya sehari-hari," lanjutnya.
Meskipun begitu, sejarah kemunculan Kerajaan Angling Dharma ini juga perlu diselidiki lebih jauh.
Dikhawatirkan, ada indikasi-indikasi penipuan atau hal yang merugikan bagi anggotanya dalam kerajaan ini.
"Meskipun ada cerita dananya dihimpun dari masyarakat, apakah di situ ada unsur penipuan atau merugikan orang secara ekonomi."
"Maupun kerugian yang sifatnya fisik? misalnya dari para pengikutnya," ujar Bayu.
Awal mula berdiri
Diketahui, pemimpin Kerajaan Angling Dharma tersebut bernama Baginda Sultan Iskandar Jamaludin Firdaus.
Juru bicara Jamaludin, Ki Jamil Badranaya mengatakan, kekuasaan yang didapatkan baginda bermula pada 2004.
Saat itu, Jamaludin telah selesai bertapa di sebuah gunung untuk mempelajari sebuah ilmu.
Setelahnya, kata Jamil, Jamaludin mendapat kedigdayaan menjadi raja dari makhluk gaib.
"Pengangkatan ini bukan keinginan baginda bukan juga keinginan masyarakat, tapi memang perintah dari sana-nya, dari Sang Pencipta," kata dia.
Sejak saat itu, warga di sekitar selalu percaya akan setiap ucapan dari Jamaludin.