Potret Difabelpreneur Sriekandi Patra Boyolali, Goresan Batik Tulis Jadi Tumpuan untuk Merajut Asa
Sejumlah penyandang disabilitas di Sanggar Inspirasi Karya Inovasi Difabel (Sriekandi) Patra Boyolali membuat karya batik tulis bernilai ekonomi.
Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Miftah
Sembari melihat para disabilitas yang sedang membatik, Siti mengungkapkan tujuannya ikut tergerak hatinya membantu di Sriekandi Patra.
"Selain memberdayakan para disabilitas, juga ingin membuka mata hati masyarakat bahwa mereka(para disabilitas) bisa," tutur ibu dari tiga anak ini.
Selain itu, mereka juga tidak tega melepaskan para disabilitas di Sriekandi Patra yang telah terbentuk pada 9 April 2018 .
Kemudian, dikukuhkan dan berpindah ke gedung workshop Sriekandi Patra pada 18 oktober 2019.
Untuk itu, sejumlah ibu rumah tangga tergerak hatinya untuk menjadi relawan dan mengurus keperluan di Sriekandi Patra.
"Relawan dulunya empat orang, satunya sudah minta resign. Kini tinggal tiga orang yang masih ikut membantu di Sriekandi Patra," kata Siti.
Warga asli Musuk, Boyolali ini mengaku senang bisa melihat para disabilitas di Sriekandi Patra berkarya dan menghasilkan pundi-pundi ekonomi dari kerja kerasnya.
Lebih lanjut, Siti menjelaskan beberapa karya yang dihasilkan para disabilitas.
Mulai dari selendang yang dijual Rp 125 ribu dan Rp 200 ribu, tote bag yang dibanderol Rp 40 ribu, sarung bantal yang dijual Rp 125 ribu hingga dompet seharga Rp 30 ribu.
Nantinya, sebagian dari hasil penjualan batik juga digunakan untuk kesejahteraan anggota Sriekandi Patra.
Menurut Siti, Workshop Sriekandi Patra juga sudah menghasilkan motif kain batik bernama Lembu Patra.
Kain batik motif Motif batik namanya Lembu Patra juga sudah dipatenkan.
Rasa senang dan haru pun disampaikan Siti Fatimah yang saat itu sedang bersama dua relawan lainnya, yakni Sri Maryatun dan Sri Suwarni.
"Rasanya bahagia seneng, mereka tidak dipandang sebelah mata," ungkap Siti.
Ia dan relawan lainnya berharap para disabilitas di Desa Tawangsari bisa terus diberdayakan dan tetap didukung.
Selain itu, bagi penyandang disabilitas dari wilayah desa luar pun juga diperbolehkan mengikuti workshop Sriekandi Patra.
Diketahui, Sriekandi Patra merupakan nama kelompok difablepreneur yang dirintis oleh CSR TBBM Boyolali sejak April 2018 di Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali.
Perintisan program pemberdayaan itu, awalnya dilatarbelakangi adanya rasa keprihatinan melihat para difabel di Desa Tawangsari yang belum memiliki kegiatan.
Selain itu, juga masih ada warga desa yang kurang terbuka memiliki anak penyandang disabilitas.
Untuk itu, tim CSR TBBM Boyolali dibantu oleh beberapa warga desa lainnya bekerja sama membantu memberdayakan para difabel.
Sehingga, para difabel dapat berkarya melalui batik tulis.
Awalnya, program difableprenur diberikan kepada seorang difabel bernama Yuni dengan pendampingan dan pemberian keterampilan.
Baca juga: Tingkatkan Omzet, Pemerintah Dorong Pelaku UMKM Manfaatkan Teknologi Digital
Unit Manager Communication, Relations dan CSR Pemasaran Regional Jawa Bagian Tengah, Brasto Galih Nugroho, menjelaskan pihak Pertamina tak hanya memberikan bantuan barupa materi.
Namun, juga pendampingan dan peningkatan keterampilan.
"Bantuan juga dalam bentuk pendampingan dan peningkatan ketrampilan, jaringan kerjasama dan publikasi."
"Pemantauan dan pendampingan Sriekandi Patra dilakukan secara periodik oleh Community Development Officer Fuel Terminal Boyolali," ucap Brasto kepada Tribunnews.com, Minggu (31/10/2021).
Lebih lanjut, Brasto mengatakan perkembangan Workshop Sriekandi Patra yang semakin membaik.
"Perkembangan Sriekandi Patra sangat bagus."
"Anggota Sriekandi Patra antusias dalam melakukan pekerjaan mengrajin batik meski dalam keterbatasan," ucap Brasto.
Ia juga mengapresiasi upaya Sriekandi Patra untuk maju.
"Apresiasi bagi Sriekandi Patra."
"Terus giat berusaha dan tularkan ilmu kepada yang lain," imbuhnya.
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.