Tarif PCR di Beberapa Klinik di Semarang masih Rp 450 Ribu
Meskipun pemerintah sudah resmi mengumumkan harga PCR turun ke Rp 275, di Kota Semarang masih banyak klinik yang mematok tarif Rp 450 ribu.
Editor: cecep burdansyah
“Dengan adanya kebijakan batas atas tarif PCR, Dinkes akan melakukan pemantauan di klinik kesehatan ataupun rumah sakit yang melayani tes PCR,” kata Kepala Dinkes Kota Semarang, Abdul Hakam.
Ia mengatakan, jika ditemukan klinik yang mematok harga lebih tinggi, masyarakat bisa melapor melalui kanal Dinkes ataupun Lapor Hendi.
“Kami punya kanal pengaduan di lapor Hendi, dan laporan tersebut pasti akan ditindaklanjuti," kata Hakam.
Hakam menerangkan, jika benar ditemukan praktik tes PCR dengan harga di atas ketentuan yang sudah ditetapkan, Dinkes akan memberikan teguran maupun sanksi.
"Meski demikian kami akan mengkonfirmasi terlebih dahulu ke klinik maupun rumah sakit yang dilaporkan. Kalau benar dan terbukti akan kami beri teguran terlebih dahulu, dan jika berulang, kami akan berikan sanksi administrasi," ucapnya.
Turunkan lagi
Wakil PHRI Jateng, Benk Mintosih meminta agar pemerintah dapat secara langsung menetapkan harga tes PCR dengan harga terjangkau agar tidak menghambat perjalanan wisatawan.
Sebab, harga tes PCR Rp 275 ribu untuk Jawa Bali dan Rp 300 ribu di luar itu, masih cukup tinggi sehingga dikhawatirkan mengganggu sektor pariwisata.
"Kalau bisa harganya seperti tes antigen, di kisaran Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu itu masih terjangkau. Jadi kami harapkan bisa langsung ditetapkan Rp 150 ribu, sudah, diberlakukan setengah tahun langsung begitu," jelasnya, Minggu (31/10).
Pemerintah mesyaratkan kewajiban tes PCR untuk moda transportasi secara umum, maka sudah seyogyanya pemerintah memberikan subsidi untuk hal tersebut. Adanya keringanan biaya tes PCR, masyarakat pun nantinya akan dengan cepat menyesuaikan.
"Ini bukan barang mewah maka sudah seharusnya diturunkan harganya. Seperti pakaian harus dipakai, masak memakai baju harus bayar?" kiranya.
Ia menambahkan, dengan adanya penurunan biaya tes PCR, sejauh ini telah cukup memberikan dampak positif bagi dunia perhotelan.
Dikatakan, tingkat okupansi hotel di Jawa Tengah kini sudah mulai menginjak angka 100 persen. Ia berharap hal itu juga nantinya akan berdampak baik saat natal dan tahun baru.
"Memang masih wisatawan lokal dari beberapa kota. Semua sudah mulai normal dengan rata-rata tempat strategis yang dulu sempat 100 persen, sudah ada beberapa yang 100 persen. Jadi semakin bagus, tinggal sama-sama mawas diri saja dan semoga (lonjakan kasus) saat Nataru hanya rumor karena kita sudah herd immunity," tutur Benk. (afn/bud/idy/rtp)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.