Desa Wisata Sangiran: Geliat Dewi Sangir, Harapan Bersemi di Tengah Pandemi
Desa Wisata Sangiran atau Dewi Sangir berhasil masuk 50 Besar Desa Wisata Terbaik dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Pravitri Retno W
“Desa Wisata Sangiran ini kelasnya dunia karena ada situs yang sudah diakui dunia oleh UNESCO sebagai situs yang umurnya 1,8 juta tahun,” tutur Sandiaga Uno, dikutip dari rilis resmi Kemenparekraf.
Dalam kunjungan itu, Menteri Sandiaga didampingi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dan Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati.
Diketahui, Desa Wisata Sangiran baru dibentuk 2019 dan saat ini menyandang kategori desa wisata rintisan.
Meski langsung terbentur adanya pandemi Covid-19, Desa Wisata Sangiran disebut Aries tidak tinggal diam.
Aries dan Pokdarwis terus menggali potensi Desa Krikilan.
“Kami melakukan sejumlah kegiatan dengan prokes, tahun kemarin kami ada kegiatan Pasar Budaya Sangir yang berjalan lancar,” ungkap Aries.
Potensi Wisata Dewi Sangir
Aries mengungkapkan, ada tiga keunggulan yang dimiliki Desa Wisata Sangira, yaitu alam, budaya, dan outbond.
Aries menyebut kondisi alam yang dimiliki Sangiran memang tidak memiliki pegunungan maupun pantai seperti yang biasa dimiliki sebuah desa wisata.
“Tapi kami mempunyai keunggulan di zona situs purbakala, sebuah prospek unggulan dan tidak dimiliki di tempat lain,” ungkap Aries.
Di Desa Wisata Sangiran, Aries menyebut ada lapisan tanah yang berusia jutaan tahun yang lalu.
Keberadaannya bisa digunakan untuk wisata edukasi.
“Lalu ada juga sumber mata air asin. Air asin ini menandakan tempat ini dulunya lautan,” ungkapnya.
Selain alam, Desa Wisata Sangiran juga memiliki banyak kebudayaan yang bisa ditunjukkan.
“Ada kesenian Gejluk Lesung, Gamelan Renteng, Jathilan, dan yang lainnya,” kata Aries.
Selain itu, Aries juga menyebut Desa Wisata Sangiran menawarkan kegiatan outbond.
Sejumlah sekolah mulai dari SD hingga SMA di wilayah Soloraya sudah pernah menjalankan outbond di sana.
“Outbond kami sudah jalan sejak sebelum pandemi, tapi kemudian pandemi sehingga sekolah tutup, museum juga tutup,” ujarnya.
Manfaat Ekonomi yang Dirasakan Masyarakat
Lebih lanjut, dengan hadirnya Desa Wisata Sangiran, ekonomi masyarakat di Desa Krikilan mulai tumbuh.
Diketahui Museum Sangiran tidak hanya menjadi satu-satunya obyek wisata di sana.
Pasar Sangir, pasar budaya yang berlokasi di Punden Tingkir yang digelar setiap hari Minggu mulai digemari masyarakat.
Punden Tingkir diketahui merupakan sebuah lokasi yang dipercaya masyarakat sebagai peninggalan Joko Tingkir.
Selain terdapat pohon besar di punden tersebut, di atas bukit terdapat tiga makam yang dipercaya merupakan makam Joko Tingkir dan anak buahnya.
Setiap hari Minggu, setidaknya ada 32 lapak pedagang yang menjual makanan tradisional.
Para penjual merupakan warga setempat.
“Ada yang cuma penjahit, akhirnya bisa ikut berjualan. Ada yang tidak bekerja, tapi sekarang tiap minggu ada aktivitas untuk menghasilkan tambahan ekonomi,” ungkap Aries.
Selain masyarakat yang bisa berjualan di Pasar Sangir, manfaat bertumbuhnya Desa Wisata Sangiran juga dirasakan oleh pemilik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lainnya.
Salah satunya ibu Siti Suryati (44) pedagang toko kelontong di sekitar Museum Sangiran.
Siti menyebut mulai membuka toko di tahun 1997.
“Dulu Museum Sangiran belum seperti ini. Tapi makin tahun makin berkembang dan menjadi semakin ramai setelah banyak pembangunan,” ungkap Siti.
Lokasi yang strategis membuat toko milik Siti kerap menjadi lokasi berhenti wisatawan untuk membeli minuman maupun makanan ringan.
Di masa pandemi Covid-19, Siti juga menjual masker dan hand sanitizer.
“Banyak wisatawan yang mampir beli, kami para pedagang lebih untung lagi dengan keberadaan Museum Sangiran,” ujar Siti.
Kemudahan Akses
Untuk diketahui, menuju Museum Sangiran sangatlah mudah dengan hadirnya bus Trans Jateng.
Bus Trans Jateng memiliki rute Solo-Sangiran-Gemolong-Sumberlawang-PP.
Wisatawan yang ingin mengunjungi Sangiran bisa berhenti di sub terminal Desa Krikilan yang terletak sekitar 400 meter dari Museum Sangiran.
Untuk menuju Museum Sangiran, wisatawan tak perlu khawatir karena sudah ada ojek mobil yang siap mengantarkan wisatawan menuju museum dengan tarif Rp 3.000 sekali berangkat.
Dengan semakin lengkapnya fasilitas penunjang di Sangiran, diharapkan dapat semakin mengembangkan wisata di Sangiran.
“Harapan kami dengan adanya Dewi Sangir dapat berdampak luas bagi masyarakat,” ungkap Aries.
Ia juga mengungkapkan tujuan bersama akan tercapai bila pemerintah desa dan masyarakat saling bergerak beriringan.
Sehingga ke depannya roda perekonomian di Desa Krikilan semakin meningkat dengan terbukanya banyak lapangan pekerjaan baru.
“Ada yang menjadi guide, ojek mobil, pedagang, UMKM, homestay, dan sebagainya. Sehingga ekonomi semakin merata,” ujar Aries. (*)
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)