Suaminya Hilang Pascaerupsi Semeru, Nenek Mahriyeh Ikhlas, Sabar Tunggu Jenazah Ditemukan
Meski hingga kini belum ditemukan, Nenek Mahriyem yakin suaminya sudah meninggal dalam peristiwa erupsi Gunung Semeru 4 Desember lalu.
Editor: Willem Jonata
Puluhan meter tertimbun pasir Wagiman (60), menantu Mahriyeh, mengatakan, ketika berada di pengungsian dirinya sudah memberitahukan titik lokasi ladang di mana Miran berada.
Namun hingga kini, kata Wagiman, belum ada kabar tim SAR dan relawan menemukan jasad Miran.
Kata Wagiman, ladang di mana Miran berada tertimbun pasir erupsi Gunung Semeru hingga puluhan meter sehingga menyulitkan upaya pencarian jasad Miran.
"Karena ladang itu letaknya agak di bawah, berimpitan dengan aliran lahar namun di belakangnya terdapat tebing. Jadi pasir lahar menumpuk di situ," ujar Wagiman.
Menurutnya, ketebalan pasir erupsi Gunung Semeru yang mengubur ladang padi Miran mencapai sekitar 50 meter.
"Kami di sini hanya dapat berdoa semoga Bapak (Miran) segera ditemukan. Kasihan Emak (Mahriyeh)," kata Wagiman.
Diberitakan sebelumnya, beberapa jam sebelum erupsi Gunung Semeru terjadi, pada Sabtu pagi Mahriyeh masih bertemu Miran saat mengantarkan bekal makan untuk suaminya itu.
Tanaman padi milik kakek dan nenek itu sudah menguning dan tinggal beberapa hari lagi menjelang panen.
Baca juga: Relokasi Warga Terdampak Erupsi Semeru Akan Gunakan Lahan Perhutani, Ini Perkiraan Tempatnya
Karenanya Miran harus berjaga dan menginap di gubuk yang ada di salah satu sudut ladang untuk menjaga padi dari serbuan kawanan monyet.
Waktu itu Mahriyeh sebenarnya sudah meminta Miran untuk pulang karena takut terjadi banjir lahar dingin jika turun hujan lebat.
Tapi Miran menolak pulang. Mahriyeh tidak menyangka pertemuan pagi hari itu di ladang padi menjadi pertemuan terakhirnya dengan Miran.