Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Harga Telur Tembus Rp 2000 Per-Butir, Penjual Kue dan Bakso Menjerit

Harga telur ayam di beberapa daerah, termasuk di Pangkalpinang, terus meroket.

Editor: cecep burdansyah
zoom-in Harga Telur Tembus Rp 2000 Per-Butir, Penjual Kue dan Bakso Menjerit
Tribunnews/JEPRIMA
Pedagang saat menunjukkan telur yang berada dikiosnya di kawasan Cirendeu, Tangerang Selatan, Selasa (28/12/2021). Harga telur ayam ras saat ini mencapai Rp 32.000 per kilogram. Naik Rp 7.000 dari yang sebelumnya Rp 25.000 per kilogram. Kenaikan harga meningkat menjelang pergantian tahun berdampak pada penjualan para agen dan pedagang pasar yang mengalami penurunan penjualan. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWSCOM, PANGKALPINANG - Kenaikan harga telur ayam ras yang signifikan hingga Rp1.900 - Rp2.000 per butir sepekan terakhir di sejumlah daerah, termasuk Kota Pangkalpinang, berdampak pada bisnis pelaku usaha penjualan makanan.

Anggun (26), pemilik toko kue di kawasan Kelurahan Temberan, Kecamatan Bukitintan, Pangkalpinang, menyebut kenaikan harga telur kali ini sangat signifikan. Alhasil, usahanya yang sangat membutuhkan telur sebagai bahan baku cukup terdampak.

Ia mengaku mengalami pembengkakan biaya produksi hingga 50 persen. Biasanya dalam satu paket produksi kue, Anggun mampu menghabiskan biaya Rp100 ribu.

Namun sekarang menjadi Rp150 ribu. Hal itu untuk menjaga kualitas, akan tetapi dirinya tidak mengurangi penggunaan bahan telur.

“Enggak kita kurangi penggunaan bahan baku telur, nanti berpengaruh kepada rasa. Meski harga telur naik, kita tetap pakai ukuran yang sama,” ujar Anggun kepada Bangka Pos, Selasa (28/12).

Anggun mengaku membeli telur secara kiloan, antara Rp25 ribu hingga Rp28 ribu per kilogram. Padahal dalam sehari, dirinya mampu menghabiskan 20 hingga 30 kilogram telur.

Akibat kenaikan harga telur, penghasilannya kini turun, sekitar 25 persen. Meskipun tak banyak dia berharap pemerintah segera memberikan solusi agar bisa mengurangi bebannya.

BERITA REKOMENDASI

“Kalau bisa harga telur diturunkan, kalau tetap seperti sekarang biaya produksi kue terus membengkak,” sebut dia.

Dampak naiknya harga telur ayam juga dirasakan Maman (35) penjual Bakso keliling di Pasar Induk Pangkalpinang. Akibat harga telur tembus Rp1.900 per butir dia terpaksa mengurangi produksi bakso.

Menurutnya, dengan naiknya harga telur dia terpaksa mengurangi pembelian telur yang biasanya dua kilogram menjadi satu kilogram. Ini dilakukan agar biaya yang dikeluarkannya tidak membengkak.

“Harga telur juga mahal belakangan ini. Dari pada rugi mending cari aman lah,” kata dia kepada Bangka Pos, Selasa (28/11).

Dalam satu hari menjual bakso, Maman biasanya mampu menghabiskan 50 butir bakso isi telur bulat. Namun kini dia membatasi penjualan bakso telur menjadi 20 butir saja.


“Ya, gantinya bakso isi daging. Kadang juga pembeli enggak mau kalau diganti. Mau bagaimana ini karena harga telur naik,” keluhnya.

Naiknya harga telur yang tidak biasa tersebut juga membuat emak-emak meradang. Mereka mengeluhkan kenaikan yang tidak wajar tersebut.

"Biasanya juga naiknya tidak sampai Rp2.000, paling mahal Rp1.700 per butir, ini mahal banget. Rasanya, mau makan yang bergizi di tengah pandemi kok susah sekali," kata Erni, warga Kelurahan Kacangpedang.

Ia berharap pemerintah bisa mengawasi dan mengembalikan harga telur ke harga normal.

"Ada permainan di lapangan atau suplai kurang sementara kebutuhan meningkat, atau ayam banyak yang mati saya nggak ngerti, pemerintah yang lebih tau itu," ucap Erni kesal.

Sebulan Terakhir
Sementara itu pantauan Bangka Pos, Selasa (28/12) di Pasar Induk Pangkalpinang, harga telur ayam ras dipatok Rp1.900 per butir. Padahal semula harga telur Rp1.600 per butir.

“Untuk harga telur kita jual Rp1.900 modalnya sendiri Rp1.500 per butir,” kata seorang pedagang, Acan (30) kepada Bangka Pos, Selasa (28/12).

Dikatakan Acan, kenaikan harga telur secara ekstrem sudah terjadi sejak sepekan terakhir. Menurutnya kenaikan harga telur telah diinformasikan oleh pengirim.

“Memang sudah dikasih tahu kalau harga telur naik, tetapi kita kurang tahu penyebabnya apa karena saya ambil dari distributor langsung dikirim. Tahun kemarin tidak naik,” terangnya.

Pedagang lainnya, Aling (55) mengatakan kenaikan harga telur ayam ras sudah terjadi sejak satu bulan terakhir. Akan tetapi puncaknya terjadi pada satu minggu belakangan.

Dia menduga kenaikan harga telur karena permintaan telur yang meningkat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.

Di tokonya dia membanderol telur ayam ukuran besar Rp2.500 per butir. Sedangkan untuk ukuran kecil dipatok Rp1.900 per butir.

“Untuk harga telur ukuran besar modalnya kita beli Rp2.350 per butir kalau telur kecil Rp1.600 per butir,” kata dia.

Aling mengaku, dengan harga telur yang merangkak naik dia hanya mengambil untung sekitar Rp50-Rp100 per butir. Hal itu dia lakukan agar barang dagangannya dapat habis terjual.

Sejak harga telur naik, dia mengurangi stok pembelian telur, yang biasanya dia mampu membeli sebanyak tiga bal telur saat ini hanya membeli dua bal telur tanpa ada telur ukuran besar.

Satu bal telur sendiri terdiri dari 10 rak, setiap rak berisi 30 butir telur dengan harga sekitar Rp480 ribu.

“Langganan juga sempat mengeluh karena harga telur yang naik. Kita ambil untung tidak seberapa, intinya saya ingin menolong orang walaupun untung tipis itu tidak apa-apa,” ujar Aling.

Selain telur, harga kebutuhan pokok lain juga meningkat seperti harga daging ayam yang mencapai Rp45 ribu per kilogram. Padahal harga daging ayam sebelumnya Rp35 sampai Rp40 ribu per kilogram.

Berbagai jenis cabai juga semakin pedas. Di mana harga cabai rawit mencapai Rp150 ribu per kilogram. Sebelumnya harga cabai rawit Rp50 ribu.

Sedangkan cabai merah biasa maupun keriting, naik Rp20 ribu menjadi Rp50 ribu per kilogram. Biasanya di kisaran harga Rp30 ribu per kilogram.

Harga bawang merah dan bawang putih masih normal, yaitu Rp28 ribu per kilogram untuk bawang merah dan bawang putih Rp26 ribu per kilogram.

Paling Tinggi
Kenaikan harga telur ayam ras juga terjadi di Sungailiat, Kabupaten Bangka. Bahkan Suri (37) penjual telur ayam di Pasar Kite Sungailiat mengatakan kenaikan harga telur tahun ini paling tinggi.

"Hampir lima tahun jualan telur, dari semenjak Pasar Kite ini berdiri dan ini yang paling tinggi," kata Suri kepada Bangka Pos, Selasa (28/12).

Ia mengungkapkan, harga telur ayam memang kerap naik ketika di penghujung tahun bersamaan dengan harga bahan pokok lainnya, tapi tidak seperti sekarang.

"Dulu kalau naik paling tinggi itu Rp1.700 per butir, sekarang ini sampai Rp1.900 per butir. Mungkin besok-besok bisa sampai Rp2.000," terangnya.

Diakui Suri, kenaikan harga tersebut adalah rekor tertinggi yang pernah dia alami selama menjadi pedagang telur.

Bahkan, Selasa (28/12) dirinya harus mengeluarkan modal yang cukup besar daripada hari-hari sebelumnya.

"Hari ini saya beli 8 rak harganya sekitar Rp420 ribu lebih. Biasanya saya enggak pernah ngeluarin modal sampai segitu, paling mentok hanya Rp370-380 ribu," keluhnya.

Akibat kenaikan ini, dirinya mengakui bahwa omset per harinya turun cukup drastis. Bahkan, beberapa orang yang sempat mampir ke lapak miliknya, hanya sekedar menanyakan harga dan bergegas pergi.

"Kadang orang-orang datang nanya harga dan enggak jadi beli. Makanya agak sepi beberapa hari ini," ujarnya.

Suri mengatakan, kenaikan harga telur ayam terjadi sejak pertengahan bulan Desember 2021 atau sebelum Natal.

Menurutnya, salah satu alasan naiknya harga telur ayam tersebut dikarenakan tingginya gelombang air laut yang membuat suplai menjadi sedikit terhambat.

"Rata-rata yang jual telur ayam di Pasar Kite ini ngambilnya dari Palembang. Tapi yang dari lokal Bangka Belitung pun harganya juga naik, paling cuma beda Rp100 saja," imbuhnya.

Sementara itu, Sobir (72) salah seorang pemilik warung kelontong mengaku sudah hampir seminggu ini dirinya tidak menjual telur ayam.

Pasalnya, dirinya tidak ingin telur ayam yang dibeli nantinya menjadi tidak laku karena tingginya harga.

"Anggap aja kita beli modalnya Rp1.900 per butir, berarti paling enggak kita harus jual Rp2.000-Rp2.100 kan. Kalau kayak gitu pasti orang-orang lebih milih beli di Pasar, makanya saya enggak jual dulu sementara ini, takut telurnya jadi busuk kalau enggak laku," ucap Sobir.

Ia berharap harga telur dan sejumlah bahan pokok lainnya akan kembali normal ketika kondisi gelombang dan angin laut sudah mulai tenang.

"Biasanya bulan-bulan Februari harganya sudah turun, soalnya kapal-kapal yang bawa stok bahan-bahan makanan jadi lebih mudah untuk berlayar," pungkasnya. (u1/u2)

Sumber: Bangka Pos
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas