Kapolres Bantul Bantah Tagar Yogya Tidak Aman karena Kasus Klitih, Ungkap Bukti Malioboro Ramai
Fenomena klitih atau aksi kejahatan jalanan di Daerah Istimewa Yogyakarta tengah ramai diperbincangkan publik, ini tanggapan Kapolres Bantul.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
Kepala Lembaga Permasyarakat Khusus Anak (LPKA) Yogyakarta, Teguh Suroso mengungkapkan, ada dua tipe klitih yang sering dilakukan di Yogyakarta.
Pertama adalah individu, yang kedua adalah kelompok.
Mereka rata-rata berusia SMA.
Baca juga: Polisi: Keributan di Jalan Kaliurang Sabtu Dini Hari Bukan Klitih, Hanya Tawuran Remaja
Baca juga: Pelaku Klitih Masuk Yogya Bakal Ditembak
"Individu itu biasanya hanya berdua dan yang kami tangani terpengaruh minuman keras, kalau kelompok seperti yang terjadi di Karangkajen itu mereka suporter futsal bertemu di jalan dan terjadi gesekan," ucap Teguh
"Pelaku klitih ini memang berbeda jika dibandingkan dengan kejahatan-kejahatan di tempat lain yang membawa senjata api yang ingin merampok, di sini tidak," lanjutnya.
Diakuinya, penyesalan yang dilakukan anak-anak ini sudah terjadi setelah mereka melukai korbannya.
Ia mencontohkan satu di antara pelaku pembacokan, setelah melakukan aksinya pelaku langsung memijit orang tua.
"Ada satu orang yang setelah melakukan pembacokan langsung pulang dan memijat orangtua karena merasa bersalah."
"Esok paginya, dia dijemput polisi," kata Teguh.
(Tribunnews.com/Maliana/Whiesa, TribunnewsWiki.com/Putradi Pamungkas, Kompas TV/Tito Dirhantoro)