Bade untuk Pelebon Pratiwa Nyawa Ngasti Wedana Ida Cokorda Pemecutan IX Hampir Rampung
Rangakain palebon dimulai pada 2 Januari 2022 dengan prosesi ngalelet. Pengerjaan bade ini sudah dimulai sejak Rabu (5/1).
Editor: cecep burdansyah
Sementara saat pelaksanaan pelebon menggunakan sanan dengan ukuran 8x6 meter dan dibantu dengan roda.
“Sanan dengan ukuran 8x6 meter karena menggunakan roda. Kalau tidak pakai roda, ukuran sanan 10x12 meter,” katanya.
Selain menggarap bade untuk Puri Pemecutan, undagi ini juga telah berpengalaman membuat bade di beberapa puri dan gria seperti bade untuk pelebon di Puri Sayan setinggi 24 meter, Puri Ubud termasuk saat pelebon penemu teknik Sosrobahu Tjokorda Raka Sukawati, Puri Peliatan, Puri Mas Ubud, Puri Gianyar, Puri Satria, hingga pelebon di Griya Menuh Denpasar tahun 2021.
Terkait dengan berpulangnya pangelingsir Puri Pemecutan, Ida Tjokorda Pemecutan XI, Puri Pemecutan akan menggelar Palebon Pratiwa Nyawa Ngasti Wedana. Pelaksanaan palebon ini akan digelar, Jumat (21/1).
Prosesi ini nantinya akan dipuput oleh 11 sulinggih. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Umum Warga Ageng Pemecutan, AA Ngurah Rai Sudarma di Puri Pemecutan, Senin (27/12) lalu.
Terkait dengan pelaksanaan palebon tersebut merupakan petunjuk dari sulinggih. Dalam pelaksanaan rembug terkait pelaksanaan palebon ini melibatkan 7 sulinggih.
Rai Sudarma mengatakan, Ida Tjokorda Pemecutan XI mabiseka sebagai Raja Pemecutan pada 1989.
Beliau menggantikan ayahnya Ida Tjokorda Pemecutan X yang lebar tahun 1986.
"Terhitung Ida Tjokorda Pemecutan XI sudah mabiseka Tjokorda selama 32 tahun dan berpulang pada usia 76 tahun," kata Rai Sudarma.
Rangakain palebon dimulai pada 2 Januari 2022 dengan prosesi ngalelet. Namun sebelum itu, pada 31 Desember 2021 akan digelar matur piuning, nyukat genah dan nanceb pangpang. Dan 1 Januari 2022 digelar nunas tirta untuk masiram.
Selanjutnya pada 17 Januari digelar ngardi toya siram melaspas eteh-eteh pasucian, panca datu, patrang, bendusa kembul. Pada 18 Januari dilaksanakan ngreresik, ngentos lilit, munggah patrang, panca datu.
Juga digelar manah toya ning, ngajum, yang kemudian dilanjutkan masuci ke Pura Tambang Badung. Selanjutnya dilanjutkan dengan mapeed ogoh-ogoh dan pamuspaan, munggah bea, tarpana agung, pamuspan, dan penebus-nebusan. “Menggunakan ogoh-ogoh yang identik dengan kirab sebagai simbol Bhuta Kala," katanya.
Pada 21 Januari merupakan puncak palebon. Rangkaiannya yakni ngenjing, ngutang pering, baleman, teteh tabuh. Dilanjutkan dengan mabumi sudha, melaspas pamereman, lembu, dan panca rengga. Setelah itu, barulah tedun layon dan berangkat ke Setra Badung.
Prosesi ini menggunakan bade tumpang 11 dengan tinggi kurang lebih 18 meter. Selain itu juga menggunakan lembu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.