Pemerintah Bali dan Pelaku Bisnis Pariwisata Kecewa Agenda Skala Penting Dipindahkan ke Jakarta
Pasalnya, beredar surat Kementerian Keuangan RI bahwa kegiatan Presidensi G20 Finance Track (jalur keuangan) yakni 2nd FCBD dan 1st FMCBG dibatalkan.
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS,COM, DENPASAR – Kabar mengejutkan datang dari persiapan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan dilaksanakan di Bali.
Pasalnya, beredar surat Kementerian Keuangan RI bahwa kegiatan Presidensi G20 Finance Track (jalur keuangan) yakni 2nd FCBD dan 1st FMCBG yang awalnya digelar di Bali, 15-18 Februari 2022 mendadak dibatalkan.
Pada surat bernomor S-3/G20.33/2020 tertanggal 19 Januari 2022 yang ditandatangani oleh Sekretaris I Panitia Pelaksanaan Pertemuan G20 Bidang Logistik Rudy Rahmadi itu, pembatalan tersebut dilakukan karena meningkatkan penyebaran Covid-19 varian baru yakni Omicron yang semakin tinggi baik di tingkat global maupun nasional.
Selain itu, berdasarkan hasil survei kehadiran banyak delegasi yang memilih mengikuti melalui hybrid dari negaranya masing-masing. Berdasarkan dua hal tersebut, pemerintah pusat memutuskan untuk memindahkan lokasi pertemuan ke Jakarta.
“Berkenaan dengan hal-hal di atas, seluruh agenda kegiatan 2nd FCBD dan 1st FMCBG di Bali dan seluruh rangkaian kegiatannya dibatalkan,” demikian bunyi poin di surat tersebut.
Terkait hal tersebut, Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace mengaku baru mendapat informasi mengenai hal tersebut justru dari media sosial. Hanya saja, ia mengaku apa yang ada dalam isi surat tersebut benar adanya.
“Saya baca di medsos surat itu juga ada muncul di sana, bahwa bukan G20 dibatalkan, tapi satu event yang seharusnya dilaksanakan di bulan Februari, yang rencananya itu juga salah satu event di Bali. Kan tidak semua event di Bali. Ada yang di Jakarta, ada yang di Bandung. Event yang sudah masuk slot di Bali itu dibawa ke Jakarta. Itu alasannya karena Omicron,” ujarnya, Kamis (20/1).
Pasalnya, acara Presidensi G20 Finance Track (jalur keuangan) yakni 2nd FCBD dan 1st FMCBG tersebut dilakukan secara hybrid dan banyak delegasi peserta yang memilih untuk mengikutinya secara virtual dari negaranya masing-masing. Sehingga, untuk mempermudah pelaksanaannya maka dipindahkan ke Jakarta.
“Mengapa di Jakarta? Karena juga acaranya akan dilakukan secara hybrid. Jadi peserta-peserta luar banyak yang tidak hadir. Untuk memudahkan, pelaksanaannya dibawa ke Jakarta,” katanya.
Cok Ace mengatakan, pembatalan dan pemindahan lokasi acara tersebut ke Jakarta merupakan hal yang mengecewakan bagi semua pihak. Bahkan, para insan pariwisata Bali saat melakukan pertemuan dengan dirinya beberapa waktu lalu sudah tidak sabar dengan dihelatnya berbagai rangkaian KTT G20 di Bali.
“Ya sedikit banyak mudah-mudahan (tidak dipindah), kemarin saya ketemu temen-temen asosiasi semua gitu. Tentu kita semua berharap tidak dipindahkan,” katanya.
Baca juga: Bule Mantan Koki Tewas Bunuh Diri di Bali
Gara-gara Omicron Naik
Menurut dia, alasan yang dikemukakan oleh pemerintah pusat yakni karena meningkatnya penyebaran Covid-19 varian baru yakni Omicron yang semakin tinggi baik di tingkat global maupun nasional terkesan tidak masuk akal. Pasalnya, Bali sendiri menurutnya hingga saat ini belum ditemukan satu pun kasus positif varian Omicron.
Selain itu, tingkat penyebaran Covid-19 di Bali, menurutnya, saat ini sudah semakin landai dan terkendali dengan adanya penerapan protokol kesehatan (prokes) yang lengkap.
Bahkan, dikutip dari website https://covid19.go.id/peta-risiko per Rabu (19/1) Satgas Nasional merilis, terdapat 1 (satu) kabupaten di Bali dalam zona hijau atau tidak ada kasus yaitu Kabupaten Klungkung.
Sebelumnya lebih dari 4 bulan (sejak Oktober 2021) semua kabupaten/kota di Bali ada pada zona kuning atau risiko rendah.
Di sisi lain, tingkat vaksinasi masyarakat Bali juga masuk dalam posisi tertinggi di Indonesia dengan di atas 100 persen.
Sementara saat ini Pemprov tengah menggencarkan pelaksanaan vaksinasi booster dosis ketiga kepada masyarakat. Apalagi, pemerintah pusat sebelumnya sudah menggencarkan program Work From Bali.
“Kalau parameternya adalah Omicron, Bali justru lebih landai lagi, dan kalau misalnya adalah yang hanya Indonesia saja karena yang luar tidak banyak datang, ini sebenarnya tidak linier dengan work from Bali-nya. Jadi kita berharap dilaksanakan di Bali,” ujar Cok Ace.
Menurutnya, jika kegiatan tersebut tetap dilaksanakan di Bali, pihaknya optimistis justru banyak delegasi yang siap datang untuk hadir secara langsung. Ini menurutnya sebagai bagian dari membantu perputaran roda perekonomian dan pariwisata Pulau Dewata.
“Kalau di Bali direncanakan, itu peserta luar negerinya datang, sekarang yang di Jakarta, saya baru dapat informasi di BI, itu karena peserta-peserta luar tidak datang, karena hybrid,” ungkap dia.
Ia mengakui pemerintah pusat memiliki alasan dan pertimbangan lain terkait hal tersebut.
Namun, pihaknya juga akan bersurat ke pemerintah pusat untuk memperjuangkan kembali event tersebut bisa dilaksanakan di Bali. Pemprov Bali lanjutnya tidak ingin membuat kecewa para pelaku pariwisata Bali.
“Tapi saya percaya pemerintah pusat punya pertimbangan lain lagi dari apa yang saya harapkan tersebut. Dengan masih ada sisa waktu ini tentu kita berharap nanti ada perubahan-perubahan, dan ada peluang kemungkinan gitu untuk dipindah ke Bali, ya tentu Pemerintah Provinsi Bali akan berharap tetap dilaksanakan di Bali. Jangan sampai semangat teman-teman di Bali, sampai berkurang semangatnya,” tandasnya.
Ketua Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali (APPMB), Puspa Negara mengaku kaget dan kecewa karena jadwal Finance Track G20 dipindah ke Jakarta.
Ia berharap pemerintah mengembalikan agenda G20 ke agenda semula demi stabilitas pertumbuhan pariwisata Bali.
"Kami APPMB kaget dan kecewa dengan pemindahan acara Finance Track G20 Februari 2022 ke Jakarta dengan alasan kesehatan," katanya, Kamis.
Dia mengatakan, dari surat tersebut jelas terlihat adanya inkonsistensi jadwal dan menunjukkan sesuatu yang kurang pada Bali, meskipun kita tahu bahwa kegiatan G20 puncaknya adalah G20 Leader's Summit 11/2022.
Baca juga: Gubernur Bali Puji Setinggi Langit Bupati Bangli, Langsung Kucurkan Bantuan Rp 50 Miliar
35 Agenda
Sesuai jadwal Bali mendapat 35 agenda termasuk puncak G20, kota lain mendapat agenda G20 sbb: Bogor 2, Surabaya 6, Jogya 14, Solo 1, Jakarta 16, Labuan Bajo 7, Medan 2, Lombok 7, Manado 4. Jadi untuk Bali berkurang 1 agenda pada February 2022.
"Meski agenda ini termasuk dalam pra KTT G20 tetap saja pembatalan ini memunculkan tanda tanya, kekagetan dan kekecewaan, karena sepertinya Bali tidak siap atau Bali sengaja dilemahkan di tengah harapan besar masyarakat Bali menyukseskan semua rangkaian KTT G20 di Bali. Bagi APPMB sejauh ini untuk suksesnya G20 rakyat Bali begitu bersemangat, terlebih insan pariwisata begitu patuh, baik terhadap prokes maupun imbauan-imbauan karena ingin Bali lebih cepat pulih dari keterpurukan ekonomi yang masih berlangsung sampai detik ini," imbuhnya.
"Tapi mengapa jadwal diubah? Apakah pemimpin Bali tidak berani mempertahankan agenda ini di tengah prestasi tinggi terhadap penanganan Covid-19? Katanya Bali terbaik dalam cegah tangkal Covid-19? Katanya Bali baik-baik saja? Mengapa ada pergeseran agenda? Tentunya ini menimbulkan interpretasi yang beragam, terutama kami di pelaku pariwisata merasa dipermainkan oleh kebijakan pusat atau ketidakberdayaan bargaining power pemimpin daerah kami?" katanya.
Ia menjelaskan, perubahan agenda ini sangat sensitif bagi Bali karena Bali harus tetap firm dalam tahapan pemulihan. Jika pemindahan itu karena alasan Covid-19 atau Omicron, justru dibanding Jakarta, kasus di Bali jauh lebih sedikit.
"Oleh karena itu kami APPBM tetap berharap semua agenda KTTG20 di Bali tidak ada yang cancel, berubah atau postpone, untuk menjaga stabilitas pemulihan Bali. Usul kami, kembalikan jadwal Finance Track G20 ke Bali. Jangan diubah, sebagai wujud menciptakan stabilitas pertumbuhan pariwisata Bali untuk percepatan recovery," katanya.
Ketua Bali Tourism Board (BTB), IB Agung Partha Adnyana menyebutkan agar kiat tidak terlalu sensitif dengan Finance Track G20 yang dipindah ke Jakarta.
"Karena situasi kondisi Covid-19 Omicron ini, kan ini tidak semua dibatalkan. Kalau tidak salah, jalur keuangan. Sisanya pasti melihat situasi dan kondisi. Karena situasi pandemi memang harus bisa beradaptasi atau berubah cepat. Kita tidak usah terlalu sensitif lah," katanya, Kamis.
Menurutnya, jika beberapa event G20 dibawa ke Jakarta, bukan berarti event-event lainnya juga gagal berlangsung di Bali. Memang meeting-meeting akan diadakan di seluruh Indonesia, bukan di Bali saja. "Which is, menurut saya, hal yang wajar. Point 4 itu kan sudah disebutkan di situ bahwa situasi kondisi mungkin kehadirannya tidak banyak yang datang. Kita-kita saja mungkin begitu. Logikanya begitu," tambahnya.
Ia menanggapi terkait pernyataan Puspa Negara yang mengatakan kekecewaannya pada keputusan dipindahkannya beberapa event G20 ke Jakarta.
"Ya kan kita harus tahu dalamnya dulu. Kemungkinan yang hadir tidak banyak karena Omicron. Yang hadir kita-kita saja untuk mengantisipasi anggaran banyak, lebih baik diadakan hybrid. Mungkin seperti itu. Jadi menurut saya harus tahu dalamnya dulu seperti apa. Mengapa gagal diadakan di Bali, kan tidak terlepas dari luar karena suasana global tidak baik. Itu mungkin alasan tepatnya. Menurut saya, kita tidak usah sensitif lah," tandasnya.
Pada situasi saat ini, menurutnya justru semua pihak harus menjaga kondisi agar selalu kondusif dan siap dengan perubahan. Contohnya pada kebijakan atau event yang telah ditetapkan lalu secara mendadak tidak jadi karena pandemi, pada kondisi tersebut menurutnya harus dianggap wajar.
Baca juga: Usai Berlibur di Bali, 2 Bandar Arisan Online di Semarang Ditangkap Polisi
Tak Perlu Heboh
Gubernur Bali, Wayan Koster mengatakan, Bali sebagaimana diputuskan Presiden RI, Joko Widodo, tetap menjadi venue utama penyelenggaraan serangkaian pertemuan G20 yang sudah dimulai Desember 2021.
Informasi tersebut ditegaskan Koster, Kamis, untuk menindaklanjuti informasi beredarnya surat Sekretaris I Panitia Pelaksanaan Pertemuan G20 Bidang Logistik Nomor S-3/G.20.33/2022 tanggal 19 Januari 2022.
"Menurut informasi yang disampaikan Sekretaris I (Panitia Pelaksanaan Pertemuan G20 (Bidang Logistik), Rudy Rahmad di Jakarta, 20 Januari 2022 secara rinci dijelaskan surat tersebut merupakan komunikasi panitia dengan para pemangku kepentingan di Bali sebagai bagian dari koordinasi rutin dalam rangka penyiapan pertemuan G20," ungkapnya.
Menurut Gubernur, saat ini yang diputuskan untuk dipindahkan dari Bali ke Jakarta hanya dua pertemuan yaitu 2nd FCBD (Finance and Central Bank Deputy) dan 1st FMCBG (Finance Minister Central Bank Governor) yang digelar, 15-18 Februari 2022. Hal ini sejalan dengan preferensi para delegasi G20 yang lebih memilih Jakarta karena pertimbangan risiko transit Jakarta-Bali yang tinggi seiring dengan meningkatnya paparan Omicron.
"Pemindahan dari Bali ke Jakarta ini hanya bertukar waktu dengan rencana pelaksanaan 2nd FMCBG pada Juli 2022 yang rencana semula di Jakarta, akan dialihkan ke Bali," tambahnya.
Gubernur menyatakan agar seluruh pihak tidak perlu heboh, keputusan yang diambil oleh Kementerian Keuangan RI adalah untuk kebaikan bersama, dengan mempertimbangkan berbagai aspek manajemen dan teknis serta kenyamanan bagi para peserta, dan hal ini harus dipahami dengan bijaksana oleh semua pihak. (gil/sar)
Baca juga: Detroit Motor Show Kembali Diadakan Setelah 2 Tahun Absen karena Pandemi