Pencopotan Kasat Reskrim Polres Boyolali, Polisi Sebut Wanita yang Melapor Berbohong
Laporan dugaan pelecehan seksual yang berujung pada pencopotan Kasatreskrim Polres Boyolali, AKP Eko Marudin, berbuntut panjang.
Penulis: Daryono
Editor: Pravitri Retno W
Karena saat itu baru apel, niatnya ke Polres diurungkan.
GWS pun kemudian membawa R masuk ke jalan Tol Solo-Semarang.
R yang sempat bertanya mengenai arah tujuan selanjutnya langsung dipotong oleh GWS.
“Wes koe menengo, manuto aku. Awak e dwe nyang Polda sik (kamu diam saja, nurut sama saya. Kita ke Polda dulu), wes manuto aku (Sudah nurut saya), yen ra manut titenono koe (Kalau tidak nurut, lihat saja kamu),” katanya.
R yang sudah curiga dengan gelagat GWS kemudian berusaha untuk melarikan diri dengan cara meloncat dari mobil setelah berada di Tol.
Namun, rencana R itu gagal. GWS lebih dulu menarik rambutnya dan menamparnya seraya mengancam.
“Koe wes menengo (Kamu diam). Nek ra meneng tak pateni neng kene (Kalau tidak diam saya bunuh di sini),” ucapnya sambil menangis.
Sambil menangis, R pun mencoba menanyakan alasanya ingin membunuh dirinya.
“Padahal waktu itu dia bilangnya mau membantu saya untuk mengeluarkan suami saya,” ujarnya.
Setelah itu, lanjutnya, GWS menodongkan pisau ke lehernya dan menyatakan jika pisaunya itu telah membunuh banyak orang.
R pun kemudian menurut dan mencoba meredam emosi GWS.
R pun memohon agar dirinya tak dibunuh karena dia memiliki dua anak yang masih kecil-kecil.
Anak pertama berusia 6 tahun sedangkan anak keduanya baru 6 bulan dan sangat membutuhkan dirinya untuk memberikan ASI eksklusif.
GWS yang awalnya sudah bisa tenang, kembali mengancam R saat keduanya telah keluar dari pintu Tol Bawen.