UPDATE Bentrok di Sorong: Polisi Bentuk Tim Khusus hingga Buka Posko Antemortem
Berikut update terkait bentrokan di Kota Sorong yaitu polisi membentuk tim khusus hingga dibukanya pos 'antemortem' untuk tes DNA keluarga korban.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Pihaknya juga telah menyerahkan kasus tersebut ke ranah hukum.
"Jika ada oknum yang kembali bertikai dengan mengatasnamakan persoalan tersebut maka risiko ditanggung sendiri dan tidak bertanggung jawab jika ada aksi susulan," tambahnya.
Baca juga: UPDATE Bentrokan di Sorong: Polisi Periksa 20 Saksi, Mayoritas Korban Adalah Pekerja dan Tim Band
Baca juga: Dinar Candy Akui Pernah Rasakan Insiden Pembakaran Seperti di Double O Sorong
Sementara Hadi mengajak kepada seluruh masyarakat agar tidak terprovokasi.
"Pasca kejadian kemarin, kami telah melakukan pertemuan dengan keluarga dari Tenggara dan bersepakat untuk tidak boleh membuat resah," jelas Tuasikal.
Dirinya juga menegaskan peristiwa serupa tidak boleh terulang dan kesepakatan telah dimuat di dalam pernyataan sikap.
Senada dengan pihak Renwarin, Tuasikal juga menyerahkan semua proses hukum ke polisi.
Buka Posko 'Antemortem' untuk Keluarga Korban Terbakar
Dikutip dari Kompas.com, Polda Papua Barat melalui Siedokes Polres Sorong Kota dan BKO Biodokes membuka posko antemortem di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong, Papua Barat.
Pembukaan ini telah dilakukan sejak Rabu (26/1/2022).
Ketika pertama kali dibuka telah terdapat enam sampel DNA keluarga yang diterima untuk dicocokkan dengan jenazah korban kebakaran.
Seorang dokter polisi, Iptu Juffandi mengungkapkan pengambilan sampel DNA harus dilakukan keluarga inti seperti anak, suami atau istri, dan orang tuanya.
Selain itu Juffandi juga menambahkan mengenai pemeriksaan sampel harus menunggu tim DVI Dokkes Mabes Polri yang akan tiba hari ini, Kamis (27/1/2022).
Baca juga: Wapres Minta Polisi Terus Berkoodinasi dengan Tokoh Masyarakat Tangani Bentrokan di Sorong
Adapun lama proses idenifikasi bergantung banyaknya informasi dan akurasi data yang didapat.
"Itu tergantung dari kesulitan yang didapatkan sehingga apabila semakin banyak informasi yang didapatkan maka akan semakin mempermudah kam untuk mendapatkan informasi." jelas Juffandi.