Orangtua Siswa Mengeluh, Belajar Tatap Muka Dihentikan di Denpasar dan Kabupaten Lainnya di Bali
Keputusan tersebut mengundang pro dan kontra. Di satu sisi untuk menyelamatkan siswa dari penyebaran Covid-19.
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Satgas Covid-19 dan Pemerintah Kota Denpasar memutuskan kembali menutup sementara pembelajaran tatap muka (PTM) mulai, Jumat (4/2) sampai Covid-19 melandai di waktu yang belum ditentukan.
Keputusan tersebut mengundang pro dan kontra. Di satu sisi untuk menyelamatkan siswa dari penyebaran Covid-19, namun di lain sisi, bagi orangtua kebijakan itu dirasa memberatkan.
Seperti halnya dikeluhkan Kurnia Rahayu (32), orangtua siswa salah satu Sekolah Dasar Negeri di Kota Denpasar.
"Sedihnya itu anak-anak sudah mulai pada akrab sama guru dan teman-temannya. Sudah bahagia bisa bertemu, belajar dan main sama teman-temannya di sekolah. Tidak jenuh lagi setelah sekian lama di rumah saja. Awalnya hanya dua kali dalam seminggu, tapi dari Januari kemarin sudah full Senin-Sabtu, eh dipisahkan lagi sama daring. Sudah ada surat edaran resmi dari pihak sekolah, tapi mau bagaimana lagi. Semoga ini yang terbaik dan Covid-19 segera lenyap, kehidupan normal," kata Nia kepada Tribun Bali, Jumat (4/2).
Nia menuturkan, tak hanya itu saja, belajar daring juga dirasa menambah beban Nia sebagai ibu rumah tangga karena pekerjaan rumah menjadi terhambat, terlebih juga mengurus anak keduanya yang masih kecil berusia 3 tahun.
"Keluhan belajar daring ya ini kan anak saya masih kelas 2 SD. Jadi kan harus didampingi. Kalau sekolah di rumah, pekerjaan rumah saya sebagai ibu rumah tangga tidak selesai-selesai karena harus menunggu anak-anak belajar daring. Pagi-pagi seharusnya sibuk masak, bersih-bersih rumah, jadinya harus ikut sekolah. Belum lagi mengurusi adiknya," ujarnya.
Di samping itu, berkaca dari pengalaman sebelumnya, biaya kuota internet juga dirasa bakal membengkak. Dan saat ini belum ada bantuan subsidi kuota internet dari pihak sekolah.
"Kalau dulu pas masih kelas 1 dapat kuota gratis khusus untuk pembelajaran daring. Tapi selama kelas 2 tidak ada sama sekali. Yang jelas, sangat menguras kuota internet pengalaman dari tahun lalu," ucapnya.
Di Kabupaten Gianyar, para siswa SD, mendadak dipulangkan oleh gurunya di sekolah, Jumat. Hal tersebut karena ada instruksi mendadak dari pemerintah bahwa PTM ditutup. Siswa diarahkan belajar secara daring.
"Semua kecewa, mendadak siswa dipulangkan, karena PTM ditutup. Karena Covid katanya meningkat," ujar Nyoman Kasim, orangtua siswa di Ubud.
Pemandangan siswa kembali ke rumah padahal baru saja berangkat ke sekolah, hampir terlihat di setiap jalanan. Wajah para orangtuanya pun terlihat murung.
Diduga hal tersebut karena kebijakan daring ini. Sebab mereka harus kembali menjadi guru di rumah, mendampingi anaknya.
Kebijakan tersebut selama ini dinilai memberatkan orangtua siswa. Sebab butuh biaya ekstra untuk kuota internet dan harus meluangkan banyak waktu, sehingga mengganggu pekerjaan mereka sebagai tulang punggung keluarga.
Kepala Dinas Pendidikan Gianyar, Made Suradnya, mengakui siswa PAUD, SD dan SMP di Gianyar kembali belajar daring, mulai Jumat.
Meskipun mengambil kebijakan demikian, namun Suradnya menegaskan, hal tersebut bukan berarti di Gianyar telah ada klaster sekolah.
Suradnya mengatakan, informasi mendadak yang diberikan via WhatsApp merupakan hal yang wajar. Sebab, selain ada Grup WhatsApp (WAG) kepala sekola, juga ada WAG orangtua siswa.
Dan, informasi tentang daring ini, kemarin telah diteruskan ke WAG orangtua atau wali siswa.
"Yang mengantarkan anaknya ke sekolah itu, tadi saya sempat tanyakan di lapangan, ternyata mereka tidak sempat buka grup WA. Jadinya mereka tidak tahu. Dan yang sudah buka WA, mereka tidak mengantarkan lagi anaknya ke sekolah," ujarnya.
Di Kabupaten Badung, PTM juga tidak dilaksanakan karena kasus Covid-19 meningkat. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Badung I Gusti Ngurah Dwipayana mengatakan, pembelajaran daring akan dilakukan sampai akhir Februari.
Di Kabupaten Buleleng, pemda setempat memutuskan menutup PTM di seluruh sekolah yang ada di sana, mulai Jumat, mengingat kasus terkonfirmasi melonjak tinggi.
Sekda Buleleng, Gede Suyasa mengatakan, penutupan PTM ini dilakukan atas instruksi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi berdasarkan SE No 2 Tahun 2022 tentang Diskresi Pelaksanaan Keputusan Bersama 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19. Dengan adanya SE itu, Pemda pun harus melaksanakannya, dengan menutup PTM mulai Jumat.
Suyasa tidak menampik, ada sejumlah siswa dan guru dari beberapa sekolah, SMP dan SMA yang terpapar Covid-19.
Menurut data yang dihimpun dari Bidang Data dan Informasi Satgas Covid-19 Buleleng per Jumat (4/2) mencapai 99 orang, dari 12 sekolah. Dengan rincian siswa 72 orang, dan guru dan tenaga kependidikan (GTK) 27 orang.
Di Kabupaten Karangasem, Dinas Pendidikan, Pemuda, Olahraga (Disdikpora) setempat kembali menerapkan pembelajaran jarak jauh.
Kepala Disdikpora Karangasem, I Wayan Sutrisna, mengatakan, pihaknya beelum bisa memastikan pembelajaran daring sampai kapan. Kemungkinan sampai kondisi membaik.
Di Kabupaten Tabanan, PTM juga dihentikan sejak kasus dikatakan naik drastis. Dinas Pendidikan Tabanan menyiapkan progran yang bernama Tabanan Melajah berbasis teknologi.
Artinya program ini nantinya akan membantu para guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan daring kepada siswanya. Selain itu, dalam pelakaanaan pembelajaran daring, para guru diminta untuk efektif dan berinovasi, salah satunya dengan program guru keliling (gurling).
"Sesuai dengan kondisi saat ini, pimpinan sudah mengambil langkah kebijakan untuk setop sementara PTM. Artinya pola pembelajaran diubah lagi menjadi daring hingga adanya instruksi lebih lanjut," kata Kepala Dinas Kesehatan Tabanan, I Gusti Ngurah Putu Darma Utama, Jumat.
Dia menjelaskan, selama ini di Tabanan, khususnya di jenjang PAUD, SD, dan SMP belum pernah ada muncul klaster sekolah. Hanya saja, ada di satuan pendidikan SMK yang merupakan kewenangan Pemprov Bali.
Jika sebelumnya peraturan pembelajaran pada siswa SMA/K di Bali diberlakukan kombinasi yaitu beberapa melakukan pembelajaran tatap muka dan sisanya melakukan pembelajaran secara daring, namun kini Pemprov Bali memberlakukan seluruh siswa SMA/K di Bali melakukan pembelajaran daring.
"Kalau yang kemarin ada yang online dan offline. Jadi hybrid. Ini kan dinamis. Jadi kebijakan mengikuti perkembangan terakhir. Karena kasus sangat melonjak sehingga oleh Pak Gubernur diambil keputusan, 9 kabupaten/kota semua daring. Itu pun dilakukan sementara sambil melihat perkembangan. Nanti akan ada evaluasi lagi dari Dinas Pendidikan dan Satgas setempat. Ini sementara," kata Kepala Disdikpora Bali, KN Boy Jayawibawa, Jumat.
Sementara pembelian kuota internet untuk guru, Boy mengatakan, sudah termasuk di anggaran Dana Bos. Dan semua guru sudah diberikan kuota internet ketika memasuki tahun ajaran baru. "Jadi dana bos sangat fleksibel. Bisa dimanfaatkan pada saat pandemi digunakan untuk membeli alat prokes, termasuk salah satunya pulsa untuk guru," tambahnya.
Sementara untuk kabupaten yang tingkat penularan Covid-19 masih kondisif dapat tetap melakukan pembelajaran tatap muka, asalkan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Namun untuk SMA/K Denpasar semua menerapkan pembelajaran daring sementara ini.
"Nanti kami lihat juga kalau pelaksanaan prokes ketat sudah bagus saya kira kami lihat lagi sejauh mana potensinya. Sama seperti daerah-daerah yang jauh di kabupatennya, saya kira masih bisa dilakukan PTM," katanya. (ian/weg/gus/rtu/ful/mpa/sar)
Baca juga: Terlibat Pengeroyokan, Bule Ukraina dan Rusia Terancam Dideportasi