Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warga Ceritakan Fenomena Hujan Es, Ada yang Sebesar Jempol Tangan, Krikil dan Kelereng

Warga beri kesaksian soal hujan es di wilayahnya, ada yang kaget karena hujan es sebesar jempol tangan orang dewasa bahkan sebesar kelereng. 

Penulis: Theresia Felisiani
zoom-in Warga Ceritakan Fenomena Hujan Es, Ada yang Sebesar Jempol Tangan, Krikil dan Kelereng
Istimewa
Fenomena alam hujan es yang mengguyur Sragen, Senin (21/2/2022) 

Satu warga yang mendapati hujan es ini ialah Agus warga Kecamatan Gondang.

Agus bahkan merekam hujan es ini dengan ponsel genggamnya.

Agus sendiri merekam hujan es tersebut di depan toko modern Indomaret depan kantor DPRD Sragen ketika dirinya bekerja di toko tersebut pada Senin sore.

Dia menceritakan sebelumnya di wilayah tersebut memang mendung.

Tiba-tiba hujan deras disertai angin kencang mengguyur wilayah tersebut.

"Awalnya mendung aja, tiba-tiba hujan deras. Waktu itu saya keluar meneduhkan barang-barang di depan toko agar tidak kehujanan, ternyata hujan es," kata Agus.

Fenomena alam hujan es yang mengguyur Sragen, Senin (21/2/2022)
Fenomena alam hujan es yang mengguyur Sragen, Senin (21/2/2022) (Istimewa)

Agus melanjutkan hujan es tersebut tidak berlangsung lama, hanya berlangsung beberapa menit saja dan berlanjut hujan air biasa.

Berita Rekomendasi

Hujan deras sendiri telah mengguyur hampir seluruh wilayah Kabupaten Sragen.

Hujan turun di bumi Sukowati sejak kurang lebih pukul 17.00 WIB.

Hujan deras disertai angin ini mengakibatkan sejumlah pohon dan sejumlah baliho iklan di sejumlah jalan raya di Sragen tumbang.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen, Agus Cahyono membenarkan akan kejadian pohon tumbang di sejumlah ruas jalan Sragen ini.

Agus melanjutkan belum bisa memberitahukan pohon di ruas jalan mana saja yang tumbang. Pihaknya hingga saat ini masih melakukan penanganan.

"Benar banyak pohon tumbang akibat hujan angin sore ini. Hingga kini kami masih penanganan," katanya.

Mengapa Bisa Terjadi Hujan Es? Ini Penjelasannya

Fenomena hujan es terjadi di Surabaya, Jawa Timur pada Senin (21/2/2022) siang.

Hujan es ini mengguyur Surabaya sekitar pukul 14.50 WIB dengan partikel es yang cukup besar.

Selain di Surabaya, dilaporkan juga terjadi di wilayah Kota Madiun, Kediri, dan juga Nganjuk.

Satu sehari sebelumnya, hujan es juga dilaporkan terjadi di Magetan Jawa Timur, Minggu (20/2/2022).

Lantas bagaimana fenomena hujan es itu bisa terjadi?

Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda menerangkan, hujan es dalam ilmu meteorologi disebut juga dengan hail.

Fenomena hujan es tidak menggambarkan adanya fenomena yang spesifik, kecuali adanya fenomena pertumbuhan awan konvektif yang masif.

Penyebab utama fenomena hujan es ini lebih banyak disebabkan oleh kondisi alam, yaitu kelembaban tinggi, massa udara yang tidak stabil, serta suhu permukaan bumi yang mendukung.

Angin kencang dan es yang turun bersamaan hujan hari Senin (21/2/2022) di Kota Surabaya.
Angin kencang dan es yang turun bersamaan hujan hari Senin (21/2/2022) di Kota Surabaya. (kolase YouTube Harian Surya)

Hujan es merupakan hasil dari pembentukan awan comulonimbus yang tumbuh vertikal melebihi titik beku air.

Terjadinya awan comulonimbus merupakan bagian dari siklus hidrologi.

Awan ini tumbuh di ketinggian sekitar 450 mdpl hingga bisa mencapai 10.000 mdpl pada saat masa udara dalam kondisi tidak stabil.

"Hujan es hanya terjadi dari awan jenis Comulonimbus dengan suhu puncak awan mencapai -80 derajat celcius," terang BMKG Juanda di unggahan akun Instagram @infobmkgjuanda.

"Terdapat updraught atau aliran udara naik dalam awan yang sangat kuat yang menyebabkan awan tumbuh menjulang tinggi hingga lebih dari 5 km dan membawa uap air dari dasar terbawa ke atas dan mencapai lapisan freezing level atau titik beku," ungkap BMKG Juanda.

"Akibatnya, terjadi pengembunan secara tiba-tiba membentuk bongkahan es yang besar dan tidak sempat mencair saat mencapai permukaan tanah karena rendahnya suhu udara lingkungan," lanjut BMKG.

Jika suhu di permukaan bumi cukup rendah, maka kristal es akan mencapai bumi dalam bentuk es atau hail.

Tetapi jika suhu di permukaan bumi cukup panas maka kristal es akan sampai di permukaan bumi sebagai hujan yg kita kenal.

Hujan es biasanya terjadi dalam waktu yang tidak lama, tergantung volume awan Cumulonimbus yang terbentuk

"Kejadian hujan es sangat singkat biasa terjadi 3-5 menit dan disertai angin kencang," katanya.

Butiran es menyertai guyuran hujan di wilayah Kecamatan Driyorejo, Gresik, Senin (21/2/2022).
Butiran es menyertai guyuran hujan di wilayah Kecamatan Driyorejo, Gresik, Senin (21/2/2022). (Surya.co.id/Willy Abraham)

Berlindung di bawah bangunan atau di dalam kendaraan atau payung bisa menjadi pilihan.

Namun yang perlu diketahui, partikel es yang turun dari langit tidak dianjurkan untuk dikonsumi.

Pasalnya, hal itu bisa saja membahayakan karena tidak diketahui polutan apa saja yang terlarut di dalamnya.

"Partikel es tidak boleh dijadikan minuman, karena kita tidak tau polutan apa yang ikut terlarut saat proses kondensasi," jelas BMKG Juanda.

Indikasi Terjadi Hujan Es/Lebat

Sementara itu, dilansir laman bmkg.go.id, berikut ini indikasi terjadinya hujan lebat/es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat.

Satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.

Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%)

Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis - lapis), diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu - abu menjulang tinggi seperti bunga kol.

Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu - abu / hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).

Baca juga: Tili, Penyelamat Buaya Berkalung Ban di Palu Pulang Kampung ke Sragen 

Baca juga: Pemuda Tewas Tergeletak di Dermaga Untung Suropati Samarinda, Gelang Emas dan Jam Tangan Masih Utuh

Pepohonan disekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat.

Terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri.

Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba - tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita.

Jika 1 - 3 hari berturut - turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak. (tribun network/thf/Surya.co.id/TribunJateng/Tribunnews.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas