Warga Ceritakan Fenomena Hujan Es, Ada yang Sebesar Jempol Tangan, Krikil dan Kelereng
Warga beri kesaksian soal hujan es di wilayahnya, ada yang kaget karena hujan es sebesar jempol tangan orang dewasa bahkan sebesar kelereng.
Penulis: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fenomena hujan es pada Senin (21/2/2022) melanda beberapa kota di tanah air.
Catatan Tribunnews.com, di Jawa Timur, hujan es nyaris rata terjadi di Surabaya.
Fenomena ini terjadi pula di Gresik dan Madiun.
Lalu di Jawa Tengah ada Karangpandan, Sragen, Pekalongan.
Di Jawa Barat, Cianjur dan Sukabumi juga dilanda hujan es.
Durasi hujan es di kota-kota tersebut bervariasi, termasuk besaran butiran esnya.
Sejumlah warga beri kesaksian soal hujan es di wilayah mereka.
Baca juga: Fenomena Hujan Es Landa Jatim, Jateng dan Jabar, Ada Apa ?
Cerita Warga Kaget Lihat Hujan Es Batu yang Terjadi di Surabaya Selatan dan Barat
Fenomena alam hujan es yang mengguyur deras bersamaan dengan angin kencang terjadi di sejumlah daerah Surabaya Selatan, seperti kecamatan Karang Pilang, Lakarsantri, Wiyung, pada Senin (21/2/2022) sore.
Warga Wiyung Yayak mengungkapkan, hujan es yang terjadi sekitar pukul 15.00 tadi, di kawasan tempat tinggalnya, berukuran sebesar jempol tangan orang dewasa.
Saking derasnya guyuran hujan yang disertai bongkahan es, membuat para pengendara motor yang melintas dekat rumahnya, di Jalan Raya Wiyung, terpaksa menepi.
"Ya agak lama, cuma seperempat jam saja. Gak ada korban luka karena minggir semua. Kecuali mobil," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com di depan rumahnya.
Hujan Es Sebesar Jempol Tangan Orang Dewasa, Body Mobil Lecet
Hal senada juga disampaikan oleh Naryo, bahwa hujan es yang terjadi pada sore hari di kawasan permukimannya di Wiyung, terjadi sebanyak dua kali.
Banyak pengendara motor yang terpaksa menghentikan laju kendaraan guna menghindari terpaan bongkahan es batu yang berukuran sebesar ibu jari orang dewasa.
Bahkan, ia juga sempat mendapati adanya pengendara mobil, yang menepi di dekat depot makanannya untuk memeriksa kondisi bodi mobil yang tergores, akibat terkena bongkahan hujan es batu, yang berjatuhan bersamaan dengan hujan.
"Saking besarnya, tadi ada mobil pengendaranya mengeluh, karena bodi mobil lecet-lecet. Jam 15.00, setelah itu, hujan lebat, itu terjadi 2 kali," ungkap juragan depot makanan penyetan tersebut.
Lain cerita disampaikan Hidayat Rahmat, warga Karang Pilang, Surabaya.
Meskipun ukuran hujan es yang terjadi di permukimannya tak sebesar hujan es batu di daerah lain.
Rontokan hujan es yang berjatuhan dari atas langit, begitu mengagetkan dirinya, yang sedang menikmati tidur siang kala itu.
"Ya kaget, pas lihat ke luar rontokannya banyak. Alhamdulillah enggak bikin rumah rusak," ungkap pria berkaus polo lengan pendek itu.
Sementara itu, bapak dua anak yang bermukim di Lakarsantri Surabaya, Risky mengungkapkan, fenomena alam hujan es di Kota Surabaya, terbilang langka.
Ia juga mengaku, kaget bila hujan es batu tersebut, terjadi begitu merata di sejumlah kecamatan Kota Surabaya.
"Ini baru tahu saya hujan es, padahal beberapa waktu lalu sempat terjadi di beberapa kabupaten Jatim ya, aku lihat di medsos," ujar Risky.
Fenomena alam yang terbilang merata di Kota Surabaya, khususnya wilayah Selatan dan Barat, diakui seorang pengendara motor yang melintas di Wonokromo, Surabaya bernama Aulia.
Meskipun hujan es batu yang benar-benar dirasakannya tatkala berkendara tadi, terbilang sebentar.
Ia berharap, pengendara motor lain, saat mendapati adanya fenomena serupa ketika berkendara, seyogyanya berhenti dan menepikan kendaraan.
"Iya kan kayak hujan biasa. Tapi kayak ada batu batu krikil gitu, kalau saya pribadi fenomena baru sih," ungkap gadis berkerudung dan berkacamata itu.
BMKG Jelaskan Fenomena Hujan Es di Surabaya
Sementara itu, menurut Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Kelas I Juanda Surabaya menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hujan es di Kota Surabaya, khususnya bagian barat.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Juanda, Teguh Tri Susanto menerangkan, dalam ilmu meteorologi disebut juga dengan Hail.
"Hail atau hujan es ini adalah presipitasi yang terdiri atas bola-bola es," ujarnya, Senin (21/2/2022)
Lebih lanjut ia menuturkan, penyebabnya antara lain hujan es berasal dari awan cumulonimbus (Cb).
"Puncak awan Cb dapat menghasilkan butiran es, ketika downdraft atau aliran udara ke bawah dari awan Cb cukup tinggi," beber Teguh.
"Didukung juga suhu permukaan atau daratan cukup dingin. Maka hujan dari awan Cb jatuh dalam bentuk butiran es," sambungnya.
Teguh berpesan kepada masyarakat supaya tidak panik dalam menyikapi peristiwa itu.
Diharapkan masyarakat tetap waspada jika terjadi cuaca ekstrim.
Selain itu, juga diimbau agar tidak menelan informasi hoaks yang banyak beredar di media sosial terkait fenomena alam.
"Masyarakat bisa melakukan kroscek ke website dan aplikasi resmi BMKG. Jangan termakan berita bohong," tuntasnya.
Kecamatan Gondang Sragen Diguyur Hujan Es Ukuran Kelereng
Hujan es mengguyur wilayah bumi Sukowati, Senin (21/2/2022).
Ukuran es yang jatuh sebesar kelereng kecil hingga kerikil.
Satu warga yang mendapati hujan es ini ialah Agus warga Kecamatan Gondang.
Agus bahkan merekam hujan es ini dengan ponsel genggamnya.
Agus sendiri merekam hujan es tersebut di depan toko modern Indomaret depan kantor DPRD Sragen ketika dirinya bekerja di toko tersebut pada Senin sore.
Dia menceritakan sebelumnya di wilayah tersebut memang mendung.
Tiba-tiba hujan deras disertai angin kencang mengguyur wilayah tersebut.
"Awalnya mendung aja, tiba-tiba hujan deras. Waktu itu saya keluar meneduhkan barang-barang di depan toko agar tidak kehujanan, ternyata hujan es," kata Agus.
Agus melanjutkan hujan es tersebut tidak berlangsung lama, hanya berlangsung beberapa menit saja dan berlanjut hujan air biasa.
Hujan deras sendiri telah mengguyur hampir seluruh wilayah Kabupaten Sragen.
Hujan turun di bumi Sukowati sejak kurang lebih pukul 17.00 WIB.
Hujan deras disertai angin ini mengakibatkan sejumlah pohon dan sejumlah baliho iklan di sejumlah jalan raya di Sragen tumbang.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen, Agus Cahyono membenarkan akan kejadian pohon tumbang di sejumlah ruas jalan Sragen ini.
Agus melanjutkan belum bisa memberitahukan pohon di ruas jalan mana saja yang tumbang. Pihaknya hingga saat ini masih melakukan penanganan.
"Benar banyak pohon tumbang akibat hujan angin sore ini. Hingga kini kami masih penanganan," katanya.
Mengapa Bisa Terjadi Hujan Es? Ini Penjelasannya
Fenomena hujan es terjadi di Surabaya, Jawa Timur pada Senin (21/2/2022) siang.
Hujan es ini mengguyur Surabaya sekitar pukul 14.50 WIB dengan partikel es yang cukup besar.
Selain di Surabaya, dilaporkan juga terjadi di wilayah Kota Madiun, Kediri, dan juga Nganjuk.
Satu sehari sebelumnya, hujan es juga dilaporkan terjadi di Magetan Jawa Timur, Minggu (20/2/2022).
Lantas bagaimana fenomena hujan es itu bisa terjadi?
Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda menerangkan, hujan es dalam ilmu meteorologi disebut juga dengan hail.
Fenomena hujan es tidak menggambarkan adanya fenomena yang spesifik, kecuali adanya fenomena pertumbuhan awan konvektif yang masif.
Penyebab utama fenomena hujan es ini lebih banyak disebabkan oleh kondisi alam, yaitu kelembaban tinggi, massa udara yang tidak stabil, serta suhu permukaan bumi yang mendukung.
Hujan es merupakan hasil dari pembentukan awan comulonimbus yang tumbuh vertikal melebihi titik beku air.
Terjadinya awan comulonimbus merupakan bagian dari siklus hidrologi.
Awan ini tumbuh di ketinggian sekitar 450 mdpl hingga bisa mencapai 10.000 mdpl pada saat masa udara dalam kondisi tidak stabil.
"Hujan es hanya terjadi dari awan jenis Comulonimbus dengan suhu puncak awan mencapai -80 derajat celcius," terang BMKG Juanda di unggahan akun Instagram @infobmkgjuanda.
"Terdapat updraught atau aliran udara naik dalam awan yang sangat kuat yang menyebabkan awan tumbuh menjulang tinggi hingga lebih dari 5 km dan membawa uap air dari dasar terbawa ke atas dan mencapai lapisan freezing level atau titik beku," ungkap BMKG Juanda.
"Akibatnya, terjadi pengembunan secara tiba-tiba membentuk bongkahan es yang besar dan tidak sempat mencair saat mencapai permukaan tanah karena rendahnya suhu udara lingkungan," lanjut BMKG.
Jika suhu di permukaan bumi cukup rendah, maka kristal es akan mencapai bumi dalam bentuk es atau hail.
Tetapi jika suhu di permukaan bumi cukup panas maka kristal es akan sampai di permukaan bumi sebagai hujan yg kita kenal.
Hujan es biasanya terjadi dalam waktu yang tidak lama, tergantung volume awan Cumulonimbus yang terbentuk
"Kejadian hujan es sangat singkat biasa terjadi 3-5 menit dan disertai angin kencang," katanya.
Berlindung di bawah bangunan atau di dalam kendaraan atau payung bisa menjadi pilihan.
Namun yang perlu diketahui, partikel es yang turun dari langit tidak dianjurkan untuk dikonsumi.
Pasalnya, hal itu bisa saja membahayakan karena tidak diketahui polutan apa saja yang terlarut di dalamnya.
"Partikel es tidak boleh dijadikan minuman, karena kita tidak tau polutan apa yang ikut terlarut saat proses kondensasi," jelas BMKG Juanda.
Indikasi Terjadi Hujan Es/Lebat
Sementara itu, dilansir laman bmkg.go.id, berikut ini indikasi terjadinya hujan lebat/es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat.
Satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.
Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%)
Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis - lapis), diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu - abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu - abu / hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).
Baca juga: Tili, Penyelamat Buaya Berkalung Ban di Palu Pulang Kampung ke Sragen
Baca juga: Pemuda Tewas Tergeletak di Dermaga Untung Suropati Samarinda, Gelang Emas dan Jam Tangan Masih Utuh
Pepohonan disekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat.
Terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri.
Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba - tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita.
Jika 1 - 3 hari berturut - turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak. (tribun network/thf/Surya.co.id/TribunJateng/Tribunnews.com)