Jalur Kereta Api Cibatu-Garut Segera Dibuka, Saatnya Swiss Van Java Kembali Berjaya
Setelah mati suri selama hampir 40 tahun, jalur kereta api Cibatu-Garut yang dinanti akan segera diaktifkan kembali.
Penulis: Sponsored Content
Saat itu Garut dikenal luas sebagai destinasi wisata dengan panorama indah yang dikelilingi oleh deretan pegunungan yang megah. Bahkan, kota yang dikelilingi oleh Gunung Cikuray, Gunung Sadakeling, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Haruman, dan Gunung Kaledong ini, kemudian dikenal dengan julukan Switzerland van Java.
Wisatawan dari kalangan kolonial Belanda hingga tokoh dunia saat itu, berbondong-bondong mengunjungi Garut. Tidak terkecuali komedian Charlie Chaplin dan Perdana Menteri Perancis Georges Clemenceau.
Laporan kunjungan Charlie Chaplin ke Garut dimuat dalam surat kabar harian dan dikabarkan melalui sambungan telegram. Kabar ini pun segera merebak dan menjadi cerita dari mulut ke mulut masyarakat setempat bahkan hingga hari ini.
Sebuah foto Charlie Chaplin di peron Stasiun Cibatu dan laporan perjalanan yang dimuat oleh sebuah majalah, menguatkan kesan bahwa komedian legendaris ini mengakses Garut dengan menggunakan kereta api.
Digandrunginya Garut sebagai destinasi wisata kala itu bukannya tanpa alasan. Kondisi alam dan hamparan pemandangan yang menyejukkan mata di antara kaki-kaki gunung yang mengelilinginya, menjadi pemandangan langka yang tidak banyak dijumpai oleh pendatang dari Eropa saat itu.
Di samping itu, jalur kereta api Cibatu-Garut juga melewati relief geografis yang membuat kagum wisatawan yang melintas. Tidak heran jika kemudian moda kereta api menjadi pilihan favorit masyarakat saat itu untuk mengakses kawasan wisata di Garut.
Mati suri, korban dinamika industri
Meski sempat menjadi primadona, masa kejayaan jalur kereta api Cibatu-Garut nyatanya tidak berlangsung lama. Sekitar 60 tahun setelah diresmikan, masyarakat Garut harus rela menyaksikan jalur kereta api kebanggaannya ini dinonaktifkan.
Bukan tanpa sebab, jalur kereta api ini harus didudukkan di bangku cadangan dalam waktu yang cukup lama akibat tersaingi oleh masifnya pertumbuhan moda angkutan jalan yang semakin diminati oleh masyarakat.
Peningkatan biaya operasional di tengah lesunya pemanfaatan jalur ini juga menjadi salah satu faktor mengapa jalur ini diputuskan untuk dinonaktifkan pada tahun 1983.
Dengan dinonaktifkannya jalur Cibatu-Garut, prasarana perkeretaapian yang terdapat di sepanjang jalur ini juga perlahan mengalami perubahan fungsi. Dipo lokomotif Cibatu yang sempat disibukkan oleh hilir mudik lokomotif uap, perlahan diturunkan statusnya menjadi sub-dipo hingga terakhir hanya menjadi pool lokomotif kereta api lokal.
Beberapa bangunan dan halaman stasiun pun berubah fungsi menjadi tempat berkumpul organisasi masyarakat. Jalur-jalur rel pun tidak sedikit yang tertimpa bangunan warga. Pesona jalur kereta api ini pun sempat meredup.
Dibangkitkan untuk menghidupkan
Terdorong oleh kebutuhan untuk mendukung Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK) Garut, Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) kemudian menggandeng operator dan Pemerintah Daerah untuk menghidupkan kembali jalur kereta api ini.