Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Kolektor Kaset Pita di Tabanan Pernah Beli Patungan, Pakai Secara Gantian

Koleksi kaset pita yang terpajang rapi tersebut lebih dominan genre rock dan metal, di antaranya Sepultura, Pantera, Iron Maiden dan Metallica.

Editor: cecep burdansyah
zoom-in Kisah Kolektor Kaset Pita di Tabanan Pernah Beli Patungan, Pakai Secara Gantian
Tribun Bali/made prasetia aryawan
Tribun Bali/made prasetia aryawan KOLEKTOR - Kolektor kaset pita asal Tabanan I Gusti Bagus Arya Candra Palasara saat menunjukkan beberapa koleksi kaset pita pertamanya di tahun 1985 di warung GCS 13, Sanggulan Kecamatan Kediri, Tabanan, Kamis (17/3) malam. 

TRIBUNNEWS.COM, TABANAN - Puluhan kaset tampak terpajang rapi di sebuah rak besi berwarna hitam dan cokelat di GCS 13 wilayah Sanggulan, Kecamatan Kediri, Tabanan, Kamis (17/3) malam.

Tumpukan rapi tersebut bukanlah kaset CD ataupun kaset vinyl, melainkan kaset pita yang berjaya di era tahun 1980-an. Kaset pita itu merupakan koleksi seorang warga Tabanan dari 1985 hingga tahun 2000-an.

Koleksi kaset pita yang terpajang rapi tersebut lebih dominan genre rock dan metal, di antaranya Sepultura, Pantera, Iron Maiden dan Metallica.

Selain itu juga ada beberapa kaset pita band Indonesia, seperti Metalik Klinik yang merupakan album serial atau kompilasi beberapa band. Album Metalik Klinik itu pertama kali terbit tahun 1997 silam.

Tak hanya band internasional dan band Indonesia, pria asli Desa Banjar Anyar Kecamatan Kediri itu juga memiliki sejumlah koleksi band Bali, seperti Lolot. Sedikitnya ia sudah memiliki koleksi kaset pita 81 buah dari berbagai genre.

Pemilik Warung GCS 13 dan kolektor kaset pita I Gusti Bagus Arya Candra Palasara menuturkan, awalnya atau sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) ia memang menjadi penikmat musik.

Saat itu tahun 1980-an atau dimana masa kaset pita adalah barang yang istimewa. Kemudian pada 1985-86 atau saat ia sudah duduk di bangku SMP ia mulai membeli kaset pita.

Berita Rekomendasi

"Awalnya sejak sekolah atau sejak SD menjelang SMP itu saya memang sudah suka musik. Saya bukan pemain musik, tapi penikmat musik. Jadi segala genre memang saya nikmati," tutur pria berkacamata itu saat dikunjungi di rumahnya, Kamis malam.

Pria yang lebih akrab disapa Tugus Dewara ini melanjutkan, sejak pertama kali ia membeli kaset pita harganya sangat murah jika dibandingkan dengan sekarang yakni Rp 2.500 hingga Rp 3.000.

Saat itu, mengumpulkan uang senilai itu sangatlah berat mengingat harga barang-barang saat itu masih dimulai dari angka puluhan rupiah. Selain mengumpulkan uang saku, ia juga terpaksa mendobrak celengannya yang sudah ditabung sejak beberapa bulan.

Bahkan, saat itu ia juga pernah patungan dengan teman sekolahnya untuk mendapat kaset. Kemudian ketika sudah terbeli, kaset itu silih berganti digunakan, terutama oleh mereka yang memiliki tape mini compo zaman itu.

"Waktu itu memang zamannya berat sekali. Dulu kami biasa patungan beli kaset. Setelah dibeli, gantian menggunakannya. Apalagi waktu itu alatnya atau tapenya masih jarang yang punya," ungkapnya.

Menurutnya, kenangan itu sangat tak terlupakan hingga saat ini. Kenangan pada masa zaman kaset pita itu memang menjadi masa kejayaan musik rock, metal dan sebagainya.

Bahkan, hingga sekarang musik musik zaman itu masih didengarkan saat ini. Berbeda demgan musik saat ini yang lebih dominan tak bertahan lama dalam artian berlalu dan berganti begitu saja.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas