Jawa Tengah Kaya Bahan Baku Obat Modern Asli Indonesia, 35 Dinkes Dukung Penggunaannya di Faskes
Sebanyak 35 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI).
Penulis: Anita K Wardhani
Editor: Wahyu Aji
Produk OMAI merupakan produk berbahan alam yang diperoleh dari Indonesia dan diteliti secara saintifik.
OMAI sendiri terdiri dari obat-obatan herbal berstatus Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka atau obat herbal yang telah teruji klinis (pengujian kepada manusia).
“Saat ini Dexa Group berkontribusi dengan memiliki 4 OMAI fitofarmaka dari 6 terapeutik area. Empat obat-obatan fitofarmaka Dexa Group tersebut Stimuno (imunomodulator), Inlacin (antidiabetes), Redacid (mengatasi tukak lambung), dan Disolf (pelancar sirkulasi darah). Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, OMAI produksi Dexa Group juga telah diekspor ke beberapa negara di ASEAN, Afrika, dan Amerika,” kata Krestijanto.
Melalui dukungan belanja kesehatan produk OMAI oleh pemerintah daerah di Jawa Tengah, menurut Bapak Krestijanto, tidak hanya memberikan dorongan terhadap inovasi obat-obatan khususnya fitofarmaka, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani.
Apabila ini terus didukung, maka kemandirian farmasi Indonesia dapat terwujud.
Sebagai informasi, beberapa bahan baku OMAI fitofarmaka diperoleh dari beberapa daerah di Provinsi Jawa Tengah.
Seperti tanaman meniran untuk bahan baku STIMUNO diperoleh di daerah Klaten, Sragen, dan Blora.
Selain itu daun bungur yang digunakan sebagai bahan baku Inlacin diperoleh dari petani di daerah Sragen, Karanganyar, Kendal, Temanggung, dan Wonogiri.
Penggunaan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) juga telah dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan formal di wilayah Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr Mochamad Abdul Hakam, Puskesmas di wilayahnya sudah menggunakan obat berbahan alam untuk diresepkan ke pasien.
"Kami sangat mendukung penggunaan obat herbal baik fitofarmaka, Obat Herbal Terstandar dan jamu untuk pelayanan kesehatan dasar di puskesmas," ungkap dr Hakam dalam Simposium Fitofarmaka beberapa waktu lalu.
Ia juga menyampaikan bahwa kota Semarang telah mengalokasikan 11,98 % dana dari DAK dan APBD untuk pengadaan obat herbal.
Untuk mendorong penggunaan obat-obatan herbal dalam negeri, pihaknya memiliki tim perencanaan obat terpadu di tingkat puskesmas, yang bertugas menggolongkan penggunaan fitofarmaka, OHT, dan jamu dengan izin edar yang masih berlaku.